Kanaya duduk di sofa dengan tidak tenang. Meskipun layar televisi menyala, namun pikiran Kanaya tidak berada di sana. Sebentar-sebentar ia melirik ke arah dapur di mana Bastian sedang membuat burger untuknya. Ia memegang perutnya, meraskan bayi dalam kandungannya bergerak. Rupanya bayi itu sama antusiasnya dengan dirinya. Mereka berdua begitu tidak sabar untuk segera menyantap burger buatan Bastian. Kanaya berdiri. Ia tidak dapat menunggu lebih lama lagi. Apalagi setelah mencium bau sedap daging yang terpanggang api, begitu menggugah selera dan rasa laparnya. Sambil menelan ludah, Kanaya berjalan ke dapur mendekati Bastian. Pria itu tengah sibuk memasak, memotong sayuran, menghangatkan roti bun dan memanggang daging patty yang dia olah sendiri. “Masih lama, Pak?” tanya Kanaya. Ia lalu membungkuk mendekati daging burger yang dipanggang di atas sebuah wajan datar anti lengket dan menghirup wanginya. Ya ampun, anak sekali baunya! Batin Kanaya dengan perut yang meronta, begitu ingi
“Ba-bapak pasti salah lihat. Naya… Naya hanya melihat daging di panggangan itu,” jawab Kanaya beralasan dengan kikuk. Ia berharap wajahnya sedang tidak memerah saat itu, namun ia sungguh meragukannya karena ia bisa merasakan wajahnya memanas saat itu juga. Bastian terkekeh pelan mendengar alasan Kanaya. “Alasan yang cukup bagus. Tapi sayangnya daging ini sudah tidak lagi ada di pemanggang,” timpal Bastian sambil menunjuk dua buah burger yang sudah siap di atas dua buah piring saji, lengkap dengan tumpukan kentang goreng di sampingnya. “Ta-tadi kan masih di sana…” alasan Kanaya dengan salah tingkah. Ia tidak mungkin mengakui apa yang ada dalam pikirannya tadi. Mau ditaruh di mana mukanya? Bastian tertawa. “Aku hanya bercanda, Naya. Ayo, kamu pasti sudah tidak sabar ingin makan ini,” sahut Bastian sambil ia mengangkat kedua piring itu dan mulai berjalan. Kanaya turun dari stool dengan menghembuskan nafas lega. “Naya ambil minuman. Bapak mau jus?” “Sure!” Kanaya pun mengambil dua
Degup jantung Kanaya begitu cepat tatkala Bastian menurunkan wajahnya dan memagut bibirnya. Bibir hangat dan lembut milik Bastian itu menyentuhnya dengan sangat lembut, menyesapinya perlahan, menunggu respon darinya. Godaan itu terasa begitu besar bagi Kanaya. Apakah ia akan membalasnya? Bukankah ini yang selalu dirindukannya? Kanaya benar-benar merindukan Bastian. Merindukan kecupan, pelukannya dan bahkan sentuhan tangan dan bibir Bastian di tubuhnya. Perlahan Kanaya memejamkan mata, dan ia membalas pagutan bibir Bastian itu. Ia mengikuti ritme pria itu, menyesap dengan perlahan. Merasakan respon Kanaya, Bastian semakin dalam menyesapnya. Tangan yang ada di tengkuk Kanaya pun menarik gadis itu lebih dekat, memperdalam pagutan bibir mereka. Desahan dan tarikan nafas keduanya di sela-sela cesapan bibir terdengar mengisi keheningan malam di rumah di jalan Sunset Summit itu. “Pak Bas…” Kanaya memanggil nama pria itu dalam suaranya yang mendesah serak. “Ya Naya? Katakan apa yang
Bastian mengangkat pandangannya menatap Kanaya. Ia seperti mendengar Kanaya mengucapkan sesuatu. “Apa?” Kanaya menatap balik Bastian. “Kenzo. Nama itulah yang sering aku pikirkan saat aku punya anak nanti,” tuturnya menjelaskan. Mendengar penuturan Kanaya, Bastian kembali berbaring di samping gadis itu. Dia ingin mendengar lebih lanjut apa yang akan dikatakan Kanaya. “Kenapa? Apa nama itu mempunyai arti istimewa?” Kanaya mengangkat bahunya, tidak yakin kenapa ia memilih nama itu. “Nama itu terdengar bagus diucapkan. Aku menyukainya dan artinya pun tidak jelek.” “Kenzo berarti kuat dan sehat. Selain itu, nama itu juga berarti bijaksana, cerdas dan sempurna,” tambah Kanaya sambil melirik pria di sampingnya. Secara refleks ia mengelus perutnya seakan menyapa bayi mungil yang ada di sana. “Dan kalau perempuan? Nama apa yang kamu pilih?” tanya Bastian dengan penuh perhatian. “Freya,” jawab Kanaya pendek. “Freya?” Bastian mengulang nama itu dengan tanda tanya besar. Ia pikir Kanaya a
“Jangan gerak, ya Pak! Jangan salahin Naya kalau jambangnya sampai kepotong!” “Hem. Sudah, jangan banyak ngomong,” protes Bastian yang sudah berdiri menunggu Kanaya mengesekusi jenggot dan kumisnya. Kanaya memegang alat cukur elektrik itu dengan bingung. Harus mulai dari mana? Ia belum pernah mencukur jenggot sebelumnya, tetapi melihat Bastian memakai krim cukur, ia ingin sekali mencobanya. “Mulai dari sisi rahang tarik ke bawah, Kanaya Jasmin,” Bastian memberi arahan sambil menunjuk bagian yang harus dicukur lebih dahulu. “Sabar Bapak Bastian,” balas Kanaya sambil fokus melihat bagian yang ditunjuk dengan berjinjit, karena tinggi badannya masih lebih pendek daripada Bastian. Bastian menghela nafas melihat Kanaya berjinjit. Ia lalu mengangkat gadis itu dan mendudukkannya di atas wastafel. “Nah, mulai!” perintah Bastian sambil menyorongkan tubuhnya dan memagari sisi Kanaya dengan kedua lengannya. Kanaya mulai mencukur bagian yang ditunjuk Bastian sembari tangan satunya menahan
“Dana, apa saja manfaat latihan Yoga Couple?” Bastian lanjut bertanya saat melihat ekspresi wajah terkejut Kanaya. Ia memanjangkan tangannya dan merangkul pundak gadis itu layaknya pasangan suami istri. “Banyak sekali manfaatnya, selain memberikan ketenangan, menurunkan resiko lahir prematur dan komplikasi, melakukan prenatal yoga dengan pasangan juga memperkuat bounding antara Ayah, ibu dan buah hati,” terang Dana sambil tersenyum melihat pasangan di hadapannya. “Bagus sekali Naya, kita harus mencobanya.” Bastian sengaja menekankan hal itu. Kanaya mau tak mau mengangguk menyetujuinya. Latihan di mulai dengan pemanasan, duduk bersila dengan membelakangi satu sama lain. “Tutup mata, atur pernafasan. Saling selaraskan. Tarik nafas, buang nafas….” Dana mulai memberikan arahan saat Bastian dan Kanaya mempraktekkannya Ada beberapa gerakan perenggangan otot yang dilakukan yang membutuhkan kerjasama antara keduanya. Salah satunya dengan menggunakan gym ball. “Forward bent gentle strech
Kanaya tidak langsung mendatangi Bastian seperti permintaan pria itu. Ia justru berjalan ke arah saklar lampu sambil memberi Bastian lirikan menggoda. Lalu ia pun mematikan lampu kamar itu. Sinar matahari yang remang masuk melalui tirai serta sejuknya udara dari pendingin ruangan memberikan sensasi eksotik kamar itu. Jakun Bastian naik turun saat melihat Kanaya mulai berjalan ke arahnya dengan langkah kaki berlenggak lenggok gemulai dalam suasana romantis. Melihat bentuk perut membesar yang membawa benihnya serta payudara yang penuh dan ranum semakin membuat gairahnya memuncak. Bastian tidak tahu mengapa ia begitu bergairah pagi itu. Padahal mereka sudah bercinta tadi pagi. Akan tetapi juniornya seakan tidak pernah merasa cukup saat ia berada di dekat Kanaya. Dielusnya juniornya yang sudah bediri tegak tak sabar untuk beraksi, sambil ia menatap tak berkedip pada gadis itu. “Berhenti, Naya.” Perintah Bastian tanpa mengalihkan pandangannya. Kanaya berhenti sekitar satu meter di
Bastian sedang duduk bersila di atas ranjang. Ia fokus menatap layar laptopnya. Bastian melirik pintu kamar mandi di mana ia mendengar suara air mengalir. Kanaya, istri sirinya itu sedang mandi setelah bangun dari tidur siangnya.Jika tidak sedang ada pekerjaan, sudah pasti ia akan bergabung bersama Kanaya di sana. Namun sayangnya ada beberapa surat elektronik penting yang harus ia kirim berhubungan dengan bisnisnya.Tiga hari sudah Bastian tinggal di Sunset Summit, hanya berdua dengan Kanaya. Namun hari itu ia harus kembali ke Sunnyside Estate.Nada panggil dari teleponnya tiba-tiba saja terdengar. Bastian melirik dan melihat nama Elsie tertera di sana.Bastian meraih telepon genggamnya dan ia mengangkatnya.“Ya sayang?” sapa Bastian sambil melirik ke arah pintu kamar mandi.“Kamu jadi pulang kan hari ini? Aku udah kangen Sayang…” terdengar suara Elsie dengan nada merajuk manja.“Iya, nanti sore pesawatku sampai.” Bastian terpaksa berbohong. Ia kembali melirik pintu kamar mandi.Ent
“Freya,” ucap Bastian dengan senyum di wajahnya. “Freya Jacinta Dwipangga.” Miranda dan Ayunda saling bertukar pandang sebelum tersenyum dan mengangguk. “Freya. Nama yang Indah,” gumam keduanya menyetujui. Hari itu semua yang ada di Alpine Nest menyambut baik kehadiran bayi mungil bernama Freya Jacinta Dwipangga. Begitu pula Kenzo yang begitu senang ketika diperbolehkan melihat langsung adiknya itu. Mulai hari itu, ia telah menjadi seorang kakak. Apalagi, adiknya itu hadir sebagai hadiah ulang tahun terindah baginya. Keluarga besar Dwipangga hari itu sangat berbahagia. Bukan hanya karena ulang tahun pertama Kenzo, namun juga hadirnya Freya dalam keluarga mereka. Berita kelahiran Freya langsung tersebar ke seantero Emerald City, meskipun sosok bayi tersebut masih dirahasiakan dan belum di perlihatkan kepada publik. Publik ikut merasa senang dan tidak sabar untuk segera melihat sosok putri keluarga Dwipangga yang diberitakan memiliki paras yang rupawan. Berita persalinan Kanaya p
“Ama… Ama.. atit?” tanya Kenzo pada Haidar, kakeknya. Tampak ia mengkhawatirkan mamanya.Apalagi ia melihat Papanya begitu panik saat membawa mamanya pergi masuk ke dalam ruangan dengan kolam besar yang ada di dekat mereka. Haidar tersenyum dan menggeleng. Ia berusaha untuk tidak tampak gelisah atau khawatir. “Mama tidak sakit, tapi saat ini sedang melahirkan adiknya Kenzo,” terangnya pada cucu kesayangannya itu.“Kenzo di sini dulu ya sama Kakek. Nanti kalau adik sudah keluar dari perut mama, Kenzo bisa ketemu sama adik.” Haidar pun duduk dan memangku Kenzo di sofa.Kanaya sudah pernah menceritakan pada Kenzo mengenai adik bayi yang ada di dalam perutnya, sehingga Kenzo tidak terlalu bingung atau panik saat mengetahui Kanaya akan melahirkan. “Sini, Kenzo boboan di sini.” Haidar menepuk ruang kosong diantara dirinya dan Azhar, agar cucunya itu bisa beristirahat dan tidur. Ia tahu Kenzo tidak akan mau pergi tidur ke kamarnya mengetahui mamanya tengah melahirkan adiknya.Akan tetapi
Ardyan dan Aliya telah menikah sejak 6 bulan yang lalu, dan sekarang kandungan Aliya telah menginjak 3 bulan.Mereka berdua memang tidak menunda kehamilan dan berharap segera diberikan keturunan. Selain itu, Ardyan juga sudah berusia lebih dari 30 tahun, sehingga dia tidak ingin lagi menunda.Dan meskipun kehamilan Aliya masih muda dan belum terlihat benar, namun jika diperhatikan dengan seksama, akan terlihat benjolan kecil di perutnya.Saat ini, Aliya masih bekerja di LiveTV, namun ia tidak lagi bekerja di lapangan untuk mencari berita setelah mengetahui kehamilannya. Ia memilih bertugas di dalam studio untuk sementara waktu. Sedangkan Ardyan, dia masih menjalani hari-harinya sebagai the best neurosurgeon di Emerald City, sekaligus Direktur Emerald Restorative Centre, Rumah Sakit terbesar dan tercanggih di Emerald City.“Bagaimana kehamilanmu kali ini? Ah, Kenzo pasti senang sekali akan segera memiliki seorang adik!” Aliya memegang perut besar Kanaya dan mengelusnya.“Untuk yang
Acara ulang tahun berlangsung dengan sangat meriah. Anak-anak panti yang diundang untuk datang tampak sangat senang. Berbagai macam permainan, hiburan bahkan hadiah-hadiah yang dibagikan membuat mereka tertawa sepanjang acara.Tamu undangan lainnya, keluarga, dan kerabat yang membawa anak-anak mereka juga menikmati acara itu. Mereka membawa berbagai macam hadiah, dari mainan anak-anak yang sangat populer dan diminati, hingga hadiah yang bernilai fantastis.Berbagai macam hidangan disajikan. Dari mulai hidangan berbentuk lucu bertemakan kerajaan untuk anak-anak hingga hidangan estetik dan lezat dari chef terkemuka yang menggunakan bahan-bahan berkualitas premium.Dan Kenzo, bocah berulang tahun yang memiliki paras rupawan perpaduan antara Kanaya dan Bastian, menjadi pusat perhatian di acara itu. Tidak hanya parasnya, tingkah polah anak berusia 1 tahun itu selain menggemaskan juga telah membuat decak kagum tamu undangan. Di usia yang masih sangat kecil, Kenzo telah menunjukkan sikap
Hari itu, di Alpine Nest ramai dengan banyak orang yang datang. Azhar, Haidar, Miranda, Ayunda, Laila, dan Fadly—sepupu Kanaya. Tidak lupa Alea, Fariz dan Clara juga sudah hadir di sana.Mereka semua datang untuk menghadiri ulang tahun pertama Kenzo yang hanya dihadiri oleh orang-orang terdekat, keluarga dan teman serta anak yatim yang sengaja diundang untuk memeriahkan acara itu.Acara dilangsungkan di halaman belakang rumah mereka, dengan mengusung tema Royal Prince. Sesuai dengan tema, maka di dekat danau itu dibangun sebuah miniatur kastil kerajaan, dengan dekorasi balon dan hiasan lainnya yang berwarna emas, biru dan putih.Makanan yang dihidangkan pun dibuat sesuai tema. Mewah, namun dengan bentuk yang lucu dan menggemaskan sesuai dengan usia baby Kenzo yang baru berulang tahun pertama.“Apa semua sudah siap? Di mana Kenzo?” Kanaya baru selesai berpakaian, dan ia memastikan kembali persiapan mereka untuk acara itu.Ia dan Bastian juga ikut mengenakan kostum Royal King dan Queen
“Bos, itu orangnya!” Seorang pria dengan banyak tato di tangannya melapor pada seorang pria yang duduk di dalam sebuah mobil SUV.Jendela mibil SUV itu diturunkan dan tampaklah wajah seorang pria. Dia mengenakan jaket hitam dan kaca mata hitam. Rambut panjangnya yang diikat ke belakang, dicepol kecil dibagian atas, sehingga menampakkan potongan rambut pendek undercut dibagian bawah yang rapi.Pria itu membuka kaca matanya dan melihat ke luar pada sosok dua orang pria yang sedang berdiri membelakangi mereka yang berjarak cukup jauh. Kedua orang itu berpakaian parlente, kemeja rapi dengan sepatu kulit yang mengkilap.“Hanya berdua saja?” tanya Jono—pria berjaket hitam di dalam mobil.“Hanya mereka dan supir di dalam mobil.” Anak buah Jono menunjuk sebuah mobil Mercedes Benz S class berwarna hitam terparkir di ujung bagian jalan itu.Jono tidak mengetahui siapa orang itu. Mereka berpenampilan rapi dan parlente, namun mereka berdua bukan berasalah dari Emerald City.Jono memberi isyarat
Mobil Rolls Royce limited edition itu, memasuki halaman rumah besar dan luas bernama Alpine Nest, dan berhenti tidak jauh dari pintu utama rumah itu.Kanaya dan Bastian turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam rumah. Rumah yang kali pertama Kanaya datangi belum memiliki furnitur yang lengkap, saat ini telah berubah menjadi sebuah rumah yang indah dengan berbagai kelengkapan yang memberi kesan tersendiri.Kanaya sengaja memilih furnitur, korden, wallpaper serta berbagai aksesoris rumah lainnya dengan warna dan model yang memberi kesan homy, sebuah tempat tinggal yang hangat dan nyaman untuk ditinggali keluarga mereka.Saat memasuki rumah itu, tidak terasa suasana kaku ataupun asing. Ruangan demi ruangan seakan membuat siapa pun merasa di nyaman berada di sana. Dari mulai ruang tamu, ruang keluarga, dapur, hingga setiap kamar tidur di rumah itu, memberi kesan hangat. “Kenzo mana Bi?” Kanaya bertanya saat ia bertemu Sifa di ruang keluarga.Perempuan yang menjadi pengasuhnya saat menga
“Maaf… maaf, aku tidak sengaja…” ucap orang itu dengan segera. Ia kemudian tampak terkejut ketika melihat Bastianlah yang ia tabrak.“Lain kali jalanlah dengan hati-hati.” tegur Bastian sambil mengingatkan dengan nada dingin.Untung saja dia tidak menabrak Kanaya! Jika sampai itu terjadi, ia akan sangat marah.“Tentu, lain kali saya akan jalan dengan hati-hati.” Mahasiswi yang menabrak Bastian itu tampak tersipu malu. Ia melirik Bastian dengan tatapan menggoda sembari menyelipkan anak rambut ke belakang telinga.Bastian bersikap acuh tak acuh pada perempuan itu dan sibuk merapikan kemeja yang dikenakannya.Lain halnya dengan Bastian, Kanaya justru menangkap gestur perempuan yang dengan sengaja menggoda Bastian. Dan ini membuat Kanaya kesal.Jelas, bukan hanya dirinya saja yang menyadari betapa menariknya Bastian.Selama ia menjadi istri Bastian, tidak sedikit wanita lain yang mengagumi Bastian, bahkan ada yang dengan berani dan terang-terangan berusaha mendekati suaminya itu.Mahasis
“Kulit lebih bersinar, atau di sebut dengan pregnancy glowing…” Bastian membaca sebuah artikel melalui telepon genggamnya. Ia tampak berpikir sebelum bergumam, “Sepertinya benar.”Ia membayangkan kulit istrinya itu memang terlihat lebih glowing di kehamilan kedua. Jadi, apakah semua mitos itu benar?Bastian kembali membaca lanjutan artikel itu.“Payudara sebelah kiri lebih besar dari yang kanan…” Bastian mengerutkan keningnya. Ah, ada-ada saja. Apa iya perbedaan kehamilan bayi perempuan dan laki-laki bisa dilihat dari besarnya payudara kanan dan kiri?Ujung-ujungnya, Bastian geleng-geleng kepala dan lanjut membaca. “Sifat lebih moody, sensitif dan cerewet…” Bastian terkekeh pelan. Mungkin untuk yang satu ini ada benarnya. Sejak kehamilan kedua, Kanaya menjadi sangat perasa dan sensitif, bahkan sebelum mereka mengetahui jenis kelamin anak yang dikandungnya.Walau begitu, Bastian tidak pernah mempermasalahkannya. Apalagi ia memang tidak keberatan direpotkan oleh istrinya itu.“Ehem…