Jeremy seketika berhati-hati melihat anehnya suasana."Tuan Muda Rafael, karena saya lihat Nona Karina nggak suka yang tadi, saya memutuskan sendiri untuk memilihkan yang lain. Nona Karina, coba dilihat, cocok atau nggak."Rafael menatap Karina dengan setengah tersenyum, seolah sudah bersiap untuk mentertawakan. "Silakan."Di bawah tatapan meledek Rafael, Karina dengan berani berjalan mendekat dan melihat perhiasan pilihan Jeremy. Itu adalah kalung renda platinum bertatahkan berlian. Kalung itu anggun, elegan, detail dan tidak lebih buruk dari yang sebelumnya.Karina menghela napas dalam hatinya. Yang satu ini mungkin juga sangat mahal."Aku ingin keluar melihat-lihat sendiri.""Mari ikuti saya." Seorang pramuniaga memandu Karina keluar .Tidak ada emosi atau kemarahan di wajah tampan Rafael. Dia duduk di sana dengan wajah suram dan seram. Jeremy menggeleng dalam hati dan tersenyum canggung. "Tuan Muda Rafael, biar saya ikuti Nona Karina melihat-lihat."Rafael meliriknya, memberikan pe
Orang-orang yang tadi keluar pun kembali memasuki ruang tunggu. Aura suram yang memenuhi ruangan terasa hampir menyesakkan.Rafael memandang Karina dengan wajah tenang, seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum. "Sudah menentukan pilihan?"Atas isyarat Jeremy, Karina menghampiri Rafael, menyerahkan kotak perhiasan yang diberikan Jeremy padanya. Katanya dengan sedikit kaku, "Aku ... tetap suka ini."Rafael menunduk dan melirik ke dalam kotak, tanpa ada perubahan berarti dalam ekspresinya.Namun, semua orang tahu bahwa masalah ini telah terlewati dengan lancar."Coba lagi dulu biar nggak menyesal," kata Rafael pada Karina."Oh ...." Karina mengangguk patuh sebelum Rafael kesal lagi. Masih sedikit malu-malu, pergi mencari cermin.Bibir Rafael yang sedikit tertarik ke bawah kini mulai terangkat. Dia melihat-lihat majalah mode di atas meja dengan santai, berkata kepada Jeremy di sampingnya, "Kerja bagus."Jeremy balas tersenyum dan mengangguk. "Sudah tugas saya untuk melayani Tuan Muda Rafae
Wanita mana pun tidak akan senang setelah mendengar ucapan seperti itu. Wajah Karina tertunduk dan dia merasa sedikit tidak senang. Apa maksudnya, bergantung dari pakaian?Namun, sesaat kemudian, Rafael berjalan menuju Karina, dengan tangan kirinya di belakang punggung dan tangan kanannya terulur ke arah Karina sambil membungkuk dan berkata, "Lady, bolehkah aku mengajakmu berdansa denganku?"Saat ini, tidak ada yang bisa mencela sopan santun Rafael.Dia menunjukkan sisi terbaik dari seorang pria kelas atas.Rafael seperti seseorang dengan kekuatan sihir misterius, dengan pesona yang mampu membuat semua wanita tergila-gila padanya. Siapa yang sanggup menolak ketika pria seperti itu mengajaknya berdansa?Saat Karina bertemu dengan mata Rafael, dia merasakan jantungnya berdegup kencang. Aliran darah di tubuhnya semakin berdesir cepat, dan wajahnya seketika terasa seperti terbakar.Dia merasa bahwa di suatu tempat di dalam hatinya, jantungnya mulai mengendur bersama dengan kedatangan Rafae
Saat Karina dan Rafael tiba di tempat dansa, waktu sudah hampir pukul 9 dan dansa pertama baru saja berakhir.Berdiri di ambang pintu ruang dansa, Rafael mengulurkan tangannya pada Karina."Um?"Karina menoleh ke belakang. Dia saat ini sangat gugup. Ada semburat kecemasan di wajahnya yang lembut.Rafael meliriknya dengan tatapan tidak senang dan memberi isyarat dengan suara rendah, "Pegang tanganku."Karina tiba-tiba mengerti dan buru-buru memeluk lengan Rafael. Sudah sampai di sini, dia hanya perlu mendengarkan baik-baik apa pun yang dikatakan Rafael.Saat pelayan membuka pintu ruang dansa, Karina menarik napas dalam-dalam dan memaksakan dirinya untuk lebih tenang. Jangan sampai membuat kesalahan di malam penting ini.Jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan, jangan membuat kesalahan ....Karina bergumam beberapa kali dalam pikirannya.Kedatangan Rafael pun tak disangka-sangka dan mengejutkan seluruh tamu pesta.Namun, kali ini, tak hanya Rafael. Karina juga menjadi sorotan
Pada saat yang sama, seorang wanita dengan tubuh agak berisi berjalan mendekat.Jeremy hanya bisa menyingkir ke samping saat melihat orang ini. Wanita bangsawan itu bahkan tidak melihat ke arah Karina. Dia tersenyum pada Rafael. "Rafael, aku sudah lama nggak melihatmu. Kamu semakin tampan saja."Rafael mengangguk dan tersenyum tipis, "Bibi Elliza, kamu juga kelihatan semakin muda."Dia adalah wanita yang sering berkumpul bersama ibu Rafael. Tentu saja statusnya cukup tinggi."Karina, perkenalkan, ini Bibi Elliza," kata Rafael pada Karina dengan suara lembut.Wajah cantik Karina menyunggingkan senyuman lembut dan sopan. Sangat pas, tidak berlebihan, tidak pula terlalu mengabaikan. Dia mengangguk ringan dan berkata, "Halo, Bibi Elliza."Mata Elliza memandang Karina dari atas ke bawah dengan tatapan menyelidik, benar-benar tidak menemukan sesuatu pun yang dapat dicela. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, seluruh busana itu dibuat khusus untuk Karina, tanpa kekurangan apa pun.Pesonanya b
"Reva, Rafael ada di sana, kenapa kamu masih di sini?" Seorang wanita mengenakan gaun malam ungu berjalan mendekat. Para artis yang berkeliling memberinya jalan.Mata Reva memerah dan dia menatap ibunya dengan perasaan sedih dan tidak terima. "Kak Rafael sudah punya pacar! Buat apa aku pergi ke sana?""Apa?" Ibu Reva baru saja pergi ke kamar mandi, jadi dia melewatkan interaksi antara Rafael dan Karina. Setelah menatap dengan saksama, baru dia melihat Karina yang memegang lengan Rafael. Tatapan matanya berubah suram. "Siapa perempuan yang berdiri di samping Rafael?""Mana aku tahu? Waktu Bibi Elliza pergi untuk menanyakan situasinya barusan, dia terlihat sangat sayang padanya!"Reva merasa sangat sedih memikirkan adegan tadi. Seharusnya dia yang menjadi pusat perhatian malam ini. Kenapa dia harus membiarkan seorang wanita yang tidak diketahui asal usulnya mencuri perhatian?"Ayo pergi." Ibu Reva tiba-tiba menariknya, hendak berjalan menuju Rafael.Reva terkejut. "Bu, Ibu mau apa?"Ibu
Dansa putaran kedua dimulai. Semua orang mencari pasangan dansa mereka dan turun ke lantai dansa.Karena Rafael membawa pasangan, tentu saja wanita lain tidak bisa mendekat dan mencoba bicara dengannya."Mau pergi berdansa?" tanya Rafael.Karina menggelengkan kepala dan berbisik, "Aku nggak bisa.""Kalau nggak bisa ya belajar. Bukannya kamu suka tantangan baru? Ayo pergi." Tanpa penjelasan lebih lanjut, Rafael menarik Karina ke lantai dansa.Karina buru-buru menghentikannya, sedikit cemas. "Kamu ini, apa kamu nggak tahu Nona Reva masih menatapmu?"Rafael tertegun sejenak. Tatapan aneh muncul di matanya yang gelap.Karina menarik napas dan berbisik, "Kamu membawaku ke sini biar Nona Reva lihat, 'kan? Kalau kamu berdansa denganku yang nggak bisa dansa, bukannya malah memberi dia kesempatan untuk dimanfaatkan?"Nona Reva menatap mereka tanpa henti dengan berapi-api. Kalau dia melakukan kesalahan, bukankah nanti dirinya yang akan dikata-katai?Penjelasannya masuk akal, tidak ada yang salah
Karena kunjungan mendadak Francis, semua orang di pesta itu merasa sedikit terguncang.Beberapa orang yang ingin mendekat langsung menghentikan langkah begitu melihat empat pengawal berwajah dingin berbaju hitam di sekelilingnya."Francis, kenapa baru sampai?" Rafael melangkah maju dan secara alami mulai berbicara dengan Francis dalam bahasa Cyrenia.Francis mengangkat bahu dan tersenyum tak berdaya. "Ada sesuatu.""Di mana Joan? Bukannya kalian harusnya ke sini bersama? Kenapa dia nggak kelihatan?""Ke toilet, katanya sakit perut."Kedua orang itu mengobrol dalam bahasa Cyrenia, sehingga hanya sedikit tamu yang dapat memahaminya. Aswin bahkan semakin mematung, tidak mengerti apa yang mereka bicarakan.Dia memaksakan senyum di wajahnya, memaksa masuk ke dalam pembicaraan. "Rafael, kamu kenal Tuan Francis?"Rafael samar-samar menjelaskan, "Kami teman kuliah. Francis katanya ingin melihat keindahan Agralva. Aku tahu pesta dansa Paman Aswin pasti dipenuhi wanita cantik, jadi aku mengundan