Rombongan Bastian berjalan menuju pintu lift, saat tiba-tiba seorang perawat yang sedang mendorong sebuah brankar rumah sakit tiba-tiba datang dari sisi kiri. Beberapa orang penjaga yang berada di depan rombongan Bastian tidak menyadari Hal itu, dan bahkan tidak sengaja tertabrak oleh brankar itu. Perawat pria itu tampak sangat terkejut dan berusaha memutar brankarnya agar tudak mengenai Bastian. Akan tetapi tindakannya justru membuatnya terpeleset dan akhirnya ia terjatuh mengenai kaki Bastian. “Aaah.. ma-maaf. Maaf saya tidak melihat,” ucap perawat itu sambil bersidekap. Wajahnya pucat pasi dan ia tampak sangat ketakutan. Beberapa orang penjaga langsung membangunkannya dan menyeretnya menjauhi Bastian. “Hei, apa-apaan ini? Kenapa kamu menabrak suamiku?!” Elsie terkejut dan segera mendekati Bastian. “Bas, sayang, kamu baik-baik saja?” Miranda, dan Haidar pun melakukan hal yang sama. Mereka mengkhawatirkan Bastian. “Tidak apa,” jawab Bastian sambil tersenyum kecil. Wajahnya mas
Di dalam mobil SUV, Kanaya dan Reno melihat semua kejadian yang terekam dalam kamera tersembunyi. Kanaya menyeka airmatanya, teringat bagaimana Bastian mengatakan dia tidak mengenali kalung itu tanpa sedikitpun emosi di wajah ataupun pancaran matanya. Apakah itu berarti Bastian benar-benar tidak lagi mempedulikannya? Bahkan saat ia menghilang, Bastian tidak menunjukkan sedikit saja rasa peduli, apalagi berusaha mencarinya?! Apakah ia sungguh tidak berarti apa-apa baginya? Apakah selama ini ia hanyalah sebuah alat reproduksi dan penghangat ranjangnya semata? Kanaya kembali merasakan sakit di hatinya. Tadinya ia mengira dengan melihat Bastian hari ini, akan ada harapan baru untuknya. Namun ternyata… Kenapa rasanya sakit sekali? Ia tidak hanya kehilangan putranya dengan cara yang tidak ia inginkan, tetapi juga berpisah dengan Bastian dengan cara seperti ini. Disamping Kanaya yang sedang merasakan kekecewaan, duduk Reno dengan kedua mata yang bersinar. Pertunjukan yang ia saksikan
Di Sunnyside Estate petang itu, Elsie sedang asik beristirahat, bermain handphone, chat dengan teman-teman sosialitanya. Semua temannya memuji penampilannya bersama Bastian dan keluarganya dalam liputan berita di layar kaca. “Elsie, kamu keren banget, baru lahiran berapa hari, udah terlihat langsing. Body goal banget sih?” “Luar biasa kamu Els, beruntung banget kamu dapet suamimu Bastian, envy aku…” “Iya, ngiri banget. Udah dapet suami ganteng, kaya, sayang banget lagi sama kamu, Els. Gak ada duanya!” Elsie tersenyum-senyum membaca semua percakapan teman-teman sosialitanya itu. Ia sangat senang mereka memuja dirinya dan iri pada apa yang ia miliki. Elsie tersenyum lebar, karena sampai saat ini, segala sesuatu yang terjadi masih sesuai dengan rencananya. Ia berhasil mengukuhkan jika dirinya adalah satu-satunya istri yang Bastian miliki. Kecelakaan yang Bastian alami beberapa waktu yang lalu sama sekali tidak ia duga. Elsie tidak merencanakan hal itu, dan kejadian itu adalah di
“Ada apa ini Els? Kenapa kamu membiarkan dia menangis?” Bastian melangkah masuk ke dalam kamar bayi mereka. Pandangannya langsung tertuju pada Baby K di gendongan Elsie. “Aaah… emm… sayang, aku— aku sudah berusaha menenangkan dia, tetapi dia masih saja menangis…” Elsie langsung gelagapan beralasan, saat mengetahui Bastian lah yang masuk ke kamar itu. Ia pikir Bastian masih berada di ruang kerjanya di lantai dasar. Itu sebabnya ia berani membentak baby K, dan bersikap masa bodoh padanya. “Kecilkan suaramu saat sedang bersamanya,” ujar Bastian. Ia lalu meraih Baby K dan menggendongnya. Dan anehnya, tangisan bayi itu mulai mereda saat dekapan hangat Bastian menyentuhnya. “Maaf Bas, aku— aku lelah. Sudah beberapa hari ini aku selalu bangun tengah malam untuk merawatnya,” ucap Elsie dengan menundukkan wajah. Ia terlihat sangat menyesal dan menyalahkan dirinya sendiri. “Pergilah beristirahat. Biar aku yang jaga dia,” ucap Bastian tanpa mengangkat wajahnya dari menatap bayi mungil da
Bastian memejamkan matanya dengan bibir terkatup, sembari menarik nafas dalam. Naya, kamu benar-benar datang. Batin Bastian sembari membayangkan wajah Kanaya yang selalu ada di benaknya. Bastian tidak dapat memungkiri betapa ia rindu pada istri sirinya itu. Baru kali ini ia merasakan kehilangan yang sangat dalam saat mengetahui Kanaya menghilang. Hanya bayangan menemukan kembali Kanaya-lah yang membuatnya bersabar menghadapi kelakuan Elsie. Mengulur waktu adalah hal yang harus ia lakukan sampai ia bisa menemukan Kanaya, dan mendapatkan semua bukti yang dibutuhkan. Ya, ia terpaksa bersandiwara dihadapan semua orang bahkan keluarganya sendiri sekalipun, hal ini ia lakukan demi Kanaya. Bastian ingat kejadian saat ia kehilangan Kanaya. *** flashback *** “Awaaaasssss!!” Bastian tidak meyadari kapan Jay yang berada di kursi pengemudi di sampingnya, tahu-tahu bergerak dengan cepat untuk melindunginya. Saat itu Bastian tahu akan terjadi sesuatu yang butuk dan mereka berdua tidak b
“Apa maksudmu tidak menemukannya? Dia melahirkan anakku, Jay! Dia harus ada di sana!” Bastian tidak terima perkataan Jay itu. Tidak mungkin Kanaya tidak ada di sana!Dilubuk hatinya Bastian merasakan ada sesuatu yang tidak beres, namun ia mengabaikannya. Ia tidak mau terjadi sesuatu yang buruk terhadap mereka.Ia tidak siap kehilangan mereka!Jay lalu menceritakan pada Bastian apa yang terjadi menurut penyelidikan anak buahnya di Klinik bersalin itu. Bastian berusaha dengan keras untuk menahan kegeramannya saat mendengar semua laporan dari Jay.“Siapa mereka? Apa kalian mengenalinya?”“Siapa mereka yang berani menculik istriku?!” seru Bastian dengan sangat geram.“Katakan, apa Elsie yang melakukan ini?” Wajah Bastian memerah dan kedua matanya menyala dengan tatapan yang siap menerjang siapa saja yang bersinggungan dengannya.“Sepertinya ada pihak lain yang ikut andil. Sebab dokter dan perawat di klinik itu bersumpah mengatakan mereka tidak mengetahui siapa yang membawa pergi Ibu Kan
Sementara itu, di tempat berbeda, Kanaya mengerang kesakitan. Air susunya selalu saja penuh padahal sudah beberapa kali ia memompanya. Dan setiap kali ia memompa air susu itu, setiap kali juga ia teringat wajah putranya.Wajah bayi mungil yang hanya sempat ia lihat selama beberapa menit itu terekam jelas dalam benaknya. Sedang apa dia sekarang? Apa dia masih menangis? Susu apa yang diberikan padanya? Dan bagaimana keadaannya?Kanaya hanya bisa memikirkannya dalam benaknya tanpa ia pernah merasakan menyentuhnya, mengecupnya, apalagi memeluknya.Kanaya membayangkan Bastian sedang bersama dengan putranya. Mungkin dia sedang menggendongnya, mengajaknya bicara, me-nina-bobok-kannya, atau bahkan memberinya susu. Dan Kanaya yakin, Bastian tidak sendiri. Ada Elsie yang berada di sampingnya, dan bahkan keluarga besar Bastian yang akan mengelilingi bayi mungil itu, memanjakannya dan menjadikannya seorang raja kecil diantara mereka.Kanaya membayangkan putranya itu akan tumbuh serba berkecuk
Reno hampir saja tersedak mendengar ucapan Kanaya. Pasalnya, ia belum menemukan di mana Ayunda dan Laila berada. Apa yang akan ia katakan pada Kanaya? Bahwa ibu dan budenya tiba-tiba menghilang? Ia tidak bisa melakukannya, tidak saat kondisi Kanaya masih seperti ini.“Aku rasa— itu bukan ide yang baik, Kanaya,” ucap Reno sebelum ia meneguk air putih di hadapannya.“Aku benar-benar tidak ingin merepotkanmu.”“Kamu tidak merepotkanku, Kanaya. Sama sekali tidak,” ucap Reno, kali ini ia menaruh alat makannya.“Aku senang dengan keberadaanmu di sini, jadi jangan merasa tidak enak atau sungkan.”Ia lalu menambahkan sebelum Kanaya sempat menimpali ucapannya. “Kamu aman di sini. Tidak ada yang berani mengganggumu di sini.”“Dan mengenai ibumu, aku akan membawamu menemuinya jika waktunya tepat.”“Jika waktunya tepat?” Kanaya menatap Rizal meminta penjelasan. Kapan waktu yang tepat menurutnya?“Ya, jika keadaan sudah aman untukmu dan ibumu.”Kanaya terdiam sesaat, memikirkan ucapan Rizal. Jik
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…