Home / Romansa / Kesempatan Kedua / Selamat ya, Mas

Share

Selamat ya, Mas

Author: DiianaN94_
last update Last Updated: 2021-09-20 03:24:44

Kedatangan Agni dan Sherly disambut kesiap tertahan dari salah satu meja di depan pelaminan, khususnya dari Andin Pramono adik ipar Agni.

Dalam keluarga besar Pramono, hanya Andin dan Shaka Pramono sang ayah mertua yang menerima kehadiran Agni. Namun kini, ia merasa tidak ada yang menerima kehadirannya dan Aska. Ia tidak menyangka, jika dua orang yang sangat ia percaya ikut andil menipunya selama ini. 

Agni yang merupakan seorang yatim piatu dan berasal dari kelurga sederhana, memang tidak diterima baik oleh keluarga Andi. Hinaan dan tatapan merendahkan dari keluarga Pramono, sudah menjadi makanan sehari -hari bagi Agni.

Kini, tatapan itu juga yang diterima oleh Agni sejak dia menginjakan kakinya di Ballroom hotel itu. Tatapan terkejut Agni dapatkan dari beberapa rekan kerja Andi, yang memang mengenalnya sebagai istri Andi.

Tatapan penuh kekagumanpun Agni dapatkan dari para kaum Adam. Agni yang hari itu mengenakan long dress mermaid berwarna hitam dengan leher berbentuk Sabrina, memang sangat menarik perhatian. Di tambah lagi dengan rambut ikalnya yang disanggul rapih, dan menunjukkan leher jenjangnya, semakin menambah pesona ibu satu anak itu.

Agni hanya tersenyum sopan untuk menanggapi tatapan berbeda makna dari orang-orang itu, sembari melangkah ke arah pelaminan.

Agni mengabikan wajah kaku Andi, tatapan sinis ibu mertuanya serta tatapan rasa bersalah dari ayah mertuanya.

Namun, ada satu hal yang sedikit mengganggu Agni, dia seperti melihat tatapan kepuasan dan sedikit ejekan dari mata Laras. Akan tetapi, tatapan itu segera berubah menjadi kesedihan yang menurut Agni sedikit dibuat-buat. Tapi, Agni tidak peduli dengan Laras. Fokusnya sekarang hanya tertuju pada Andi.

 Setelah sampai di depan Andi, Agni mengulurkan tangannya. “Selamat ya Mas,” ucap Agni sembari tersenyum.

“Sa-sayang i-ini,” ucap Andi terbata-bata.

Dia juga bingung dengan semua ini, bukannya Laras sudah berjanji untuk tidak mengundang Agni dan Sherly, lalu kenapa istrinya bisa ada di sini? Andi menatap Laras dengan tajam. Namun, Laras pura-pura tidak sadar dengan tatapan tajam dari suaminya itu. 

Sebelum Andi dapat melanjutkan kata-kataya, Laras lebih dulu menyela. “Agni maafin gue ya, gue udah mau jujur sama lo, tapi nggak tega," ucap Laras dengan nada sedih.

"Gu-Gue sama mas Andi udah saling cinta sejak dulu. Kita nahan diri selama ini buat jaga perasaan lo doang. Kalau lo mau marah, marah aja sama gue, pukul gue aja Ni, jangan mas Andi," ucap Laras dengan mata berkaca-kaca.  Namun, terdengar tidak tulus di telinga Agni. 

Mengabaikan drama Laras, Agni kembali menatap Andi dengan lekat. “Kamu tau mas, dari semua orang yang ada di dunia ini, kamu adalah orang yang paling aku percaya. Tidak pernah ada dalam bayanganku, bahwa kamu akan mengkhianati aku, mas,” ucap Agni dengan senyum tipis, dan mata berkaca kaca. Dia sudah berusaha tegar, akan tetapi ini terlalu menyakitkan baginya.

"Tidak perlu drama. Kamu tahu latar belakang keluarga kami 'kan, Agni. Tidak mungkin lah, kami bisa bertahan dengan menantu miskin seperti kamu," suara sumbang Rani Pramono, ibu mertua Agni terdengar. Tidak lupa tatapan sinis dari wanita paruh baya itu. 

Namun, seperti Laras tadi, Agni juga tidak peduli dengan Rani. Fokusnya hanya pada Andi saja.

Agni menenangkan dirinya dengan menarik nafas panjang. Kemudian, kembali menatap Andi. "Aku pulang mas, sekali lagi selamat. Dan, aku menunggu surat cerai dari kamu," ucap Agni lagi, sambil turun dari pelaminan.

Saat kata cerai keluar dari bibir Agni, Andi seperti dihantam palu Godam. Dadanya terasa sesak. Dia tidak ingin bercerai dengan Agni, Andi masih sangat mencintai wanita itu. 

Hubungannya dengan Laras terjadi karena dia khilaf, bukan karena cinta seperti hubungannya dengan Agni.  Pernikahan ini pun, hanya bertujuan untuk memberikan status pada putrinya Laura dan anak dalam kandungan Laras saja. Bukan karena dia mencintai Laras, atau ingin Laras resmi jadi istrinya. Karena bagi Andi, sampai kapanpun istrinya hanya satu, Agni. Bukan Laras atau siapapun. 

...

Melihat Andi yang mulai goyah seakan ingin mengejar Agni, ekspresi Laras berubah menjadi benci.

Namun, dengan cepat Laras merubah ekspresinya menjadi sangat menyedihkan, kemudian memegang tangan Andi dengan erat sambil menyalahkan dirinya. “ini salah aku mas, coba kalau aku nggak hamil waktu itu, pasti semuanya  nggak bakal kayak gini," ucap Laras dengan penuh kesedihan.

"Agni pasti kecewa banget sama kita, Mas. A-aku nggak tau harus ngelakuin apa biar dia nggak minta cerai dari kamu. Ka-kalau dengan aku berlutut dan minta maaf sama Agni bisa ngurangin kemarahannya, akan aku lakukan mas,” lanjut Laras, dengan air mata berlinang.

Mendengar menantu kesayagannya ingin berlutut di depan Agni, Rani Pramono langsung menunjukkan raut tidak suka. “Jangan bicara sembarangan! Dia tidak layak mendapatkan semua itu! Andi, tenangkan istrimu."

Andi yang memang sangat patuh pada ibunya, langsung menarik Laras kedalam pelukannya, kemudian mengusap punggung Laras untuk menenangkan wanita itu. Namun, pikiran Andi terus mengikuti Agni. 

‘maafkan aku sayang’ batin Andi.

....

Andi yang terlalu fokus dengan kepergian Agni, tidak menyadari seringai kepuasan di wajah Laras. 

Laras memang sudah lama memendam rasa pada Andi. Bahkan jauh sebelum Andi mengenal Agni.

Dulu, Laras yang sedang dalam perjalanan menuju rumahnya, hampir dilecehkan oleh beberapa preman, dan Andi lah yang menolongnya waktu itu. 

Sejak saat itu, Laras selalu memperhatikan Andi, bahkan mengikuti Andi kemanapun seperti penguntit. Lama kelamaan perasaan kagumnya pada Andi berkembang menjadi cinta, cinta itu berubah menjadi obsesi, saat Andi tidak pernah memandang kearahnya. 

Saat tahu kalau superhero nya menyukai salah satu siswi miskin di sekolahnya, Laras yang notabene anak orang berada, rela merendahkan diri untuk berteman dengan Agni. Hal itu Laras lakukan semata-mata agar lebih dekat dengan Andi. Sekalipun Andi hanya memandangnya sebagai ‘sahabat Agni’. 

Selama Andi dan Agni berpacaran hingga menikah, Laras tetap mengawasi mereka. Dia selalu mencari celah agar bisa masuk kedalam hubungan mereka.

Dan mendapat berkah dari langit, perusahaan Andi tiba-tiba mengajukan kerjasama dengan perusahaan milik keluarganya.

Laras tidak peduli dengan penilaian orang lain, dia tidak peduli apakah cara yang ia gunakan salah atau benar. Bagi Laras, hasil adalah yang utama.

Dalam setiap kesempatan, Laras selalu berusaha menggoda Andi. Andi yang awalnya tahan godaan, lama kelamaan pertahanannya runtuh juga. Sebagai pria normal, Andi tidak mungkin menolak wanita yang menawarkan kenikmatan tanpa ikatan padanya. apalagi Laras tidak pernah meminta imbalan apapun.

Sejak mereka melakukannya pertama kali di kantor Andi, mereka terus mengulanginya disetiap kesempatan. Andi dan Laras seolah ketagihan dengan rasa satu sama lain.

Andi yang terlalu tenggelam dalam kenikmatan yang ditawarkan Laras, tidak menyadari badai yang tengah menantinya di depan. 

Hingga, hubungan mereka yang awalnya hanya sebatas friends with benefits, berubah saat Andi melihat dua garis merah pada alat tes kehamilan milik Laras. Saat itulah Andi sadar kalau dia telah dijebak oleh Laras. Namun, nasi telah menjadi bubur.

Andi yang tidak terima karena merasa ditipu, sempat menjauhi Laras dan tidak mengakui janin yang Laras kandung. Akan tetapi, semuanya berubah saat Ibunya ikut campur.

Laras yang tahu hubungan buruk antara Agni dan ibunya Andi, memutuskan untuk mendekati Rani Pramono. Dan seperti yang dia kira, dengan latar belakang keluarganya, Rani Pramono menerima Laras dengan tangan terbuka. Rani jugalah yang memaksa Andi menikahi Laras waktu itu. Tanpa sepengetahuan dan persetujuan Agni tentunya.

Laras menikmati semua yang terjadi.  Selama bertahun-tahun dia dan Andi menutupi semuanya dari Agni. Bahkan Laras selalu menceritakan tentang Andi kepada Agni, dan Agni yang bodoh akan memberikan nasihat padanya agar tidak menyerah dan selalu berjuang.

Tanpa Agni tahu, kalau orang yang mereka bicarakan adalah suaminya sendiri. 

Sekarang, dengan Laura dan janin yang tengah dia kandung Laras yakin, Andi tidak akan meninggalkannya.

'Ini hanya masalah waktu, untuk menyingkirkan Agni dan putranya,' batin Laras. 

....

Andi dan Laras masih saling berpelukan hingga suara tepukan tangan, berhasil mengalihkan perhatian mereka. 

"Luar biasa... Bener-bener luar biasa." Itu, suara Sherly.

Saat Agni pergi, Sherly tidak ikut. Karena dia merasa, kalau tidak membuat kekacauan, sepertinya kurang pas. Karena itu dia tetap tinggal. Ya, kalau bisa kasih beberapa 'jab' untuk Andi dan Laras kan, lumayan.

"S-sherly...." Andi dan Laras sama-sama terkejut. 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Iblis bgt tuh si laras. Khilaf itu sekali klo berkali2 itu doyan tau apalg sampe ada anak ke 2 itu udah bkn khilaf
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kesempatan Kedua   Demam

    "S-sherly...." Andi dan Laras sama-sama terkejut melihat kehadiran Sherly. Mereka terlalu fokus pada Agni, sampai lupa dengan sahabat Agni yang merupakan juara Taekwondo tingkat nasional itu. "Iya, ini gue. Kenapa, kaget? Nggak pernah liat cewek cantik dan bahenol kayak gue?" Tanya Sherly jenaka. "Bu-bukan gitu, Sher. Ta-tapi...." Ucapan Laras terhenti, saat melihat telapak tangan Sherly terangkat di depannya. "Stop! Gak usah drama. Ck, emang bener kata orang, ya. Jodoh itu cerminan diri. Emang pas banget sih kalian, si brengsek emang cocoknya sama si murahan." Sherly mengarahkan telunjuknya kearah Andi dan Laras, sambil menggeleng pelan. "Untung aja sahabat gue cepat sadar. Kalo nggak 'kan, kasihan. Dia yang cantik dan suci malah di selingkuhin sama cowok mokondo kayak lo." Sherly menatap Andi dengan penuh penghinaan. "Dan buat Lo, penyesalan terbesar dalam hidup gue adalah kenal sama perempuan murahan kayak lo

    Last Updated : 2021-09-20
  • Kesempatan Kedua   Karma

    Berbanding terbalik dengan kesuraman yang terjadi di rumah sakit, Suasana di ballroom hotel bintang lima ibu kota itu masih sangat meriah. Setelah tadi pihak keluarga dikejutkan dengan kedatangan Agni, kini keadaannya telah kembali normal. Andi dan Laras sudah di rawat oleh tim medis yang di panggil Rani. Batang hidung Andi, sepertinya sedikit retak. Setelah acara berakhir, mereka berencana pergi ke Rumah sakit untuk Rontgen. Sementara Laras, wanita itu sudah memperbaiki make up nya, MUA yang mereka sewa sedikit repot karena harus menutup lebam di pipi Laras dan hidung Andi. Untungnya semua bisa teratasi, jadi pestanya kembali di lanjutkan. Meskipun ada beberapa orang yang masih diam-diam membahas masalah ini, termasuk pihak keluarga besar Laras. Khususnya Kedua orang tua Laras. Dua orang paruh baya itu sangat marah atas kejadian ini. Pasalnya selama ini mereka tidak tahu bahwa putri yang mereka bangga banggakan ternyata tidak lebih dari seorang perebut

    Last Updated : 2021-09-20
  • Kesempatan Kedua   Jangan patah semangat

    Dua tahun kemudian. Hari masih sangat pagi, bahkan matahari pun masih malu-malu untuk menunjukkan wujudnya. Kesunyian masih membayangi rumah minimalis bercat putih, bergaya American klasik dengan hamparan taman yang indah itu. Para penghuni rumah masih nyaman berteman dengan bantal dan selimut. Namun, tidak demikian dengan seorang Wanita cantik bertubuh mungil, yang tengah berkutat dengan bahan makanan di dapur mini miliknya. Agni yang tengah menikmati aktifitasnya di depan penggorengan, dikejutkan dengan suara kursi bar yang ditarik. “Pagi, Tha.” Sapaan dari Sherly sabatnya, membuat Agni mengalihkan pandangan. “Pagi Sher, tumben jam segini udah bangun,” Ucap Agni sembari melihat jam dinding yang tergantung di dinding dapur. Agni merasa sedikit heran, pasalnya sahabatnya itu sangat jarang bangun sepagi ini. Apalagi saat ini, waktu bahkan belum menunjukkan pukul 6 pagi. Merupakan sebuah keajaiban jika saha

    Last Updated : 2021-09-23
  • Kesempatan Kedua   Maaf

    Agni tercekat mendengar ucapan Sherly. Informasi penting yang ingin disampaikan oleh sahabatnya itu ternyata tentang kemalangan yang menimpa mantan suaminya. Sherly yang melihat perubahan pada wajah Agni segera berucap, "Maaf ya, Tha. Gue bener bener nggak ada maksud buka luka lama Lo, gue cuman mau berbagi aja kok, serius," Ucap Sherly sembari mengangkat dua jarinya membentuk huruf 'V'. Agni hanya membalasnya dengan senyum. Ada rasa iba yang menyusup ke dalam hati Agni, tetapi segera ia tepis. Mereka telah memiliki jalannya sendiri. Andi dan Laras yang memilih jalan ini, Agni tidak harus peduli tentang hal apapun tentang mereka. “Ekhm.. Aku nggak apa-apa kok Sher, cuman kaget aja tadi. Aku turut prihatin sama keadaan mereka. Cuma, mau gimana lagi, kami sudah punya jalan masing-masing." Agni mencoba menenangkan Sherly. "Mmm, ya udah, aku bangunin Aska dulu ya, Sher.” lanjut Agni. Kemudian berlalu dari sana. Saat sampai di depan

    Last Updated : 2021-09-25
  • Kesempatan Kedua   SAMUDERA

    “Maaf..” Agni kembali mengucapkan kata itu sembari sedikit membungkuk. Karena tidak mendapatkan respon dari Pria itu, Agni langsung memutar troli miliknya, bermaksud untuk melanjutkan kegiatan belanja. Namun, troli itu di pegang dengan erat oleh sebuah tangan kekar. Agni mengehentikan langkahnya, lalu melihat kearah tangan itu. Sebuah jam bermerek dengan harga fantastis melingkar di pergelangan tangan Pria itu. Mata Agni melihat ke lengan kekar itu, terlihat jas yang di jahit khusus tengah membungkus tubuh atletis milik Pria itu. Saat Agni semakin mengangkat wajahnya, matanya bertemu pandang dengan tatapan dingin yang sangat familiar baginya. "Lili putih," gumam pria itu. Terdengar sedikit tidak jelas, karena itu Agni mengangkat sebelah alisnya. "Maaf?" Tapi tidak ada jawaban, pria itu masih berdiri seperti arca hidup didepan Agni. “Maafkan Aku, Tuan. Aku tidak sengaja tadi," ucap Agni lagi. Namun, seperti tadi,

    Last Updated : 2021-09-25
  • Kesempatan Kedua   Insiden

    Agni yang tengah berkutat dengan adonan tepung, dikejutkan dengan keributan yang berasal dari arah kafe. Sepertinya seseorang tengah marah, entah karena apa. Tanpa membuang waktu lagi, Agni bergegas ke depan. Bahkan tanpa melepas apron yang menggantung di tubuhnya. Dari jauh, samar Agni mendengar suara keras seorang wanita yang menyebut-nyebut pelayanan dan cheesecake. Tidak ingin terus menebak, Agni mempercepat langkahnya. Saat memasuki area kafe, ia melihat seorang wanita berbadan tambun tengah marah sembari memukul counter kasir. Anisa yang berada dibalik counter kasir terlihat sangat ketakutan. “Ada apa ini?” Tanya Agni. Suara Agni membuat perhatian semua orang yang tengah menonton kejadian itu, tertuju padanya. Seolah mendapat ‘mangsa’, wanita berbadan tambun itu bergegas kearah Agni sembari mengarahkan telunjuknya. Membuat Alen yang kebetulan berada di samping Agni menjadi siaga. “Akhirnya keluar juga kamu. Kamu kan, pemilik tempat ini?” mendapa

    Last Updated : 2021-09-29
  • Kesempatan Kedua   Menarik

    Agni masih terpaku di tempatnya, ia membutuhkan banyak waktu untuk dapat memahami semua yang baru saja terjadi. ‘Siapa orang-orang ini, dari mana mereka berasal?’ Pertanyaan-pertanyaan seperti itu, yang sejak tadi muncul di kepalanya. Agni yang terlalu larut dalam lamunannya tentang identitas Pria-pria asing itu, tidak menyadari kedatangan Sherly. Hingga tepukan di bahunya membuat ia terkejut, “kenapa bengong, Tha? Lagi mikirin apa?” Tanya Sherly. Agni hanya menggelengkan kepalanya. “Nggak lagi mikirin apa-apa kok, Sher.” Sherly yang mendengar perkataan Agni, hanya menganggukkan kepalanya. “Ya udah, kalo gitu.” “Eh iya, Tha. Tadi pas gue sampai depan Kafe, Gue denger ada keributan ya, keributan apa?” Tanya Sherly mengalihkan pembicaraan. Agni mengangguk, “iya, tadi ada orang iseng yang bilang kalo Cake yang dia beli disini itu busuk,” ucap Agni. “Terus? Udah di laporin ke polisi?” Tanya Sherly lagi, dan d jawab dengan gelengan kepala o

    Last Updated : 2021-10-05
  • Kesempatan Kedua   Aku akan datang

    Setelah mendengar apa yang dikatakan bawahannya, sudut bibir Samudera terangkat membentuk seringai tipis, “Menarik.” Hal yang membuat Jonatan—Asisten pribadi Samudera bergidik. Sebagai orang yang telah mengikuti Samudera sejak usia muda, bahkan mereka tumbuh bersama sejak kecil, Jo bisa menebak maksud dari seringai tuannya itu. Jonatan dan Samudera telah bersahabat sejak kecil, Selama beberapa generasi keluarga Jo mengabdi pada keluarga Aditama. Sampai saat inipun, Ayahnya masih menjadi penasihat hukum keluarga Aditama. Bisa dibilang Jo dan sang Ayah adalah tangan kanan dan kiri Samudera. “Jo....” Jonatan yang telah mengerti maksud Tuannya, segera meminta para Pria berbadan kekar itu untuk meninggalkan ruangan. Setelah memastikan ruangan telah kosong, Jo segera menyampaikan laporannya, “Saya telah menyelidikinya, Tuan. Wanita itu bukan berasal dari sini. Bisa dipastikan bahwa ia sengaja datang ke kota ini hanya untuk me

    Last Updated : 2021-10-06

Latest chapter

  • Kesempatan Kedua   Terima Kasih

    Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa lima tahun telah berlalu. Putri kecil yang dulu selalu di timang, kini beranjak menjadi gadis kecil yang cantik dan sangat ceria.Kepribadian kedua anak Samudera dan Agni sangat bertolak belakang. Jika Aska sang kakak bersikap dingin dan tidak banyak omong. Maka sang adik Lillian justru sebaliknya. Gadis kecil itu selalu ceria, bahkan mereka sampai menjulukinya little Sunshine.Karena dimana pun ia berada, Lillian selalu menjadi sumber keceriaan, kehangatan dan kebahagiaan.Oh, harus di garis bawahi. Lillian akan sehangat matahari kecil, bagi mereka yang bersikap baik pada keluarganya, tapi akan sebaliknya bagi mereka yang bersikap buruk apalagi yang sengaja ingin menghancurkan keluarganya.Seperti sekarang ini. Samudera yang sangat memanjakan putri kecilnya, sering membawa Lillian ke Kantor. Selain karena tidak bisa jauh dari si kecil, Samudera juga ingin memberikan waktu istirahat pada Agni. Mengingat keaktifan Lill

  • Kesempatan Kedua   Lillian

    Samudera berlari di sepanjang koridor Rumah Sakit, dengan diikuti Jona, Rein serta Sherly. Mereka sedang rapat, saat Lautan meneleponnya mengabarkan keadaan Agni.Ternyata tanpa ia sadari, Agni sudah merasa sakit perut sejak subuh, tetapi ditahan sendiri olehnya karena tidak ingin merepotkan orang-orang. Samudera berlari sembari menyekah sudut matanya. Ia merasa menjadi suami paling bodoh yang tidak peka dengan keadaan istrinya.Saat sampai di depan ruang bersalin, Samudera langsung menghampiri Lautan. “Bagaimana keadaan Agni, Yah?”“Dia baik-baik saja, sebaiknya kamu masuk. Sejak tadi dokter terus mencarimu.”Tepat saat Lautan mengatakan hal itu, pintu ruang bersalin terbuka. “Pak Samudera?” Panggil suster.“Saya.”Suster itu tersenyum tipis. “Syukurlah Anda sudah datang. Mari ikut, Saya.”Samudera mengikuti langkah sang Suster.Sepeninggal Samudera, semua orang masih

  • Kesempatan Kedua   Harus Lebih Tahu Diri

    Tempat pemakaman umum itu terlihat sepi. Ya, kalau ramai namanya pasar. Hehehe Agni dan Samudera saat ini tengah berada di makam kedua orang tua Agni serta ibunda Samudera. Diusia kandungannya yang memasuki 7 bulan, Agni memang berkeinginan untuk mengunjungi makam orang tersayang mereka. Selagi masih bisa ‘kan, karena ia yakin kedepannya pasti mereka akan lebih sibuk lagi mempersiapkan kelahiran. Apalagi nanti saat si kecil sudah lahir. Perhatian mereka pastilah untuk kedua anak mereka. Karena itulah, selagi masih ada waktu seperti sekarang. Lebih baik dimanfaatkan untuk see Hay dengan para orangtua. Agni meletakkan sebuket tulip orange di atas makam ibunya. Ia lalu bersimpuh di depan makam kedua orang tuanya, dan berdoa dengan khusyuk. Hal yang sama juga dilakukan oleh Samudera dan Aska. “Halo Ayah, Bunda, aku kembali. Terakhir kali aku datang, dengan perasaan yang hancur. Waktu itu aku bersimpuh dan menangis sendirian di sini.” Agni menarik

  • Kesempatan Kedua   Masih Ada Waktu

    Setelah mengeluarkan isi perutnya, Agni terduduk lemas di sofa ruangan Samudera. Ia sedikit mengerutkan keningnya, saat tidak sengaja menduduki sesuatu. Dan saat melihat benda itu, Agni membelalakkan matanya.“Siapa yang baru datang kemari, Kak?”“Jona, Reinhart? Hanya mereka.”Agni menggeleng. “Perempuan.”“Flora?” Samudera mengangkat sebelah alisnya.“Ck, bukan Bella??” Tuding Agni sembari melipat tangannya di depan dada.“Ada apa?” tanya Sam tanpa daya.“Jawab, kak... Apa Bella berusan kesini?”Samudera memijat pelipisnya. “Ya. Dia baru saja kemari,” jawab Sam sembari menatap Istri cantiknya. “Perusahaan mereka ingin mengajukan kerjasama. Dan dia yang di tunjuk sebagai perwakilan,” jelas Samudera.“Hmm... Pantas saja.”“Ada apa?” Samudera menghampiri Agni, lalu membawanya dalam pel

  • Kesempatan Kedua   Bau Bangkai

    Namun, suara dari luar berhasil menghentikan aksi gila Mario. Mereka berdua sama-sama terkejut dibuatnya.“Rio!?”Sherly mengembuskan napas lega, berpikir kalau Rio akan berhenti. Nyatanya tidak. Pria itu tetap melanjutkan aksinya.“Rio!?”Barulah saat panggilan kedua, pria itu mengehentikan tindakannya. Ia lalu mengumpat pelan. Kemudian keluar dari paviliun. “Urusan kita belum selesai,” ucapnya. Lalu benar-benar keluar.Setelah bayangan Rio menghilang, kaki Sherly langsung lemas seperti jelly, ia sampai terduduk di lantai.Dia Lalu mengusap pelan dada-nya, sembari bergumam. “Selamat, selamat. Hampir aja, bibir gue nggak perawan lagi.”Dari dalam paviliun, Sherly bisa mendengar percakapan mereka. Ternyata yang memanggil Rio adalah Reinhart. Pria itu mengatakan kalau Rio tengah di cari oleh Samudera. Rio terdengar menolak, tetapi Reinhart menegaskan kalau ini penting. Dan harus sekarang.

  • Kesempatan Kedua   Kelinci Kecil

    Mobil Samudera perlahan memasuki pekarangan rumah. Setelah tadi mereka singgah di pasar tradisional untuk membeli bahan-bahan Ketam Cili pesanan Agni.Kepulangan mereka di sambut oleh Lautan dan Mayang, si kembar serta Aska, yang tengah menunggu mereka di teras.Mayang yang melihat Samudera menuntun Agni, bergegas menjemput menantunya itu. “Kalian dari mana, Sayang?” Tanya Mayang.Namun, ia langsung mendapatkan jawabannya, saat melihat Reinhart membuka bagasi dan mengeluarkan belanjaan.“Kalian ingin masak?” Tanya Mayang lagi. Dan kali ini Agni mengangguk cepat.“Iya, Ma. Kita mau masak kepiting pedas,” ucap Agni, sembari menelan ludahnya. Baru menyebut namanya saja, sudah membuatnya lapar.Tingkah Agni berhasil membuat mereka semua tertawa. Terkecuali Rio, yang justru tengah menahan geram karena melihat Reinhart memegang pinggang Sherly. Padahal kenyataannya Sherly hampir jatuh, dan Reinhart sigap menahan

  • Kesempatan Kedua   Sultan Bucin

    BRAKKK Bunyi bantingan pintu, membuat semua orang yang tengah berada di ruang rapat Aditama Corp itu, terlonjak kaget. Bahkan Samudera yang sejak tadi memejamkan matanya, sembari mendengar laporan bawahannya pun, ikut terkejut. Saat menoleh, terlihat Reinhart berdiri dengan nafas memburu. “Tuan!!” Samudera mengangkat sebelah alisnya. Dengan masih mengatur nafasnya, Reinhart menunjuk kearah meja. Bukan, lebih tepatnya pada benda di depan Samudera. “Handphone, Anda.” “Ada apa, Rein?” Tanya Jonatan penasaran. Pasalnya, tidak biasanya sahabat somplak nya itu, mengacau seperti ini. Apalagi di tengah rapat tahunan seperti sekarang. Reinhart tidak menjawab, dia terus menatap Samudera. Sementara Samudera yang ditatap seperti itu, semakin tidak mengerti. “Ada apa?” tanya Sam. “Handphone Anda mati?” Samudera mengambil telepon genggamnya. Dan ya, seperti kata Reinhart, handphonenya memang mati. Mungkin keha

  • Kesempatan Kedua   Diperlakukan Seperti Ratu

    Aska, Marni, Indira serta Stave dan istrinya, terkejut mendengar ucapan Samudera.“Ayo pulang.” Samudera menggendong Aska dengan sebelah tangan, sementara tangan yang lain, merangkul pinggang Agni, kemudian pergi.Indira mencoba mengejar, tapi ia di halangi oleh para bodyguard Samudera. Reinhart yang baru saja tiba, menatap Indira tajam. “Ekhm... Ibu Indira, benar?” Indira mengangguk.“Oh, bagus. Ada pesan dari Tuan Aditama....” Indira memiliki firasat buruk. Dan benar saja, ucapan Reinhart berikutnya berhasil membuatnya terpaku.“Karena sekolah ini sudah lalai menjaga tuan muda kami, mulai sekarang Aditama Corp akan menghentikan pendanaan untuk sekolah ini. Dan, saya di sini juga bermaksud untuk mengurus kepindahan tuan kecil. Sekian.” Reinhart menutup laporannya dengan wajah datar.Indira pucat pasih. Ingin protes, tapi tidak bisa. Karena kalau salah bertindak, bisa-bisa perusahaan ayahnya yang menj

  • Kesempatan Kedua   Anak Kandung, Saya!

    “Ada apa ini?” Suara berat seorang pria, membuat Indira menghentikan ucapannya. Agni dan Indira sama-sama menoleh ke arah pintu. Di sana berdiri seorang pria bertubuh tambun, yang mengenakan jas biru Dongker. Wajah pria itu terlihat marah, nafasnya juga memburuh. Sepertinya pria itu baru saja berlari kemari. “Sayang....” Wanita bertubuh tambun yang sejak tadi berdiam diri, tiba-tiba berjalan cepat kearah pria di depan pintu. “Ayah....” Anak kecil berpipi chubby yang sejak tadi diam, langsung berbinar saat melihat orang di depan pintu. “Kenapa dengan wajah mu? Kenapa merah seperti ini?” pria itu mengusap wajah istrinya. Wanita bergaun merah tadi, langsung menunjuk Agni. “Karna dia! Dia yang membuat aku seperti ini... Padahal yang salah itu putranya dan aku hanya menegur, tetapi dia langsung marah dan menamparku.” “Benar Ayah! Semua ini perbuatan Tante itu.” Bocah chubby itu ikut memprovokasi. Indira yang melihat

DMCA.com Protection Status