Seharusnya itu sesuatu yang bagus, tetapi kenapa menjadi masam ketika keluar dari mulut Rafael?Karina cemberut dan pergi mencari gaun yang cocok untuknya ditemani pramuniaga toko.Setelah Karina pergi, Jeremy yang berdiri di belakang Rafael tertawa lepas. "Tuan Muda Rafael, kalau kamu ubah nada bicaramu, Nona Karina pasti lebih senang."Rafael memandang Jeremy dengan tatapan dingin dan memperingatkan, "Pedulikan urusanmu sendiri."Tubuh Jeremy langsung berdiri tegak saat melihat tatapan dingin Rafael dan terbatuk-batuk pelan, berusaha terlihat serius.Dengan pelayanan hangat pramuniaga toko, Karina memulai perjalanannya mengubah penampilan yang membuat para wanita iri dan juga cemburu.Gaun pertama, dia mendengarkan saran pramuniaga toko dan mencoba gaun selutut berwarna merah mawar. Dengan kulit putih dan wajah halus, dia tampak elegan dan anggun.Rafael duduk di satu sisi sofa panjang ruang tunggu, ditemani Jeremy di sisi sofa yang lain. Saat melihat Karina keluar, mereka berdua men
"Tapi, bukannya terlalu mahal ...."Karina merasa dia akan dihukum oleh Tuhan jika memakai pakaian sebagus itu.Ketika Rafael mendengar ini, dia mengangkat alisnya dan memberi isyarat pada Karina untuk mendekat.Karina berkedip tidak mengerti. Begitu dia mendekat, Rafael mengulurkan tangan dan menariknya. Karina tidak siap dan hampir terjatuh menimpanya.Ketika dia hendak meronta, Rafael mengaitkan tangan di lehernya untuk mencegahnya melarikan diri. Bibir tipisnya mendekat ke telinga Karina. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Kamu itu wanitaku. Apa kamu ingin mempermalukan aku pakai pakaian yang seperti sekarang ini?""Bukan begitu. Maksudku ...""Jangan menyangkal."Rafael sangat tegas. tidak ada yang bisa mengubah pikirannya. Sampai-sampai Karina begitu marah dan tidak ingin berusaha membujuk lagi.Lagi pula, bukan dia yang harus mengeluarkan uang. Untuk apa dia membantunya berhemat!Tak lama kemudian, Jeremy datang membawa kotak hadiah berisi gaun tadi. Rafael mengambil kotak itu
Mata semua orang tertuju pada Karina.Karina tersipu menerima tatapan tajam semua orang. Namun, dia menahan rasa gugupnya dan berkata terus terang kepada Manajer Candra, "Kami nggak akan beli perhiasan ini."Senyuman di wajah Manajer Candra membeku. Dia memandang canggung kepada Rafael, lalu kepada Jeremy. Dia tidak tahu harus berbuat apa.Rafael melirik Karina dengan sedikit tidak senang, lalu berkata pada Jeremy, "Abaikan dia, langsung bayar saja.""Nggak, aku nggak suka kalung ini. Kalau dibeli pun aku nggak akan pakai!" Karina melontar kata demi kata, melawan tatapan tajam dari mata Rafael.Tidak diragukan lagi, kalung itu pasti sangat mahal. Baginya, kalung itu bukan lagi sekadar kalung, tetapi belenggu yang memenjarakan hati nuraninya.Menerima gaun tadi saja sudah melawan hati nuraninya. Dia tidak bisa menerima perhiasan semahal itu, meski hanya untuk pura-pura saja.Jika tidak, sifatnya akan berubah.Wajah Rafael semakin suram. "Katakan sekali lagi."Karina menarik napas panjan
Jeremy seketika berhati-hati melihat anehnya suasana."Tuan Muda Rafael, karena saya lihat Nona Karina nggak suka yang tadi, saya memutuskan sendiri untuk memilihkan yang lain. Nona Karina, coba dilihat, cocok atau nggak."Rafael menatap Karina dengan setengah tersenyum, seolah sudah bersiap untuk mentertawakan. "Silakan."Di bawah tatapan meledek Rafael, Karina dengan berani berjalan mendekat dan melihat perhiasan pilihan Jeremy. Itu adalah kalung renda platinum bertatahkan berlian. Kalung itu anggun, elegan, detail dan tidak lebih buruk dari yang sebelumnya.Karina menghela napas dalam hatinya. Yang satu ini mungkin juga sangat mahal."Aku ingin keluar melihat-lihat sendiri.""Mari ikuti saya." Seorang pramuniaga memandu Karina keluar .Tidak ada emosi atau kemarahan di wajah tampan Rafael. Dia duduk di sana dengan wajah suram dan seram. Jeremy menggeleng dalam hati dan tersenyum canggung. "Tuan Muda Rafael, biar saya ikuti Nona Karina melihat-lihat."Rafael meliriknya, memberikan pe
Orang-orang yang tadi keluar pun kembali memasuki ruang tunggu. Aura suram yang memenuhi ruangan terasa hampir menyesakkan.Rafael memandang Karina dengan wajah tenang, seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum. "Sudah menentukan pilihan?"Atas isyarat Jeremy, Karina menghampiri Rafael, menyerahkan kotak perhiasan yang diberikan Jeremy padanya. Katanya dengan sedikit kaku, "Aku ... tetap suka ini."Rafael menunduk dan melirik ke dalam kotak, tanpa ada perubahan berarti dalam ekspresinya.Namun, semua orang tahu bahwa masalah ini telah terlewati dengan lancar."Coba lagi dulu biar nggak menyesal," kata Rafael pada Karina."Oh ...." Karina mengangguk patuh sebelum Rafael kesal lagi. Masih sedikit malu-malu, pergi mencari cermin.Bibir Rafael yang sedikit tertarik ke bawah kini mulai terangkat. Dia melihat-lihat majalah mode di atas meja dengan santai, berkata kepada Jeremy di sampingnya, "Kerja bagus."Jeremy balas tersenyum dan mengangguk. "Sudah tugas saya untuk melayani Tuan Muda Rafae
Wanita mana pun tidak akan senang setelah mendengar ucapan seperti itu. Wajah Karina tertunduk dan dia merasa sedikit tidak senang. Apa maksudnya, bergantung dari pakaian?Namun, sesaat kemudian, Rafael berjalan menuju Karina, dengan tangan kirinya di belakang punggung dan tangan kanannya terulur ke arah Karina sambil membungkuk dan berkata, "Lady, bolehkah aku mengajakmu berdansa denganku?"Saat ini, tidak ada yang bisa mencela sopan santun Rafael.Dia menunjukkan sisi terbaik dari seorang pria kelas atas.Rafael seperti seseorang dengan kekuatan sihir misterius, dengan pesona yang mampu membuat semua wanita tergila-gila padanya. Siapa yang sanggup menolak ketika pria seperti itu mengajaknya berdansa?Saat Karina bertemu dengan mata Rafael, dia merasakan jantungnya berdegup kencang. Aliran darah di tubuhnya semakin berdesir cepat, dan wajahnya seketika terasa seperti terbakar.Dia merasa bahwa di suatu tempat di dalam hatinya, jantungnya mulai mengendur bersama dengan kedatangan Rafae
Saat Karina dan Rafael tiba di tempat dansa, waktu sudah hampir pukul 9 dan dansa pertama baru saja berakhir.Berdiri di ambang pintu ruang dansa, Rafael mengulurkan tangannya pada Karina."Um?"Karina menoleh ke belakang. Dia saat ini sangat gugup. Ada semburat kecemasan di wajahnya yang lembut.Rafael meliriknya dengan tatapan tidak senang dan memberi isyarat dengan suara rendah, "Pegang tanganku."Karina tiba-tiba mengerti dan buru-buru memeluk lengan Rafael. Sudah sampai di sini, dia hanya perlu mendengarkan baik-baik apa pun yang dikatakan Rafael.Saat pelayan membuka pintu ruang dansa, Karina menarik napas dalam-dalam dan memaksakan dirinya untuk lebih tenang. Jangan sampai membuat kesalahan di malam penting ini.Jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan ....Karina bergumam beberapa kali dalam pikirannya.Kedatangan Rafael pun tak disangka-sangka dan mengejutkan seluruh tamu pesta.Namun, kali ini, tak hanya Rafael. Karina juga menjadi sorotan
Pada saat yang sama, seorang wanita dengan tubuh agak berisi berjalan mendekat.Jeremy hanya bisa menyingkir ke samping saat melihat orang ini. Wanita bangsawan itu bahkan tidak melihat ke arah Karina. Dia tersenyum pada Rafael. "Rafael, aku sudah lama nggak melihatmu. Kamu semakin tampan saja."Rafael mengangguk dan tersenyum tipis, "Bibi Elliza, kamu juga kelihatan semakin muda."Dia adalah wanita yang sering berkumpul bersama ibu Rafael. Tentu saja statusnya cukup tinggi."Karina, perkenalkan, ini Bibi Elliza," kata Rafael pada Karina dengan suara lembut.Wajah cantik Karina menyunggingkan senyuman lembut dan sopan. Sangat pas, tidak berlebihan, tidak pula terlalu mengabaikan. Dia mengangguk ringan dan berkata, "Halo, Bibi Elliza."Mata Elliza memandang Karina dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik, benar-benar tidak menemukan sesuatu pun yang dapat dicela. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, seluruh busana itu dibuat khusus untuk Karina, tanpa kekurangan apa pun.Pesonanya b