"Keluar dari kamarku sekarang!" usir seorang pria yang menahan amarah karena seorang gadis mungil masuk ke kamar hotelnya tanpa permisi.
"Akh maaf, Tuan Tanah. Saya tidak sengaja, saya hanya mengantarkan paket bunga dan di notanya mengatakan jika saya harus mengantar langsung ke tempatnya. Dan ini benar alamatnya Hotel Calton, nomor kamar 499," jelas Anne menyebutkan nama hotel dan nomor kamar yang akan ia tuju.Seringai terlihat jelas di wajah pria blasteran Italia-Jawa yang saat ini memandang gadis mungil tersebut. Pria blasteran itu menatap Anne dengan tajam membuat Anne mengendikkan bahunya, Anne merasakan ada yang aneh dengan pria blasteran ini dia pun bertanya kembali padanya."Ap-apa saya ... salah masuk kamar, Tuan Tanah?" tanya Anne dengan suara yang terbata-bata.Satu jam yang lalu, Anne si pengantar bunga mendapatkan pesanan dari seorang pelanggan. Pelanggan tersebut memesan bunga mawar merah dari toko bunga tempat Anne bekerja.Dengan semangat, Anne merangkai bunga pesanan pelanggannya. Anne bekerja di toko sahabatnya sendiri Marlin, setelah menyelesaikan buket bunganya, Anne segera pergi menuju ke hotel dan pihak hotel yang mengetahui kedatangan Anne, mempersilahkan Anne masuk.Anne yang sudah sering mengantar bunga ke hotel tersebut, langsung masuk tanpa pemeriksaan. Itu dikarenakan pihak hotel itu sudah sering memesan bunga di toko milik sahabatnya."Hei, Nona manis. Bisa lihat keluar sebentar, kamar berapa yang kamu masuki saat ini? Coba kamu lihat pakai mata di kepalamu, bukan dengan mata kaki. Lihat dengan jelas kamar nomor berapa ini!" ketus sang pria yang meminta Anne melihat nomor kamar tersebut.Mendengar apa yang pria tersebut katakan, membuat Anne terkejut. Anne sedikit menarik tubuhnya ke belakang dan saat melihatnya Anne terkejut, 496 bukan 499. Anne merutuki kebodohannya karena dia salah kamar, Anne berdehem dan menarik tubuhnya kembali ke depan dan menghadap pria blasteran tersebut sambil tersenyum menunjukkan deretan gigi putihnya."Ehmm, jadi begini, Tuan Tanah. Saya sepertinya kurang darah, jadi tidak fokus saat melihat nomor kamarnya. Sekali lagi saya minta maaf ya, saya permisi dulu semoga hari Anda menyenangkan. Oh ya, satu lagi. Ini saya kasih bunga sebagai permintaan maaf saya," ucap Anne yang dengan tenang dan senyum mengembang saat memberikan bunga mawar kepada pria yang ada di depannya.Anne menarik tangan pria itu dan menyerahkan bunga mawar merah tepat di tangan pria tersebut. Karena sejak tadi pria itu tidak merespon, membuat Anne terpaksa meraih tangan pria itu.Jantung sang pria berdegub kencang. Pria blasteran yang menerima bunga mawar merah dari Anne, merasakan ada yang aneh dengan jantungnya. Terlebih lagi saat tangan Anne menyentuh tangan dirinya. Pria blasteran itu pun termenung sesaat.Anne segera kabur dengan cepat, Anne menarik handle pintu dan membanting pintu kamar pria yang dia panggilnya Tuan tanah itu dengan cukup kencang, hingga pria tersebut yang termenung dan merasakan jantungnya berdegub, tersentak dan berganti amarah yang memuncak."Kembali kamu gadis nakal, aku akan memberikanmu pelajaran! Aku akan buat kamu menyesal sudah berurusan denganku!" teriak pria tersebut yang ternyata adalah Darren Stockholm.Darren Stockholm seorang CEO dengan paras tampan, sikapnya yang dingin, membuatnya jarang tersentuh oleh wanita. Untuk tersenyum saja sulit, tapi sekarang tangannya malah di sentuh oleh wanita. Dengan sifat yang sedikit berbeda itulah yang membuat Darren Stockholm sulit untuk dekat dengan wanita manapun, malah Darren sering di cap penyuka sesama jenis.Anne yang berhasil kabur segera berlari ke kamar yang ia tuju yaitu kamar nomor 499, beruntung sang empunya kamar keluar dan melihat Anne mendekati dirinya."Maaf Tuan, ini bunganya semoga hari Anda menyenangkan dan terima kasih sudah berbelanja di toko bunga kami," ucap Anne yang segera menyerahkan buket bunga dan segera berlari."Hei, kamu uangnya sudah saya transfer ya! Sekalian tips kamu! Aneh sekali, kenapa dia lari dan malah keluar dari kamar depan! Apa dia salah nomor?" tanya pria itu yang segera masuk kembali ke dalam kamarnya.Darren yang tidak terima dengan perlakuan Anne berniat mengejar Anne. Darren ingin memberikan hukuman pada Anne atas ketidaknyamanan dan ketidaksopanan Anne yang masuk ke kamarnya dan keluar dari kamar begitu saja, serta membanting pintu kamarnya dengan cukup keras."Aku akan menangkapmu, gadis nakal. Tidak akan aku biarkan kamu lepas kali ini. Lihat saja, aku buat kamu menjerit meminta ampun padaku," geram Darren yang segera keluar dari kamar dan mencari keberadaan Anne.Darren melihat pemilik kamar 499 masuk dengan bunga mawar merah. Darren mulai berpikir jika Anne baru saja pergi dan benar saja, Anne terlihat di depan lift."Akhirnya aku selamat dari tuan tanah itu, aku harap tidak bertemu dia lagi. Jika tidak habislah aku, aku pasti dibuat lemper. Mimpi apa aku semalam bertemu dia? Kenapa, aku bodoh sekali bisa salah masuk kamar? Sudah jelas di nota nomor berapa, emang kalau sial ya sial saja," omel Anne yang merutuki kesalahannya.Darren, yang melihatnya segera mendekat mengejar ke arah Anne yang terlihat panik."Kena kamu gadis nakal, akan aku buat kamu menyesal sudah berani menyentuhku!" seringai jahat terlihat di wajah Darren.Darren mempercepat langkah kakinya untuk mendekati Anne. Anne yang merasa ada seseorang di belakangnya berbalik. Anne terkejut melihat pria kulkas itu menuju ke arahnya."Ya Tuhan, mati lah aku. Dia datang, ahkkk!" pekik Anne dengan kencang dan menekan tombol segitiga di lift agar terbuka tapi pintu lift tidak kunjung terbuka.Anne segera berlari kearah pintu darurat yang ada di sisi kanan dengan cepat Anne masuk dan berlari dengan kencang. Anne tidak peduli jika dirinya harus turun menggunakan tangga. Yang penting selamat dari kejaran Darren."Aku harus kabur, aku tidak mau tertangkap, dia sepertinya pria tidak baik, dia pasti mengincarku untuk di jual di pasar malam. Tidak-tidak, aku tidak mau. Tuhan, tolong selamatkan aku. Ayah, Ibu yang di surga tolong anakmu ini."Darren yang melihat Anne turun dari pintu darurat tersenyum kecil, Darren tidak ingin ikut, dia tetap turun dengan lift dan menunggu Anne di bawah.Anne yang kelelahan, berhenti sejenak sambil menarik nafas panjang dan membuangnya. Anne melihat anak tangga yang masih banyak, Anne memasang wajah memelas, dia sudah tidak sanggup lagi untuk turun."Kenapa aku merasa anak tangga terlalu banyak, siapa yang membuatnya. Tidak bisakah kalian membuat hotel jangan terlalu tinggi, kalau seperti ini aku akan kesulitan. Terlebih lagi jika ada masalah pengunjung akan kelelahan saat menuruninya," gerutu Anne yang kelelahan menuruni anak tangga.Anne duduk sejenak di anak tangga, sedangkan Darren sudah bersiap di depan pintu darurat, Darren tidak sabar untuk menangkap Anne si gadis nakalnya."Ehmm, maaf Tuan Stockholm, Anda sudah di tunggu klien di ruang privat. Mereka ingin membahas kerjasama kita di tambang berlian yang ada di Bostwana dan Rusia serta tambang minyak di Qatar," deheman dari seorang pria yang meminta Darren untuk segera menemui kliennya membuat Darren tersentak.Komo, sang asisten merasa heran tuannya yang dia cari di kamar tidak ada dan saat dia turun kembali dia terkejut melihat tuannya sudah berdiri di depan pintu darurat. Komo segera menghampiri tuannya itu dan segera memberitahukan kepadanya untuk segera menghadiri pertemuan dengan para klien besar dari luar Negeri.Darren yang mendengar suara sang asisten meminta dia menghadiri pertemuan dengan klien besarnya itu hanya berdecih kesal. Berharap bisa menemui si gadis nakalnya dan memberikan pelajaran pada Anne. Harapanya pupus, karena pekerjaan."Tidak bisakah di atur ulang lagi?" tanya Darren yang berharap pertemuannya di ganti dengan hari lain."Tidak bisa, Tuan. Karena mereka akan pulang ke negaranya sore ini," jawab Komo yang membuat Darren pasrah.Darren, akhirnya pergi dari tempat tersebut, dia berjalan dengan gagah dan raut wajah tetap datar meskipun menahan kekesalannya.Darren, berhenti sejenak dan berbalik melihat pintu darurat tidak ada tanda Anne gadis nakalnya keluar dari sana."Tunggu kamu, aku akan buat kamu datang kehadapanku," batin Darren dengan seringai kecil di sudut bibirnya dia yakin jika Anne akan datang kehadapannya dengan sendirinya.Darren melanjutkan kembali langkah kakinya menuju tempat pertemuan. Anne yang baru tiba di depan pintu darurat, membuka pintu dengan tangan gemetar. Terlihat raut wajah Anne yang gembira karena sudah berhasil turun."Akhh, selamat juga aku. Kamu kuat Anne, wanita tangguh akan selalu menang. Tapi, kenapa aku tidak turun di lantai sebelumnya dan naik lift terus turun di sini? Aishhh, kenapa denganmu Anne? Sudahlah yang penting selamat dari si Tuan Tanah itu," gerutu Anne yang mengusap keringat dan berjalan pelan menuju parkiran untuk mengambil sepedanya dan bergegas pergi dari tempat tersebut.Sesampainya di toko bunga milik sahabatnya, Anne berjalan gontai saat memasuki toko bunga tersebut, suara lonceng di pintu berbunyi, Marlin yang duduk di meja melirik kedatangan Anne yang wajahnya terlihat kusut. "Di luar hujan petir, ya?" tanya Marlin yang mencoba membuka suara saat Anne duduk di kursi berhadapan dengannya. "Badai salju, puas kamu, ikan Marlin. Kenapa sih hidup aku itu sial ban
Pria yang berada di luar segera masuk ke dalam mobil dan duduk di bangku kemudi. "Tuan, saya sudah pesankan buket yang Anda minta. Dan saya sudah memberikan tips. Sekarang, kita mau kemana, Tuan?" tanya sang pria yang saat ini masih menunggu intruksi dari sang majikan yang tidak lain adalah Darren Stockholm. Pria yang memesan buket bunga tersebut adalah Darren Stockholm, pria yang Anne temui saat di hotel. Namun, baik Darren maupun Anne tidak mengetahuinya. Dikarenakan, Komo yang memesan buket bunga tersebut. "Kita ke kantor saja, tanyakan gedung yang akan kita gunakan untuk acara nanti, saya tidak mau acaranya sampai gagal dan ingat harus mewah, kamu mengerti?" tanya Darren. "Semuanya sudah sesuai yang Anda inginkan, dan tidak ada yang kurang. Nanti pihak EO akan kasih tahu kepada kita jika sudah selesai," jelas Komo yang memberitahukan jika gedung yang Darren pesan sudah sesuai dengan yang Darren inginkan. "Bagus, sekarang ke kantor." Darren memerintahkan Komo untuk ke kantor.
"Perkenalkan saya calon Ibunya Danda, Raya Maharani. Danda, sini sama Mama, kamu tidak boleh seperti itu. Apalagi dengan orang yang tidak dikenal," ucap Raya yang memperkenalkan dirinya sebagai Ibu dari Danda dan meminta Danda untuk mendekatinya. Danda yang mendengar perkataan dari Raya, menatap nanar ke arah Anne, Danda makin mempererat pelukkannya. Danda, sepertinya tidak mau jika Raya membawanya pergi. Melihat Danda tidak ingin bersamanya membuat Raya kesal setengah mati padahal tangannya sudah terulur ke arah Danda. "Nggak Ayah, nggak anak sama saja, menyusahkan sekali. Jika bukan karena harta aku tidak sudi untuk dekat dengan anak sialan ini," ucap Raya dalam hati yang menarik paksa tangan Danda agar lepas dari pelukkan Anne. Anne yang melihat tangan wanita tersebut menarik paksa merasa kesal, Anne bisa melihat jika Danda kesakitan akibat tarikkan Raya. Anne mencoba melepaskan tangan Raya dari tangan Danda yang terlihat kesakitan. "Mbak, jangan memaksanya, nanti tangannya sak
Saat mendengar suara berat dan dingin yang seperti dikenalnya, dia teringat suara pria yang ditemuinya di hotel. Anne ingin menoleh, tapi seolah lehernya kaku karena tegang. "Suara Tuan Tanah, apa benar itu dia? Tidak-tidak, aku yakin itu bukan dia, iya benar itu bukan si Tuan Tanah. Anne, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh ya," gumam Anne yang meyakinkan dirinya jika itu bukan suara dari pria yang disebutnya Tuan Tanah.Semua orang yang berada di taman seketika berbalik dan melihat sosok yang bertanya itu. Dan, saat akhirnya Anne bisa berbalik ke belakang, Anne seperti tersambar petir. Ternyata firasatnya benar jika suara itu adalah suara Tuan Tanah. "Ka~kamu, Tuan Tanah." Anne dengan terbata-bata bersuara karena melihat Darren Stockholm di hadapannya. "Oh, ternyata ada si gadis nakal di sini. Ketemu juga kamu ya, tapi tunggu dulu ... Danda sayang, kamu kenapa nangis, Nak? Hei, gadis nakal kamu apakan anakku? Sini, Sayang." Darren memanggil Danda dan menuding Anne yang menyebab
Darren membawa Anne ke ruang kerjanya, niat hati ingin membalaskan apa yang sudah Anne lakukan tapi Darren mengingat bagaimana anaknya Danda yang begitu dekat dengan Anne membuat Darren mengurungkan niatnya. Darren membuka pintu ruang kerjanya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam. "Masuk!" Darren meminta Anne untuk masuk mengikuti dirinya. Anne yang mendengar suara Darren memintanya masuk, dengan cepat masuk ke ruangan tersebut dengan jantung yang berdebar Anne memberanikan diri melangkahkan kakinya. Jangan di tanya kakinya saat ini sudah seperti kaki ubur-ubur lemes. Anne mengerjapkan matanya karena takjub melihat ruang kerja yang terlihat mewah dengan furniture yang terbuat dari kayu jati yang berwarna coklat dan kursi yang mahal dan kalau dijual akan membuat si penjual kaya raya pikir Anne dengan senyum jahatnya. "Ehmm, apa yang kamu pikirkan? Jangan pernah berpikir dan mempunyai niat untuk menjual barang ini, paham kamu!" ketus Darren dengan tatapan tajam. Anne yang mendengar
Anne hanya bisa menganggukkan kepala mendengar Marlin meminta dia menjelaskan semuanya. Mobil pickup melaju meninggalkan rumah mewah Andara milik Darren. Di perjalanan tidak ada yang berbicara sampai akhirnya mereka sampai di toko bunga. Marlin dan Anne turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam toko. "Hari ini kita tutup saja, gue lelah." Marlin meminta kepada Anne untuk tutup lebih cepat, biasanya mereka akan tutup jam 8 malam, tapi kali ini mereka tutup lebih awal. "Iya," jawab Anne singkat. Anne membawa papan bunga yang di depan untuk dibawa masuk dan Anne juga menyusun bunga di luar untuk disimpan di dalam toko. Setelah selesai, Anne dan Marlin duduk di kursi santai tidak lupa mereka membawa minuman dan makanan kecil untuk menemani mereka melepas rasa lelah sebelum pulang. "Jadi, apa dia Tuan Tanah yang kamu katakan itu? Dan apa dia yang katakan kepadamu di ruangan itu? Apa dia melakukan sesuatu?" tanya Marlin yang menatap Anne dengan tajam. "Hmm," jawab Anne singkat. Mar
"Komo, cepat kejar elu kenapa lelet bener sih, gue udah katakan ke elu jangan lelet, elu udah sarapan apa belum sih? Ngejar sepeda aja elu kagak bisa," omel Darren yang kesal karena Komo tidak bisa mengejar orang yang dia yakini adalah Anne. "Lu dengar ya baik-baik, gue ini bingung sama lu sebenarnya lu itu ngejar siapa sih?" tanya Komo yang sudah terlanjur kesal karena dia diminta untuk terus mengejar sedangkan dia sendiri tidak tahu siapa yang dia kejar. "Wanita nakal orang yang sudah membuat anak gue dari tadi malam hingga pagi dan mungkin nanti dan seterusnya akan terus menyebut nama dia sekarang lu kejar itu sepeda butut dia cepat!" ketus Darren yang meminta kepada Komo untuk mengejar sepeda yang ada di depannya. "Maksud lu sepeda yang berwarna pink itu, apa lu yakin itu sepeda wanita pengantar bunga yang Danda panggil Mama?" tanya Komo yang penasaran dengan pengendara sepeda yang ada di depannya. "Iya gue yakin tuh wanita nakal itu, cepat kejar lu jangan banyak cerita deh.
"Iya gue yakin itu pasti dia tapi kenapa wajahnya berbeda. Coba lihat itu apa dia tukar sepeda maksudku apa tadi .... Komo tunggu sebentar gue mau tanya dengan tu orang jika memang salah maka kita langsung saja balik ke kantor," ucap Darren yang turun dari mobil untuk bertanya kepada si pengendara sepeda. Komo hanya mengganggukkan kepala, dia tidak mengatakan apapun. Hanya saja Komo heran kenapa bisa sahabatnya itu mengejar wanita penjual bunga walaupun hanya untuk anaknya tapi perlakuan yang Darren lakukan tidak sampai seperti ini. Darren mendekati wanita tersebut dengan wajahnya yang datar. "Permisi Ibu, saya ingin bertanya bukannya tadi sepeda ini yang bawa gadis ya maksud saya wanita yang sedikit lebih muda tapi kenapa Anda yang membawa sepeda ini?" tanya Darren. Wanita tersebut memandang ke arah Darren yang wajahnya datar dan juga dingin. "Maaf sebelumnya Mas, yang membawa sepeda ini dari rumah itu saya. Kalau Anda bertanya yang bawa sepeda ini wanita muda, Anda salah karena
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s