"Pak, bagaimana ini?""Apa yang bisa kulakukan? Ini arahan Tuan Nathan. Aku juga nggak bisa melakukan apa-apa.""Kenapa Tuan Nathan memberi arahan seperti ini? Bukankah itu sama dengan memberi tekanan kepada kita?""Sepertinya dia ingin acara ini menjadi viral."Sutradara berpikir seperti itu, tapi dia terus merasa ada yang tidak beres.Mereka sudah memiliki topik viral dan makin banyak orang yang menonton acara ini. Namun, kenapa dia merasa Tuan Nathan melakukan ini hanya untuk meningkatkan popularitas Violet?Kru acara sudah dihujat, tapi makin banyak orang yang berkomentar mereka menyukai Violet.Siapa yang menyangka beberapa hari sebelumnya Violet baru dihujat di internet, tapi kini reputasinya sudah tiba-tiba berubah.Kemampuan kaum kapitalis benar-benar mengerikan ....Duar!Suara petir terdengar di langit. Violet langsung berhenti, lalu dia menoleh ke Romeo dan berkata, "Ayo kembali."Sepertinya mereka sudah berjalan selama tiga jam.Mereka belum tahu apa hujan ini deras atau ke
Videografer langsung melarikan diri. Tinggal Violet dan Romeo yang masih bersembunyi di belakang pohon.Ketiak Romeo hendak mengejar videografer itu, Violet malah menahan tangan Romeo. Dia berkata, "Jangan. Target pembunuh bukan dia. Kalau dia mengikuti kita, dia akan berada dalam bahaya yang lebih besar."Romeo mengernyit dan berkata, "Sebenarnya apa yang terjadi? Apa ada yang kamu rahasiakan dariku?""Sekarang bukan saatnya untukku menjelaskan. Ikut aku!"Violet menarik lengan Romeo sambil berjalan ke hutan lebih dalam.Penembak itu jelas sudah menemukan mereka, jadi mereka harus mencari tempat untuk bersembunyi."Sebenarnya apa yang terjadi?!"Romeo bertanya di belakang.Violet juga sedang bertanya pada dirinya sendiri.Ya, sebenarnya apa yang terjadi?Sekarang dia sama sekali tidak bisa memastikan identitas orang itu.Apa itu orang Dylan atau Howard?Atau ... itu orang Evelyn dan Nyonya Besar Fernandez?Pikiran Violet kacau. Namun, ketika dia melihat cara penembak tadi memegang sen
Meskipun ini area belum berkembang, ia dikelilingi oleh laut. Sepertinya mereka sudah mencapai perbatasan.Benar saja, Romeo mendengar suara ombak menerpa bebatuan."Gawat. Kalau begitu, kita makin menjauh dari kru sutradara."Violet tampak khawatir, tapi Romeo malah mengulurkan tangannya untuk menyentuh pergelangan kaki Violet.Violet tanpa sadar menarik kakinya. "Ngapain kamu?""Biarkan aku melihat kakimu.""Nggak perlu ....""Waktu istirahat kita hanya sebentar. Kalau nanti kita terkejar oleh pembunuh dan aku nggak tahu tentang kondisimu, maka kita akan mati."Violet pun diam. Melihat Violet tidak menghentikannya lagi, Romeo membuka sepatu Violet dan memeriksanya. Kakinya sedikit bengkak dan perlu ditaruh obat.Romeo mengeluarkan minyak dari tasnya. Violet mengernyit dan bertanya, "Sepertinya itu bukan barang kru acara?""Aku yang membawa ini.""Bagaimana kamu bisa tahu ini akan terpakai?""Kamu kira aku nggak berpengalaman seperti kamu?""..."Romeo menuangkan minyak ke telapak tan
Romeo mendekati Violet, lalu bertanya, "Dengan siapa kamu menonton Dunia Absurd di bioskop?""Kenapa kamu masih memikirkan itu? Aku pergi menonton dengan Kak Gwen."Violet takut Romeo masih ingin melanjutkan topik ini, tapi Romeo tetap berkata, "Aku sudah meminta Levi menyelidiki catatan pembelian tiket semua bioskop di Kota Poseidon. Nggak ada namamu dan juga Gwen di semua catatan itu. Kamu sama sekali nggak pergi ke bioskop. Kenapa kamu berbohong?"Violet tidak menyangka Romeo akan meminta Levi menyelidiki hal seperti itu.Violet tersenyum sambil berkata, "Romeo, apa kamu terlalu senggang? Bagaimanapun juga, Levi adalah sekretaris tingkat atas. Kamu malah memintanya menyelidiki seluruh catatan pembelian tiket bioskop di Kota Poseidon?""Dunia Absurd bukan film populer, jadi sangat mudah untuk menyelidikinya. Kami bisa menemukannya dengan mudah melalui data sistem belakang. Jangan mengalihkan topik. Aku ingin tahu kenapa kamu berbohong padaku."Violet tahu dia menyukai Dunia Absurd. B
"Larilah, domba-domba kecil!"Para tentara bayaran itu tertawa dengan sinis, kemudian terdengar suara tembakan yang ditembak sembarangan. Violet perlahan-lahan sudah melupakan rasa sakitnya. Dia berlari sekuat tenaga dan tidak berhenti sedetik pun."Pegang tanganku dan jangan lepaskan!"Romeo menarik Violet sambil berlari, tapi Violet dapat merasa dengan jelas kalau Romeo berlari makin cepat.Ada cahaya masuk di depan. Violet langsung berkata, "Romeo! Kita sudah sampai! Kita sudah mau sampai!"Tiba-tiba, muncul suara erangan. Violet berhenti dan menoleh, lalu melihat betis Romeo yang entah kapan tertembak."Romeo!"Violet terdiam. Dan saat ini mereka sudah terkejar oleh tentara bayaran.Violet segera menoleh ke belakang, kemudian dia memapah Romeo sambil berkata dengan dingin, "Apa kalian orang yang diutus Howard Lionel?"Kedua tentara bayaran itu saling bertatapan. Meskipun mereka tidak berbicara, ekspresi mereka sudah memberi Violet jawaban.Sambil menatap senapan tentara bayaran itu
Violet membelakangi laut. Mulutnya terbuka seakan-akan dia sedang mengatakan sesuatu, kemudian dia menutup matanya dan jatuh ke belakang.Romeo membelalakkan matanya. Rasa panik menyelimuti seluruh hatinya. Dia berjuang berlari ke depan, tapi dia melihat Violet sudah jatuh ke dasar laut."Violet!"Romeo tercengang.Tadi untuk sesaat hatinya seolah-olah terbelah dua.Kedua tentara bayaran melihat itu dengan dingin, kemudian mereka pergi. Salah satu dari mereka berkata ke interkomnya, "Bos, orang itu sudah kami tangani."Romeo berlutut. Di depannya seolah-olah berubah menjadi merah darah.Dia mengingat apa yang dikatakan Violet padanya sebelum dia melompat dari tebing."Balas dendam untukku."Romeo menoleh ke dua tentara bayaran itu, kemudian dia berkata dengan sinis, "Beri tahu Howard Lionel, Grup Fernandez adalah musuhnya sekarang."Tentara bayaran itu melihat Romeo. Romeo mengucapkannya sekata demi sekata, "Aku. Akan. Membunuhnya."Kedua tentara bayaran menatap Romeo sambil menyunggin
Suara itu membuat punggung Violet merinding. Dia tanpa sadar mundur, tapi kedua pergelangan tangannya di tahan seseorang.Howard mendekat. Matanya yang membuat bulu kuduk orang berdiri tampak senang."Apa kamu takut padaku?""Persetan kamu!"Violet tiba-tiba menjadi kuat dan segera melepaskan diri dari genggaman Howard. Lalu, dia langsung mengangkat tangannya dan menampar Howard. Tamparan itu melampiaskan semua amarah dan kebencian di hatinya.Bisa-bisanya pria berengsek ini menganggapnya sebagai mangsa dan memburunya!"Tuan Howard!"Wajah Robert memucat.Satu sisi wajah Howard langsung memerah setelah ditampar Violet tadi. Sudut mulut Howard pun berdarah.Howard menyeka darah di sudut mulutnya dengan tenang, kemudian dia melihatnya."Selama beberapa tahun ini, kamu orang pertama yang bisa membuatku berdarah."Violet menyindir, "Oh, ya? Aku masih bisa membuatmu berdarah untuk kedua kalinya. Apa kamu ingin mencobanya?"Howard berdiri sambil menatap Violet dengan penuh minat. Dia melamba
Saat ini, Howard sedang duduk di kabin. Dia menopang dagunya sambil melihat cermin di depannya dengan penasaran. Dia dapat melihat setiap gerakan Violet sekarang dengan jelas."Tuan Howard ....""Menurutmu, ngapain dia?""Dia ...."Robert juga menoleh ke arah cermin. Di cermin, Violet sedang bersandar di dinding dan tidak bergerak sama sekali."Seharusnya ... dia sudah takut?""Takut?" Howard menaikkan alisnya. Dia sudah melihat banyak orang yang ketakutan karena dikurung di ruangan gelap, tapi reaksi Violet sangat berbeda dari mereka.Reaksi orang ketakutan bukan seperti ini."Buat keributan untuknya.""Baik, Tuan Lionel."Robert keluar.Tak lama kemudian, suara jerit seorang wanita datang dari sebelah. Namun, suara itu sama sekali tidak mengganggu Violet.Wanita di cermin itu tetap bergeming.Robert kembali, lalu berkata, "Selesai, Tuan Howard."Howard sedang melihat Violet melalui cermin, kemudian dia bertanya dengan alis berkerut, "Jangan-jangan ada yang melakukan sesuatu pada cerm