Wanita ini setiap kali tidur, jelas terlihat begitu bahagia."Ini berbeda. Nggak peduli betapa di luar sangat menyenangkan, tetap saja nggak bisa dibandingkan dengan di rumah sendiri," balas Karina dengan jujur. Tiba-tiba saja, sesuatu terlintas di benak Karina. Dia pun menghela napas dengan penuh penyesalan. "Oh ... kenapa kamu datang kemari? Kalau kamu nggak ada di sini, aku pasti bisa menempati tempat tidur ini untuk diriku sendiri.""Kalau begitu, kenapa kamu nggak tidur saja denganku?" Rafael mendekat dan menindih tubuh Karina dengan ekspresi "mesum" di wajahnya.Karina langsung merasa gugup.Mata Karina terbelalak dan mulutnya menganga karena terkejut. Sebelum Karina bisa melawan, bibir tipis Rafael sudah terlebih dahulu mendekat dan menempel di bibir Karina, kemudian menjilati dan menggigitnya berulang kali.Karina benar-benar tercengang.Orang ini.Bisakah orang ini berhenti merasakan gairah kapan saja dan di mana saja?Tepat pada titik ini, tiba-tiba saja ada yang mengetuk pin
Selama beberapa saat, ruang tamu tersebut menjadi begitu sunyi, hingga suara jarum yang jatuh sekalipun bisa terdengar oleh telinga.Karina terlihat bingung.Setelah beberapa saat, Elena menatap kosong pada Rafael dan tergagap-gagap. "Kamu, kamu barusan mengatakan ingin menikah ... menikah dengan Karina?"Rafael menganggukkan kepalanya dengan sungguh-sungguh. "Benar, Bibi Elena. Tolong serahkan Karina padaku. Aku akan menjaganya dengan baik."Karina menggelengkan kepalanya ke arah Elena dengan ekspresi yang tenang.Dia meminta Elena untuk menolaknya.Namun, detik berikutnya Elena malah bertepuk tangan. Wajahnya langsung berubah dari terkejut menjadi gembira. "Bagus sekali! Akhirnya ada yang mengurus Karina."Karina mengira dirinya sedang berhalusinasi. Karina mengerjapkan matanya beberapa kali, sebelum akhirnya menyadari jika dirinya tidak salah dengar."Bu, Ibu terlalu cepat menjual putri Ibu!""Tunggu sebentar, Bu. Bukankah seharusnya Ibu memikirkan kembali masalah ini masak-masak?"
"Aku belum berpikir untuk menikah." Karina menahan tatapan tajam dari Rafael. Dia menarik napas dalam-dalam dan berkata kepada keluarganya, "Aku memang berpacaran dengan Rafael sekarang. Tapi, pernikahan masih sangat jauh bagi kami. Untuk saat ini, aku belum punya rencana untuk itu."Elena langsung menjadi cemas. "Tapi, bukankah Rafael baru saja bilang kalau dia akan ....""Bu, aku sudah dewasa. Aku tahu apa yang kulakukan." Karina memotong perkataan Elena dan berkata dengan sangat serius.Ini pertama kalinya Elena melihat seorang wanita yang begitu serius. Bahkan, dia juga langsung menjadi mengkerut karenanya. Elena pun hanya bisa bergumam dengan suara pelan, "Kenapa gadis sialan ini begitu keras kepala?"Perlu diketahui. Pria sehebat itu, pasti banyak wanita yang mengincarnya. Jika tidak mengambil kesempatan ini, orang lain nanti yang akan mengambilnya.Apa anak ini terlalu banyak belajar hingga akhirnya menjadi bodoh?Hal seperti ini saja tidak bisa dipahami?"Kak, apa Kakak terlalu
"Apakah yang kulakukan itu salah?" Rafael menahan amarahnya yang meluap-luap dan menatap Karina dengan tajam.Dia ingin menikahi Karina dan memberikan status yang sah pada Karina. Rafael ingin Karina tidak diejek. Apakah ada yang salah dengan semua itu?"Rafael, aku belum siap untuk menikah sekarang. Jangan paksa aku."Karina memijat keningnya dan berkata sambil merasakan sakit kepala.Sebenarnya, Rafael juga sama sekali tidak bersalah. Karina memahami semua itu dengan baik di dalam hatinya. Namun, makin Rafael bersikap seperti ini, kata-kata Yasmin makin menghantui pikirannya.Karina tidak akan pernah diizinkan untuk menikah dengan Keluarga Stalin.Kebencian dan penolakan seperti apa yang dirasakan oleh Yasmin hingga wanita terhormat yang selalu anggun dan berwibawa tersebut mengucapkan kata-kata yang begitu tegas tanpa belas kasihan sedikit pun?Terjebak di antara ibu kandung dan gadis yang baru dikenalnya beberapa bulan, Karina tidak yakin jika Rafael akan memilihnya.Makin baik Raf
"Masih berani kamu bicara seperti itu?" Elena berpura-pura hendak memukul. Hera buru-buru bersembunyi ke dalam kamar dan menutup pintunya."Bu, Rafael nggak bermaksud seperti itu. Jangan terlalu dipikirkan." Karina tersenyum dan bersiap kembali ke kamarnya untuk beristirahat. Namun, Elena menariknya kembali. "Karina, apa Rafael masih akan datang kemari besok?"Karina tertegun.Apakah Rafael akan datang? Karina merasa Rafael tidak akan muncul lagi besok."Dia sangat sibuk dengan pekerjaannya. Mungkin, dia nggak akan datang lagi besok."Elena jelas terlihat sangat kecewa. Dia menarik Karina ke samping dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Karina, Rafael itu anak orang kaya. Di sekelilingnya pasti banyak wanita cantik. Kamu harus bisa mempertahankannya sekuat tenaga."Karina tidak tahu apakah harus menangis atau tertawa. "Bu, kalau dia benar-benar menyukai orang lain, nggak peduli seberapa kuat aku mempertahankannya, hatinya tetap nggak akan bisa kumiliki.""Itu sebabnya, kamu harus segera
Karina menunjukkan wajah yang dingin dan menatap Mila dengan tajam."Kak Mila, aku nggak pernah melakukan hal yang nggak pantas.""Hehehe, tentu saja Kak Mila percaya kalau Karina adalah orang yang paling jujur di keluarga kita. Tapi, Rafael itu berbeda. Dia pemuda yang kaya dan berkuasa. Bagaimana dia bisa serius denganmu?"Mila menutupi mulutnya sambil tertawa.Karina merasa kurang nyaman saat mendengar hal tersebut. Namun, karena Mila adalah kakak iparnya, Karina tidak bisa berbuat apa-apa padanya. Dia hanya bisa menahan amarahnya dan bertanya, "Memangnya kenapa dengan Rafael, Kak Mila?""Kamu ini masih mahasiswa dan belum punya banyak pengalaman hidup di dunia ini. Kamu nggak tahu kebiasaan anak-anak orang kaya ini. Mereka punya kekuasaan dan pengaruh. Wanita seperti apa yang nggak dimiliki oleh mereka. Bagaimana mungkin Rafael bisa serius denganmu?"Mila diam-diam melirik Karina. Melihat ekspresi Karina tidak banyak berubah, dia pun melanjutkan kata-katanya setelah sempat terdiam
Karina buru-buru membasuh darah yang keluar itu dengan air. Namun, lukanya agak dalam sehingga darahnya terus saja mengalir."Ckckck, lukanya agak parah. Kamu pasti nggak sedang merasa bersalah, 'kan?"Karina memelototi Mila. Dia selalu tahu jika kakak iparnya ini adalah orang yang suka mencari keributan. Sejak menikah dengan Keluarga Valerio, dia berhenti dari pekerjaannya dan menjadi ibu rumah tangga penuh waktu. Oleh karena itu, dia menjadi lebih banyak bicara.Akan tetapi, sebelumnya Mila tidak pernah bersikap seperti ini kepada Karina. Apakah ini semua karena Karina tidak mengabulkan permintaannya malam itu?"Aku akan mencari plester luka." Karina menutupi tangannya dan berbalik untuk meninggalkan dapur.Mila mencibir dan mengikutinya keluar."Karina, apa yang terjadi denganmu? Apa tanganmu terluka?" Elena datang dengan gugup. Melihat tangan Karina yang berdarah, dia pun berkata kepada Hera yang masih melukis alisnya di samping, "Hera, cepat ambilkan perban dan alkohol untuk kakak
"Tunggu, ini di tengah jalan!" Karina buru-buru mendorong Rafael agar menjauh dengan satu tangannya."Apa yang kamu takutkan?" Mata Rafael tampak penuh harap."Tuan Muda, ada banyak orang yang kukenal di tempat ini. Kalau kamu meneruskannya, aku nggak akan punya muka lagi untuk berkeliaran di sini." Karina tersenyum tak berdaya.Untungnya sekarang adalah waktunya makan, sehingga tidak banyak warga yang berlalu-lalang."Heh, akan lebih baik kalau kamu nggak bisa bergaul lagi di sini." Dengan begitu, Rafael bisa membawa Karina pergi.Tiba-tiba saja, Rafael menunduk dan melihat jari-jari Karina yang berdarah. Keningnya langsung berkerut saat dia mencengkeram tangan Karina. "Apa yang terjadi?""Eh, aku nggak sengaja melukai diriku sendiri saat memotong sayuran.""Karina, betapa bodohnya kamu sampai-sampai memotong tanganmu sendiri!" Rafael berteriak marah kepada Karina karena merasa kesal.Hanya beberapa hari Rafael tidak bertemu dengan Karina dan Karina sudah membuat dirinya sendiri kacau