Kanaya ada di sini? Tapi bagaimana mungkin? Bastian mengecilkan suaranya dan kembali bertanya untuk memastikan. “Di sini? Di rumah ini? Kamu yakin?” “Be-benar Pak. Saya lihat ibu keluar dari mobil Dokter Indra di garasi.” Mobil Indra? Indra yang membawa Kanaya ke sini! Untuk apa? Apa tujuan Indra? Apa yang Indaebgia merencanakan sesuatu? Bastian menjadi resah, khawatir pada Kanaya dan khawatir rahasianya akan terbongkar. “Di mana mereka?” tanya Bastian dengan nada suara yang membuat bulu kuduk Rafles merinding. “Ibu Kanaya, saya tadi melihat beliau masuk ke dalam tenda DIY, sedangkan Dokter Indra, saya tidak tahu di mana dia berada.” Bastian tidak bertanya lagi. Ia berjalan dengan langkah panjang dan cepat, turun ke bawah menuju halaman belakang. Ia langsung mencari Kanaya di tenda DIY, namun saat ia sampai di sana, Kanaya sudah tidak ada. “Di mana wanita muda yang datang ke sini dan sedang mengandung?” tanya Bastian tanpa berpikir dua kali pada penjaga tenda booth itu. “Y
Kanaya berusaha untuk tidak memperdulikan tatapan perempuan itu. Ia sungguh tidak mengenal siapa dia. Saat berjalan ke wastafel untuk mencuci tangan, Kanaya bisa merasakan tatapan mata wanita itu terus mengikutinya. “Jadi kamu istri keduanya Bastian?” Deg! Kanaya berhenti mencuci tangannya mendengar ucapan perempuan itu. Darimana dia tahu? Kanaya melirik sekilas ke arah perempuan itu melalui pantulan cermin di depannya. Ia melihat stiker nama bergambar bayi mungil bertuliskan ‘CLARA’ di bagian dada perempuan itu. Stiker nama itu pasti dia dapat dari nengikuti salah satu permainan yang ada di acara hari itu. “Aku tidak tahu apa maksudmu,” balas Kanaya sebelum kembali lanjut mencuci tangannya. Kanaya hanya bisa berpura-pura tidak mengerti apa yang perempuan itu katakan. Ia tidak tahu siapa dia atau bagaimana dia bisa mengetahui ia telah menikah dengan Bastian. Yang jelas, Kanaya tidak bisa mengakuinya. Ia terikat kesepakatan dengan Bastian untuk merahasiakan kesepakatan ibu pe
“Berani-beraninya kamu datang ke sini, Kanaya! Apa kamu sudah gila?” Elsie berjalan cepat kemudian membalikkan tubuh Kanaya dengan kasar. “Aahhh! Lepaskan, Bu Elsie!” Kanaya memekik terkejut. Ia hampir saja terjatuh, namun segera menyeimbangan tubuhnya. Ia lalu memegang pergelangan tangan Elsie, mencoba melepaskan cengkeraman tangan perempuan itu. Elsie tidak melepaskan Kanaya dan justru mendorongnya. “Elsie!” Rosa yang sedianya ikut merasa kesal dan ingin melabrak Kanaya, segera berubah sikap ketika melihat sikap Elsie yang begitu kasar. Ia berusaha melerai khawatir tindakan Elsie itu bisa membahayakan kandungan Kanaya. Jika terjadi sesuatu dengan kandungan Kanaya, maka Elsie sendiri yang akan dirugikan! Akan tetapi Elsie yang sudah kesal dan naik darah, tidak mengindahkan peringatan Rosa itu. Ia terus mendorong pundak Kanaya dengan geram. “Sudah berani kurang ajar kamu, Kanaya! Berani-beraninya datang kesini! Kamu pikir bisa datang seenaknya saja ke sini?” Elsie begitu kes
Bastian, Indra, Elsie dan Rosa saling bertukar pandang. Bagaimana mungkin Miranda ada di sini? Apa yang harus mereka katakan? Miranda datang bersama asistennya, Aida dan berhenti di samping mereka. “Ma-mamah! Bukan apa-apa Mah. Ini— Elsie hanya memergoki orang yang datang ke acara kita tanpa di undang. Sudah yuk Mah, biar Bastian yang urus. Kita balik ke acara saja!” Elsie berusaha mengajak Miranda pergi. Ekspresi wajahnya langsung berubah 180 derajat. Ia bersikap sangat manis dengan senyum terkembang di wajahnya. Indra terkejut melihat perubahan sikap Elsie yang seperti itu. Ini kali pertama ia melihat Elsie begitu mudahnya bersandiwara. Bastian, ia juga menyadari hal itu, namun ia tidak terkejut. Ia pernah melihat Elsie bersikap seperti itu sebelumnya. Akan tetapi, tetap saja ia tidak pernah merasa terbiasa dengan hal itu. Hal itu bukanlah suatu prestasi yang bisa ia banggakan atau aib yang ia bongkar dari istrinya. Bastian memilih tidak berkomentar dan diam memperhatikan sand
“Bagaimana keadaannya?” Bastian bertanya dengan penuh harap.Walaupun ia sering kali merasa panas saat melihat Indra bersama Kanaya, namun kali ini ia membiarkan Indra mengantar Kanaya pulang. Terlebih Indra mengatakan akan memeriksa kandungan Kanaya di kliniknya hari itu juga.Bastian sendiri tidak bisa mengantar Kanaya, karena ia masih harus berada di rumah orang tuanya.Beberapa menit yang lalu, ia baru sampai di Sunnyside Estate bersama Elsie. Bastian langsung pergi ke ruang kerjanya dan menghubungi Indra.“The baby is fine. Kamu menangkapnya di waktu yang tepat,” jawab Indra dari ujung sambungan telepon.Bastian menghembuskan nafas lega. Ia tidak perlu merasa khawatir lagi sekarang.“Bas, tinggalkan Kanaya,” ucap Indra tiba-tiba.Baru saja merasa lega, mendengar Indra mengatakan hal ini membuat senyum di wajah Bastian kembali menghilang.“Sudah kubilang, ini bukan urusanmu!”“Ini urusanku kalau terjadi sesuatu dengannya!” Indra balas dengan sama keras.“Tidak akan terjadi sesuatu
“Fariz bilang dia sedang kumpul sama Bastian dan Ardyan di caffeine Cuisine.” Clara berbicara di telepon.“Kamu yakin?”“Ya Elsie. Aku baru saja menghubunginya. Ada apa?” “Tidak. Tidak ada apa-apa. Aku hanya kuatir Bastian terlalu lelah. Kamu tahu sendiri kan kalau hari ini kami baru selesai mengadakan acara,” jawab Elsie.Malam itu, Elsie menghubungi Clara untuk menanyakan jika Bastian ada bersama Fariz atau tidak. Alasan sebenarnya karena ia curiga Bastian pergi menemui Kanaya. Namun setelah mendengar Clara mengatakan bahwa Bastian sedang bersama Fariz dan Ardyan, ia menjadi lega.Mendengar Elsie mengungkit acara hari itu, Clara kembali teringat pada perempuan hamil yang ia lihat tengah bertemu diam-diam dengan Bastian di rumah kaca. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Elsie mengetahui hubungan mereka? Apalagi perempuan itu sampai hamil anak Bastian. Bukankah sudah seharusnya Elsie mengetahui hal itu?“Mm.. Elsie…” panggil Clara dengan ragu.“Ya? Ada apa Clara?” Elsie sebenarnya i
Kanaya melirik jam di dinding. Saat itu sudah hampir jam sembilan malam. Namun, Bastian belum juga datang. Tadi siang saat mereka di rumah kaca, Bastian mengatakan jika dia akan datang malam ini untuk membuktikan jika ia bisa menepati ucapannya, yaitu datang saat ia membutuhkan Bastian. Kanaya menarik nafas dalam dan kembali melirik jam di dinding. Satu menit yang terasa lama baginya. “Sepertinya Papamu tidak datang malam ini, Nak,” ucap Kanaya sambil menatap perutnya. Kanaya mengerti jika Bastian akan sulit untuk datang menemaninya malam ini. Bastian mungkin lelah setelah acara hari ini. Atau mungkin istri pertama suami sirinya itu tidak mengijinkannya pergi. Namun begitu, ada rasa kecewa terselip di hatinya, terlebih karena ia sudah terlanjur berharap. “Non, belum tidur? Mau bibi bikinin susu?” tanya Sifa yang baru selesai membereskan urusan dapur. Semenjak hamil besar, Kanaya jarang tidur hingga larut malam. Biasanya sebelum jam 9 dia sudah masuk ke dalam kamar. “Nggak us
Iris mata Kanaya bergerak memperhatikan wajah Bastian. Kapan dia datang? Kenapa aku tidak mendengar suara mobilnya? Batin Kanaya, yang belum lama memejamkan mata. Di sampingnya pria yang ditunggunya itu tengah berbaring menatapnya. Wajah tampannya terkejut melihat ia membuka mata. “Naya, aku membangunkanmu?” tanya Bastian dengan alis terangkat. Kanaya tidak menjawab. Ia menatap Bastian sambil berkedip beberapa kali, memastikan ia tidak sedang bermimpi. Setelah pikirannya jernih dan yakin ia sedang tidak bermimpi, Kanaya mengangkat tangannya menyentuh wajah Bastian. “Bapak datang,” gumamnya pelan dengan suara berbisik. Tidak terdengar nada protes dari suaranya. “Maaf, aku datang terlambat,” ucap Bastian sambil bergeser mendekat, mempererat rangkulan pinggangnya. Ia menyatukan kening mereka, sehingga hidung mereka bersentuhan. Jari-jari tangan Kanaya bermain dengan pipi dan garis rahang Bastian, menelusuri sisi wajah pria itu. “Yang penting Bapak di sini,” balas Kanaya sambil t
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…