Di sebuah kafe yang sepi."Yani, apa sebenarnya maumu?" tanya Karina dengan pucat.Yani yang duduk di seberangnya sedang memainkan kuku merahnya dan berkata dengan perlahan, "Itu pertanyaanku. Setelah melakukan hal yang kotor seperti itu, berapa lama lagi kamu ingin membohongi Pak Neo?""Aku sudah berbohong apa pada Pak Neo?" tanya balik Karina dengan dingin.Karina sebenarnya sangat gugup, tetapi dia berusaha tetap terlihat tenang di depan Yani. Dia ingin tahu seberapa banyak Yani tahu tentang kejadian itu.Yani menyipitkan matanya, menatap lurus Karina dan berkata, "Kamu pura-pura nggak ingat apa yang terjadi di hotel hari itu? Kamu sudah melakukannya, kenapa nggak berani mengakuinya?""Aku nggak tahu apa yang kamu bicarakan." Karina buang muka dan pura-pura tidak tahu.Melihat Karina tidak mau mengakuinya, Yani mulai sedikit kesal. "Sebaiknya kamu mengaku sendiri kepada Pak Neo, kalau nggak, aku nggak akan keberatan menyebarkan kejadian itu di forum kampus."Karina langsung menatap
Hari Jumat.Pada pukul tiga sore, orang yang datang menjemput Karina tiba di pintu kelas tepat waktu.Karina masih berada di kelas terbuka. Melihat seorang pemuda berjas hitam elite muncul di pintu kelas, ekspresi dosen yang terkenal bertemperamen buruk seketika menjadi masam dan berjalan keluar.Semua mahasiswa di kelas langsung menoleh, melihat apa yang terjadi di luar. Tidak lama kemudian, dosen itu masuk dan berteriak dengan wajah masa, "Yang namanya Karina Stalin, ada yang mencarimu!"Mendengar itu, orang-orang di dalam kelas seketika memandang ke arah Karina.Karina langsung merasa sangat malu sampai wajahnya memerah."Astaga, Karina, kamu sudah menyinggung orang dari mafia, ya?" tanya Safira yang duduk di samping Karina dengan terkejut."Nggak," Karina segera mengemasi barang-barangnya, "Kalau aku nggak kembali, tolong bantu aku bawa buku-buku itu ke asrama."Setelah mengatakan itu, dia segera keluar melalui pintu belakang.Dia berpikir Rafael hanya bercanda dan tidak akan datan
'Nggak perlukah?'Mata coklat Karina hanya menatap lurus ke arah pria elegan di sampingnya, dia tidak bisa mengucapkan sepatah kata pun dan kata-kata Rafael sebelumnya terus berputar di benaknya.Merenggut kebebasanku hanya untuk sebuah kesepakatan yang bahkan tidak masuk akal itu? Atas dasar apa dia melakukan itu?''Hanya karena aku membencinya?''Sungguh nggak masuk akal!'Karina tahu bahwa sangat mustahil untuk berunding dengan Rafael. Terutama setelah melihat sikap orang-orang di sekitarnya, Karina langsung mengerti bahwa tuan muda ini sudah terbiasa bersikap arogan dan sama sekali tidak peduli dengan perasaan orang lain.Berdebat dengan orang seperti itu hanya akan membuat diri sendiri kesal. Karina pun mencoba menenangkan dirinya dan bertanya, "Bukankah pesta dansanya dimulai malam hari? Kenapa kamu memanggilku sepagi ini?"Rafael mengamati tubuh Karina dengan sedikit rasa jijik dan balik bertanya, "Menurutmu, kamu bisa menghadiri pesta berkelas dengan penampilanmu sekarang?""..
Seharusnya itu sesuatu yang bagus, tetapi kenapa menjadi masam ketika keluar dari mulut Rafael?Karina cemberut dan pergi mencari gaun yang cocok untuknya ditemani pramuniaga toko.Setelah Karina pergi, Jeremy yang berdiri di belakang Rafael tertawa lepas. "Tuan Muda Rafael, kalau kamu ubah nada bicaramu, Nona Karina pasti lebih senang."Rafael memandang Jeremy dengan tatapan dingin dan memperingatkan, "Pedulikan urusanmu sendiri."Tubuh Jeremy langsung berdiri tegak saat melihat tatapan dingin Rafael dan terbatuk-batuk pelan, berusaha terlihat serius.Dengan pelayanan hangat pramuniaga toko, Karina memulai perjalanannya mengubah penampilan yang membuat para wanita iri dan juga cemburu.Gaun pertama, dia mendengarkan saran pramuniaga toko dan mencoba gaun selutut berwarna merah mawar. Dengan kulit putih dan wajah halus, dia tampak elegan dan anggun.Rafael duduk di satu sisi sofa panjang ruang tunggu, ditemani Jeremy di sisi sofa yang lain. Saat melihat Karina keluar, mereka berdua men
"Tapi, bukannya terlalu mahal ...."Karina merasa dia akan dihukum oleh Tuhan jika memakai pakaian sebagus itu.Ketika Rafael mendengar ini, dia mengangkat alisnya dan memberi isyarat pada Karina untuk mendekat.Karina berkedip tidak mengerti. Begitu dia mendekat, Rafael mengulurkan tangan dan menariknya. Karina tidak siap dan hampir terjatuh menimpanya.Ketika dia hendak meronta, Rafael mengaitkan tangan di lehernya untuk mencegahnya melarikan diri. Bibir tipisnya mendekat ke telinga Karina. Dengan gigi terkatup, dia berkata, "Kamu itu wanitaku. Apa kamu ingin mempermalukan aku pakai pakaian yang seperti sekarang ini?""Bukan begitu. Maksudku ...""Jangan menyangkal."Rafael sangat tegas. tidak ada yang bisa mengubah pikirannya. Sampai-sampai Karina begitu marah dan tidak ingin berusaha membujuk lagi.Lagi pula, bukan dia yang harus mengeluarkan uang. Untuk apa dia membantunya berhemat!Tak lama kemudian, Jeremy datang membawa kotak hadiah berisi gaun tadi. Rafael mengambil kotak itu
Mata semua orang tertuju pada Karina.Karina tersipu menerima tatapan tajam semua orang. Namun, dia menahan rasa gugupnya dan berkata terus terang kepada Manajer Candra, "Kami nggak akan beli perhiasan ini."Senyuman di wajah Manajer Candra membeku. Dia memandang canggung kepada Rafael, lalu kepada Jeremy. Dia tidak tahu harus berbuat apa.Rafael melirik Karina dengan sedikit tidak senang, lalu berkata pada Jeremy, "Abaikan dia, langsung bayar saja.""Nggak, aku nggak suka kalung ini. Kalau dibeli pun aku nggak akan pakai!" Karina melontar kata demi kata, melawan tatapan tajam dari mata Rafael.Tidak diragukan lagi, kalung itu pasti sangat mahal. Baginya, kalung itu bukan lagi sekadar kalung, tetapi belenggu yang memenjarakan hati nuraninya.Menerima gaun tadi saja sudah melawan hati nuraninya. Dia tidak bisa menerima perhiasan semahal itu, meski hanya untuk pura-pura saja.Jika tidak, sifatnya akan berubah.Wajah Rafael semakin suram. "Katakan sekali lagi."Karina menarik napas panjan
Jeremy seketika berhati-hati melihat anehnya suasana."Tuan Muda Rafael, karena saya lihat Nona Karina nggak suka yang tadi, saya memutuskan sendiri untuk memilihkan yang lain. Nona Karina, coba dilihat, cocok atau nggak."Rafael menatap Karina dengan setengah tersenyum, seolah sudah bersiap untuk mentertawakan. "Silakan."Di bawah tatapan meledek Rafael, Karina dengan berani berjalan mendekat dan melihat perhiasan pilihan Jeremy. Itu adalah kalung renda platinum bertatahkan berlian. Kalung itu anggun, elegan, detail dan tidak lebih buruk dari yang sebelumnya.Karina menghela napas dalam hatinya. Yang satu ini mungkin juga sangat mahal."Aku ingin keluar melihat-lihat sendiri.""Mari ikuti saya." Seorang pramuniaga memandu Karina keluar .Tidak ada emosi atau kemarahan di wajah tampan Rafael. Dia duduk di sana dengan wajah suram dan seram. Jeremy menggeleng dalam hati dan tersenyum canggung. "Tuan Muda Rafael, biar saya ikuti Nona Karina melihat-lihat."Rafael meliriknya, memberikan pe
Orang-orang yang tadi keluar pun kembali memasuki ruang tunggu. Aura suram yang memenuhi ruangan terasa hampir menyesakkan.Rafael memandang Karina dengan wajah tenang, seperti tersenyum tetapi tidak tersenyum. "Sudah menentukan pilihan?"Atas isyarat Jeremy, Karina menghampiri Rafael, menyerahkan kotak perhiasan yang diberikan Jeremy padanya. Katanya dengan sedikit kaku, "Aku ... tetap suka ini."Rafael menunduk dan melirik ke dalam kotak, tanpa ada perubahan berarti dalam ekspresinya.Namun, semua orang tahu bahwa masalah ini telah terlewati dengan lancar."Coba lagi dulu biar nggak menyesal," kata Rafael pada Karina."Oh ...." Karina mengangguk patuh sebelum Rafael kesal lagi. Masih sedikit malu-malu, pergi mencari cermin.Bibir Rafael yang sedikit tertarik ke bawah kini mulai terangkat. Dia melihat-lihat majalah mode di atas meja dengan santai, berkata kepada Jeremy di sampingnya, "Kerja bagus."Jeremy balas tersenyum dan mengangguk. "Sudah tugas saya untuk melayani Tuan Muda Rafae
"Kalian!" teriak Karina.Karina merasa kesal. Dia memandang para wartawan dengan marah, lalu hendak membungkuk untuk mengambil dokumen-dokumen yang berserakan di tanah. Akan tetapi, bagaimana mungkin orang-orang ini peduli? Demi mendapatkan berita utama, mereka semua tidak segan-segan menggunakan cara apa pun.Dokumen yang tercecer di tanah itu sudah diinjak-injak oleh mereka sebelum sempat diambil Karina. "Cukup! Hubunganku dengan Pak Rafael memangnya ada hubungan dengan kalian?" teriak Karina dengan kesal sambil kembali berdiri tegak.Orang-orang itu sudah menghabiskan kesabaran Karina."Nona Karina, apakah Nona marah karena pernyataan kami benar? Apakah Nona benar-benar merayu CEO Grup Stalin demi bisa menjadi bagian dari keluarga kaya raya?""Nggak!" balas Karina dengan cepat."Jika tidak, bisakah Nona mengungkapkan bagaimana Nona dan Pak Rafael bertemu? Apakah Nona merasa bisa menjadi seperti Cinderella?""Benar, Nona Karina, Keluarga Stalin adalah keluarga terkenal. Apakah Nona y
Pada akhirnya yang mendapatkan keuntungan dari keseluruhan kejadian ini adalah Amy.Di dalam mobil.Karina berdebar-debar dan bergumam, "Hubungan kita telah diketahui publik, aku nggak tahu bagaimana reaksi dari pihak kampus ...."Memiliki hubungan dengan Rafael pasti akan menimbulkan sensasi. Karina tahu itu dan dia hanya berharap reaksi orang-orang tidak terlalu berlebihan.Namun, pasti akan menarik banyak perhatian orang terhadapnya.Karina menghela napas, dia merasa tidak ingin pergi ke kampus untuk sementara waktu.Begitu Karina selesai berbicara, Rafael sudah memegang tangannya. Sentuhan hangat itu membuat Karina terkejut. Karina menoleh, menatap Rafael dengan bingung. Terlihat Rafael sedang memandang keluar jendela mobil sambil menopang dagunya, seperti sedang menikmati pemandangan, dan berkata dengan datar, "Apa pun yang terjadi, aku akan selalu berada di sisimu."Wanita mana pun pasti akan tersentuh hatinya mendengar perkataan itu.Sudut mata Karina melengkung. Dia menggeser p
Karina menggeleng, raut wajahnya tampak bimbang. "Nggak, hanya saja ini terlalu mendadak, aku merasa belum siap.""Apa yang perlu kamu takutkan? Bukankah aku ada di depanmu untuk melindungimu? Kamu hanya perlu bersembunyi di belakangku dengan tenang," jawab Rafael dengan sangat santai dan lancar seakan-akan dia telah berlatih berkali-kali.Hati Karina menjadi hangat. Awalnya dia merasa sedikit bimbang, tetapi sekarang semuanya seketika menjadi jelas. Apa pun yang terjadi, bukankah Rafael selalu ada untuknya?Mengapa dirinya harus khawatir berlebihan?Karina pun mengangguk dengan bersemangat, tersenyum manis dan berkata dengan gaya menggemaskan, "Mulai sekarang, aku akan mengandalkanmu."Rafael mengangkat alisnya ketika dia melihat ekspresi antusias Karina dan berkata, "Kalau aku nggak melindungimu, aku harus melindungi siapa?"Mendengar itu, Karina tertawa lebih bahagia.....Setelah itu, atas permintaan keras Rafael, Karina baru bisa keluar dari ruang perawatan khusus di rumah sakit s
"Eh?" Karina mengusap hidungnya, lalu menatap Rafael."Kamu sudah tahu aku sebaik ini, jadi kamu menikah denganku atau nggak?" tanya Rafael sambil memegang dagu Karina, tersenyum lebar.Karina mengangguk mantap dan berkata, "Asalkan kamu mau menikahiku, aku akan menikah denganmu."Rafael benar, jika kamu ingin memakai mahkota, harus siap menanggung bebannya. Rafael telah melakukan begitu banyak hal untuknya, lalu mengapa dirinya tidak menghadapi orang-orang yang datang untuk memprovokasinya demi Rafael?Jika sudah mencintai, mengapa dirinya tidak sanggup menghadapi sedikit kesulitan demi Rafael?Mendengar jawaban yang pasti, Rafael tersenyum lebar, matanya yang hitam penuh arti. "Kamu yakin?"Karina mengangguk tegas. "Aku yakin."Tiba-tiba, Rafael menekan bahu Karina, menghela napas panjang dan berkata, "Sekarang aku merasa lega.""Eh?"Karina tertegun, matanya berkedip-kedip. 'Apa maksudnya?'Ekspresi Rafael tiba-tiba tampak serius, menatap ke arah Karina dan berkata dengan sungguh-su
Dia bilang ingin berjalan bersama dengan Rafael, tetapi tidak dapat melakukan banyak hal untuk Rafael dan ini membuatnya merasa sangat tidak berdaya.Karina menghela napas, sorot matanya berkilap dan dia bertanya dengan tidak percaya diri, "Rafael, kenapa kamu begitu baik padaku? Kupikir aku sudah cukup baik, tapi setelah bersamamu, aku baru menyadari kalau aku masih jauh dari cukup baik. Apa aku benar-benar bisa menjadi wanita yang berdiri di sisimu?""Bisa atau nggak kamu menjadi wanita yang berada di sisiku, itu terserah padaku. Aku bilang kamu bisa, maka kamu bisa.""Tapi aku masih belum cukup baik," ujar Karina sambil menggigit bibirnya, kembali merasa ragu."Oh?""Aku punya temperamen yang buruk."Rafael mengangguk, mengakuinya, "Memang, temperamenmu ini sulit ditoleransi oleh kebanyakan orang. Selain itu, kamu suka mempermasalahkan hal-hal kecil, seperti landak yang bisa menyakiti orang jika ia terdesak."Mendengar komentar itu, Karina makin merasa tertekan, "Dan aku juga nggak
"Bukan begitu!" Karina tiba-tiba menjadi emosional, lalu berkata dengan tergesa-gesa, "Aku sungguh menyukaimu!""Tapi kamu bahkan nggak memiliki keberanian untuk menghadapi masa depan bersamaku. Kalau kamu ingin memakai mahkota, berarti harus siap menanggung bebannya. Apa kamu bahkan nggak mengerti prinsip ini?""Aku mengerti semua itu!""Kamu benar-benar mengerti?" Rafael mengangkat alisnya.Karina mengangguk dengan tegas, dia menggigit bibirnya dan wajahnya terlihat sedikit bingung."Aku sudah memikirkan semua ini sejak lama, tapi ... aku kurang percaya diri," ujar Karina.Karina menundukkan kepala, suaranya melemah, "Dibandingkan berurusan dengan keluargamu dan teman-temanmu, aku lebih suka berada di laboratorium dengan peralatan dingin. Aku punya temperamen yang buruk, kalau ada orang yang membuatku kesal, aku akan membalasnya. Nggak masalah kalau hanya dengan orang luar, tapi kalau itu terjadi pada orang-orang terdekatmu, aku khawatir akan membuat mereka marah. Aku nggak ingin mem
Karina tercekat.Melihat ekspresi konyol Karina, Rafael tersenyum dan mencubit wajah kecilnya. "Kenapa? Kamu sangat bahagia sampai nggak bisa berkata-kata?" tanya Rafael.Karina mengatupkan bibirnya dan menghindari tangan Rafael. Dia menyipitkan matanya dan berkata dengan muram, "Bukankah aku sudah memberitahumu untuk nggak bercanda? Hal ini nggak mungkin terjadi.""Kenapa?" tanya Rafael, yang senyumannya sedikit memudar, sambil menatap Karina.'Kenapa?'Karina juga menanyakan hal sama pada dirinya sendiri di dalam hatinya.Karena kesenjangan status di antara mereka terlalu besar. Meskipun sekarang mereka bersama, tidak ada jaminan mereka tetap dekat seperti ini di masa depan.Dua orang dengan nilai dan pandangan hidup yang berbeda, Karina tidak berpikir mereka bisa melangkah jauh bersama.Secara rasional, dia dan Rafael tidak akan pernah bisa mencapai akhir, jadi sebaiknya mereka menghentikan hubungan ini. Akan tetapi, secara emosional, putus setelah jatuh cinta lebih sulit dari per
'Kenapa reaksi Rafael malah aneh?'Tepat ketika pikiran Karina melayang ke mana-mana, Rafael tiba-tiba tersenyum. Senyuman yang menghiasi wajah tampannya itu sungguh membuat orang terpesona."Karina, jujur saja, cara kamu mengungkapkan perasaanmu berstandar rendah, nggak ada tekniknya sama sekali. Di antara wanita yang pernah menyatakan perasaannya padaku, kamu mungkin yang terburuk.""...."Senyuman Karina memudar.Namun, Rafael melanjutkan tanpa menyadari perubahan ekspresi itu, "Aku sarankan kamu untuk belajar bagaimana menyatakan cinta. Apa yang kamu katakan terlalu lugas dan nggak romantis sama sekali."Kali ini, senyuman di wajah Karina sepenuhnya hilang, lalu terdengar suara gertakan gigi.'Siapa pun tolong seret bajingan bermulut tajam ini keluar dari sini!''Di tengah suasana yang begitu indah, bisa-bisanya dia mengungkit wanita lain! Nggak hanya itu, dia bahkan mengatakan cara aku menyatakan perasaanku adalah terburuk!''Romantis! Romantis!''Kalau kamu begitu ingin romantis,
Karina bingung, dia menempelkan pipinya ke dada Rafael, mendengarkan detak jantungnya yang kuat dan merasakan detak jantungnya sendiri ikut sinkron.Karena begitu dekat, dia sepertinya dapat merasakan Rafael sedikit gemetar, gemetar yang disebabkan oleh rasa takut.'Dia sebenarnya sangat takut, bukan?'Karina berpikir, meskipun dirinya tidak bodoh, sebodoh apa pun dirinya pada saat ini, dia tetap tahu bahwa Rafael gemetar karena dirinya. Dirinya yang tiba-tiba menghilang pasti membuat Rafael sangat panik.Dia ingin memeluknya kembali Rafael dan memberitahunya bahwa dia ada di sini sekarang, bahwa dia tidak menghilang dan tidak akan menghilang.Begitu dia bergerak, Rafael menghentikannya dengan suara rendah."Jangan bergerak."Gerakan Karina tiba-tiba berhenti. Karina berbisik di pelukannya, "Rafael, apa kamu takut?"Berdasarkan sikap biasanya, Rafael pasti akan menyangkalnya. Bagaimana mungkin dia yang begitu arogan membiarkan dirinya merasakan ketakutan?Tepat ketika Karina mengira Ra