“Non! Non Kanaya!” Suara panggilan Sifa dan colekan di lengannya menarik perhatian Kanaya. Kanaya pun mematikan treadmill dan musik yang ia dengar melalui headphone. Ia sedang berolahraga di teras belakang rumah saat Sifa menghentikannya. “Ya Bi?” “Itu Non, Dokter Indra mau ketemu,” ujar Sifa sambil menunjuk arah pintu belakang rumah. Pandangan mata Kanaya langsung mengikuti arah yang ditunjuk oleh Sifa dan ia melihat Indra tengah berdiri bersandar pada kusen pintu dengan tangan terlipat di depan dada. Dokter itu menyunggingkan senyum di bibirnya saat mata mereka bertemu. Kanaya turun dari treadmill dan berjalan menghampirinya. Ia sedikit terkejut karena Dokter Indra datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Jangan-jangan dirinya lupa jika hari ini ada jadwal pemeriksaan dokter? “Dokter,” sapa Kanaya saat hampir mendekati Indra. Indra merubah posisi berdirinya dan mengulurkan tangannya. “Halo Kanaya. Apa kabar?” “Baik Dokter. Apa hari ini ada jadwal periksa? Maaf saya tid
Bastian terpaksa mengurungkan niatnya menghubungi Kanaya. Ezra tampak membawa kabar serius.“Para pekerja di Misty Bay melakukan mogok kerja. Saya baru mendapat beritanya beberapa menit yang lalu.” Ezra melapor sembari memberikan sebuah tablet kepada Bastian.“Kenapa?”Bastian memperhatikan layar tablet itu dengan seksama.“Mereka mengatakan jika upah yang diberikan tidak sesuai dengan pekerjaan mereka,” jawab Ezra.Bastian mengerutkan keningnya. DPG Corp jarang mengalami masalah mogok kerja, hal ini karena perusahaannya selalu memberikan upah di atas rata-rata perusahaan lainnya. Mendengar hal ini, tentu Bastian merasa heran. Misty Bay adalah salah satu proyek kota mandiri yang dibangun oleh DPG Corp yang berada di kawasan pesisir, terletak di kota Palm Heaven, sekitar satu jam perjalanan dengan pesawat dari Emerald City.“Kamu pergi siang ini ke Palm Heaven dan selidiki apa yang sebenarnya terjadi, termasuk kemungkinan adanya permainan dalam internal menejemen. Aku curiga upah buk
Kanaya memejamkan matanya sambil bersandar di bathtub menikmati alunan musik dari earphone miliknya. Play list lagu-lagu kesukaannya itu mengalun, membuatnya merasa rileks. Pagi itu Kanaya sedang berendam di air hangat yang sudah dicampur dengan buttermilk, seasalt serta minyak essensial kesukaannya. Sifa yang ‘memaksa’ Kanaya untuk melakukan serangkaian perawatan tubuh bahkan sampai Sifa sendiri yang melulur tubuhnya sebelum ia berendam air susu. Begitu menikmati, Kanaya nyaris tertidur saat Bastian menghubunginya melalui panggilan telepon. “Naya.” terdengar suara Bastian memanggil namanya. Kanaya langsung tersenyum mendengarnya. “Ya?” Ia menjawab, mengubah posisi duduknya menjadi lebih tegak, menanti apa yang akan Bastian katakan dengan antusias. Dalam hati Kanaya bertanya-tanya, dimana Dia? Apakah Dia sudah kembali? Dua hari terakhir ini Kanaya tidak bertemu dengan Bastian. Suami sirinya itu sedang pergi keluar kota untuk urusan pekerjaan. Ada hal penting yang harus
Tiupan angin berhawa pesisir menerpa wajah dan rambut Kanaya saat ia berdiri di depan pintu pesawat. Rambutnya yang terurai sebatas punggung itu pun melambai tertiup angin. Dari tangga pesawat tempatnya ia berdiri, Kanaya bisa melihat pemandangan laut serta perbukitan yang terhampar dikejauhan. Kota Palm Heaven adalah sebuah kota yang sangat indah dan terkenal dengan wisata pantainya. Saat menjejakkan kakinya di kota itu, Kanaya bisa langsung merasakan nuansa yang berbeda dengan Emerald City tempatnya tinggal. Ritme pergerakan orang-orang yang ada di sana, maupun vibe yang dipancarkan orang-orangnya pun terasa berbeda. Santai dan sangat menikmati hidup, jauh dari hiruk pikuk kesibukan kota metropolitan. Mengikuti arah penumpang lainnya Kanaya memasuki area kedatangan gedung bandara. “Ibu Kanaya!” Kanaya menoleh dan melihat Ezra sedang berjalan ke arahnya. Kanaya memperhatikan di sekitar pria itu, mencari sosok yang ia harapkan ada di sana. Namun Bastian tidak tampak batang hi
Memegang cone es krim di tangan kanannya, Kanaya mencicipi es krim dengan rasa yang direkomendasikan Bastian. “Hem!” gumam Kanaya saat merasakan es krim coklat yang meleleh di lidahnya, meninggalkan tekstur potongan kecil almond yang crunchy dan potongan marshmallow yang sedikit lengket. Persis seperti apa yang Bastian katakan. Tetapi apa benar dirinya seperti itu? Ah, ada-ada saja Bastian! Kanaya berjalan melewati sebuah cafe saat terdengar siaran berita televisi yang ada di bagian depan cafe. “CEO Dwipangga Corporation, Bastian Aryo Dwipangga membantah jika pemogokan terjadi karena perusahaannya telah memberikan upah di bawah minimum regional.” Terdengar suara pembawa berita yang disusul oleh visual Bastian yang tampak di layar televisi. Kanaya yang sedang melewati cafe itu, menghentikan langkah saat dari sudut matanya melihat sosok Bastian. Ia pun memperhatikan sosok pria yang mengenakan setelan jas berwarna abu tua dipadu dasi berwarna yang sama. Bastian terlihat sangat khari
“Aku nggak mau yang panjang.” Kanaya melirik sendok yang ada di tangan Bastian. “Yang panjang apa?” Bastian balas bertanya dengan nada menggoda sambil melirik Kanaya yang duduk di sebelahnya. Kanaya memutar bola matanya pada komentar menjurus Bastian itu. Bastian terkekeh dan menyodorkan sendok yang sudah ia isi dengan berbagai macam lauk seafood yang ada di meja mereka. Kanaya tidak langsung melahapnya. Ia menatap curiga pada sendok yang disodorkan Bastian. “Nggak ada Naya,” ucap Bastian dengan mimik wajah yang meyakinkan jika tidak ada kerang bambu yang tidak disukai Kanaya di sendok itu. Setelah memastikan tidak ada kerang itu, barulah Kanaya menerima suapan Bastian. Kanaya dan Bastian sedang menempati sebuah meja di sebuah kedai yang terletak di pinggir pantai. Setelah puas menyaksikan matahari terbenam, mereka memutuskan untuk menikmati makan malam di restoran lokal sembari menikmati suasana pantai yang diterangi oleh lampu-lampu gantung dan sinar rembulan. Mereka tidak
Dari kamar mandi, Kanaya segera masuk ke closet. Ia segera membuka kopernya dan mengeluarkan sepasang lingerie seksi berwarna hitam yang Bastian kirimkan tadi pagi. Kanaya tersenyum. Ia bertekad untuk memanfaatkan waktu mereka dengan sebaik-baiknya. Ia yakin kali ini akan bisa hamil anak Bastian. Dan jika malam ini saat terakhirnya mereka bersama, maka ini akan menjadi saat terbaik mereka bersama. Di kamar mandi, Bastian mematikan telepon genggamnya. Jika malam ini adalah kesempatan terakhirnya memiliki anak bersama Kanaya, maka ia tidak ingin ada yang menganggunya. Bastian masuk ke ruang shower, membiarkan guyuran air menerpa tubuhnya, menghilangkan segala penat dan pikiran yang mengganggunya sepanjang hari karena malam ini hanya ada dirinya dan Kanaya. Dengan mengenakan handuk jubah, Bastian keluar dari kamar mandi. Namun ia tidak menemukan Kanaya di kamar mereka. Ranjang mereka pun masih terlihat rapi dan Kanaya juga tidak menunggunya di sofa. “Naya?” Bastian memanggilnya
Ting Nong! “Siapa yang datang?” gumam Sifa ketika mendengar bel pintu berbunyi. Sifa sedang berada di kamarnya malam itu. Karena Kanaya sedang tidak ada di rumah, tidak banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Ia pun bersantai di dalam kamar. Ting Nong! Seakan tidak sabar, orang itu memencet kembali bel pintu rumah di jalan Sunset Summit. “Iya sebentar!” seru Sifa sembari beranjak berdiri. Ia dengan tergesa-gesa berjalan menuju pintu depan rumah. Berjalan melewati kaca jendela, ia bisa melihat sebuah mobil sedan mewah berwarna merah terparkir di halaman depan rumah itu. Sifa mengerutkan keningnya menerka-nerka siapa tamu yang datang malam itu sembari lanjut berjalan. “Kenapa lama sekali membuka pintu?” Elsie langsung melangkah masuk ke dalam rumah tanpa menunggu dipersilahkan. Ia sampai menabrak Sifa dan membuat pengasuh Kanaya itu hampir saja terjatuh. “I-ibu Elsie, selamat malam Bu… maaf saya sedang di kamar mandi,” ujar Sifa beralasan. Sifa terkejut dan sama sekali tidak
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…