Meskipun ini area belum berkembang, ia dikelilingi oleh laut. Sepertinya mereka sudah mencapai perbatasan.Benar saja, Romeo mendengar suara ombak menerpa bebatuan."Gawat. Kalau begitu, kita makin menjauh dari kru sutradara."Violet tampak khawatir, tapi Romeo malah mengulurkan tangannya untuk menyentuh pergelangan kaki Violet.Violet tanpa sadar menarik kakinya. "Ngapain kamu?""Biarkan aku melihat kakimu.""Nggak perlu ....""Waktu istirahat kita hanya sebentar. Kalau nanti kita terkejar oleh pembunuh dan aku nggak tahu tentang kondisimu, maka kita akan mati."Violet pun diam. Melihat Violet tidak menghentikannya lagi, Romeo membuka sepatu Violet dan memeriksanya. Kakinya sedikit bengkak dan perlu ditaruh obat.Romeo mengeluarkan minyak dari tasnya. Violet mengernyit dan bertanya, "Sepertinya itu bukan barang kru acara?""Aku yang membawa ini.""Bagaimana kamu bisa tahu ini akan terpakai?""Kamu kira aku nggak berpengalaman seperti kamu?""..."Romeo menuangkan minyak ke telapak tan
Romeo mendekati Violet, lalu bertanya, "Dengan siapa kamu menonton Dunia Absurd di bioskop?""Kenapa kamu masih memikirkan itu? Aku pergi menonton dengan Kak Gwen."Violet takut Romeo masih ingin melanjutkan topik ini, tapi Romeo tetap berkata, "Aku sudah meminta Levi menyelidiki catatan pembelian tiket semua bioskop di Kota Poseidon. Nggak ada namamu dan juga Gwen di semua catatan itu. Kamu sama sekali nggak pergi ke bioskop. Kenapa kamu berbohong?"Violet tidak menyangka Romeo akan meminta Levi menyelidiki hal seperti itu.Violet tersenyum sambil berkata, "Romeo, apa kamu terlalu senggang? Bagaimanapun juga, Levi adalah sekretaris tingkat atas. Kamu malah memintanya menyelidiki seluruh catatan pembelian tiket bioskop di Kota Poseidon?""Dunia Absurd bukan film populer, jadi sangat mudah untuk menyelidikinya. Kami bisa menemukannya dengan mudah melalui data sistem belakang. Jangan mengalihkan topik. Aku ingin tahu kenapa kamu berbohong padaku."Violet tahu dia menyukai Dunia Absurd. B
"Larilah, domba-domba kecil!"Para tentara bayaran itu tertawa dengan sinis, kemudian terdengar suara tembakan yang ditembak sembarangan. Violet perlahan-lahan sudah melupakan rasa sakitnya. Dia berlari sekuat tenaga dan tidak berhenti sedetik pun."Pegang tanganku dan jangan lepaskan!"Romeo menarik Violet sambil berlari, tapi Violet dapat merasa dengan jelas kalau Romeo berlari makin cepat.Ada cahaya masuk di depan. Violet langsung berkata, "Romeo! Kita sudah sampai! Kita sudah mau sampai!"Tiba-tiba, muncul suara erangan. Violet berhenti dan menoleh, lalu melihat betis Romeo yang entah kapan tertembak."Romeo!"Violet terdiam. Dan saat ini mereka sudah terkejar oleh tentara bayaran.Violet segera menoleh ke belakang, kemudian dia memapah Romeo sambil berkata dengan dingin, "Apa kalian orang yang diutus Howard Lionel?"Kedua tentara bayaran itu saling bertatapan. Meskipun mereka tidak berbicara, ekspresi mereka sudah memberi Violet jawaban.Sambil menatap senapan tentara bayaran itu
Violet membelakangi laut. Mulutnya terbuka seakan-akan dia sedang mengatakan sesuatu, kemudian dia menutup matanya dan jatuh ke belakang.Romeo membelalakkan matanya. Rasa panik menyelimuti seluruh hatinya. Dia berjuang berlari ke depan, tapi dia melihat Violet sudah jatuh ke dasar laut."Violet!"Romeo tercengang.Tadi untuk sesaat hatinya seolah-olah terbelah dua.Kedua tentara bayaran melihat itu dengan dingin, kemudian mereka pergi. Salah satu dari mereka berkata ke interkomnya, "Bos, orang itu sudah kami tangani."Romeo berlutut. Di depannya seolah-olah berubah menjadi merah darah.Dia mengingat apa yang dikatakan Violet padanya sebelum dia melompat dari tebing."Balas dendam untukku."Romeo menoleh ke dua tentara bayaran itu, kemudian dia berkata dengan sinis, "Beri tahu Howard Lionel, Grup Fernandez adalah musuhnya sekarang."Tentara bayaran itu melihat Romeo. Romeo mengucapkannya sekata demi sekata, "Aku. Akan. Membunuhnya."Kedua tentara bayaran menatap Romeo sambil menyunggin
Suara itu membuat punggung Violet merinding. Dia tanpa sadar mundur, tapi kedua pergelangan tangannya di tahan seseorang.Howard mendekat. Matanya yang membuat bulu kuduk orang berdiri tampak senang."Apa kamu takut padaku?""Persetan kamu!"Violet tiba-tiba menjadi kuat dan segera melepaskan diri dari genggaman Howard. Lalu, dia langsung mengangkat tangannya dan menampar Howard. Tamparan itu melampiaskan semua amarah dan kebencian di hatinya.Bisa-bisanya pria berengsek ini menganggapnya sebagai mangsa dan memburunya!"Tuan Howard!"Wajah Robert memucat.Satu sisi wajah Howard langsung memerah setelah ditampar Violet tadi. Sudut mulut Howard pun berdarah.Howard menyeka darah di sudut mulutnya dengan tenang, kemudian dia melihatnya."Selama beberapa tahun ini, kamu orang pertama yang bisa membuatku berdarah."Violet menyindir, "Oh, ya? Aku masih bisa membuatmu berdarah untuk kedua kalinya. Apa kamu ingin mencobanya?"Howard berdiri sambil menatap Violet dengan penuh minat. Dia melamba
Saat ini, Howard sedang duduk di kabin. Dia menopang dagunya sambil melihat cermin di depannya dengan penasaran. Dia dapat melihat setiap gerakan Violet sekarang dengan jelas."Tuan Howard ....""Menurutmu, ngapain dia?""Dia ...."Robert juga menoleh ke arah cermin. Di cermin, Violet sedang bersandar di dinding dan tidak bergerak sama sekali."Seharusnya ... dia sudah takut?""Takut?" Howard menaikkan alisnya. Dia sudah melihat banyak orang yang ketakutan karena dikurung di ruangan gelap, tapi reaksi Violet sangat berbeda dari mereka.Reaksi orang ketakutan bukan seperti ini."Buat keributan untuknya.""Baik, Tuan Lionel."Robert keluar.Tak lama kemudian, suara jerit seorang wanita datang dari sebelah. Namun, suara itu sama sekali tidak mengganggu Violet.Wanita di cermin itu tetap bergeming.Robert kembali, lalu berkata, "Selesai, Tuan Howard."Howard sedang melihat Violet melalui cermin, kemudian dia bertanya dengan alis berkerut, "Jangan-jangan ada yang melakukan sesuatu pada cerm
Violet mengantuk dan tidak tahu sudah berapa lama dia tertidur. Ketika dia bangun, ruangannya gelap gulita.Oh, dia sudah mengingatnya. Dia telah dilempar ke ruangan gelap oleh anak buah Howard.Saat ini lengannya terasa perih. Violet pun mendesis. Awalnya dia ingin menarik tangannya, tapi ada suara seorang pria berkata, "Jangan bergerak!""Siapa kalian?"Saat ini suster menyalakan senter. Violet menutup matanya. Di sini tidak ada jendela dan lampu. Semuanya sangat gelap.Suster itu berkata, "Kamu demam. Bos meminta kami menyembuhkanmu."Dengan cahaya senter, Violet melihat kertas plastik yang dibuang dokter. Itu obat penurun demam.Violet menjadi lega. Dia berkata, "Sampai kapan Howard berencana mengurungku di sini?""Itu terserah Bos. Kami nggak akan berspekulasi."Melihat dokter dan suster yang datang ini tidak tahu apa-apa, Violet pun bertanya, "Kalau begitu, apa dia mau membunuhku?""Bos meminta kami menyembuhkanmu, itu berarti dia nggak ingin membunuhmu.""Baguslah. Aku mau pergi
"Di mana dia?"Howard melihat sekeliling. Setelah dia memastikan tidak ada jalan untuk Violet kabur, dia mendengar Robert di sebelah berkata, "Dia masih berada di dalam. Dia sudah masuk selama lima menit, tapi dia belum keluar.""Tanya lagi.""Baik."Robert mengetuk pintu toilet dengan keras, lalu berkata, "Buka pintu!"Tetap tidak ada suara di dalam."Nona Violet, Tuan Howard sudah datang. Kamu juga nggak bisa melarikan diri di toilet. Buka pintu!"Suara Robert makin kasar, tapi tetap tidak ada orang yang menjawab di dalam kamar mandi.Robert bingung. Dia menoleh Howard, lalu berkata, "Tuan Howard, jangan-jangan dia pingsan lagi?"Saat Howard mendengar itu, dia mengerutkan keningnya. Kamar mandi sudah terkunci dari dalam. Howard pun langsung mengeluarkan pistol dari pinggangnya, kemudian menembak pintu yang terkunci itu sekali. Setelah itu, dia menendangnya buka. Bam! Pintu kamar mandi sudah dirusaknya."Ayo."Dengan wajah masam, Howard masuk bersama Robert. Namun, dia melihat Violet