Share

Gundah gulana

Di tengah kebingunganku, tiba-tiba panggilan terputus, membuat moodku yang sempat membaik karena Rafif kembali jelek.

"Iseng banget. Satu-satunya lelaki yang pernah kugilai ya cuma Mas Daffi. Ge er sekali dia."

Meski menolak, toh tetap saja kalimat si penelepon asing tadi terus menggangguku. Sampai-sampai berkas yang harus aku bawa di sidang nanti tidak bisa kutemukan.

"Biiik! Bik Sumi!"

Suara langkah cepat Bik Sumi terdengar mendekat. "Iya, Bu. Ada apa?"

"Bik, lihat berkas saya di atas meja ini nggak? Berkas dalam map cokelat."

Bik Sumi mengerutkan dahi. "Enggak, Bu. Bibik nggak pernah nyentuh berkas-berkas ibu."

"Duh, ke mana ya, Bik? Mana mau dipakai sidang lagi. Udah mepet waktunya."

"Ya udah, Bibik bantu cari ya, Bu. Kayak apa berkasnya, Bu?"

"Dalam map cokelat, Bik. Di atasnya ada tulisan PT. Selaksa Abadi."

Sekejap kemudian Bik Sumi dengan cepat sudah berkutat dengan aneka berkas di tangannya. Meski usianya sudah menginjak 60 tahun, tetapi penglihatannya masih berfungsi dengan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status