Anne hanya bisa menganggukkan kepala mendengar Marlin meminta dia menjelaskan semuanya. Mobil pickup melaju meninggalkan rumah mewah Andara milik Darren. Di perjalanan tidak ada yang berbicara sampai akhirnya mereka sampai di toko bunga. Marlin dan Anne turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam toko.
"Hari ini kita tutup saja, gue lelah." Marlin meminta kepada Anne untuk tutup lebih cepat, biasanya mereka akan tutup jam 8 malam, tapi kali ini mereka tutup lebih awal."Iya," jawab Anne singkat.Anne membawa papan bunga yang di depan untuk dibawa masuk dan Anne juga menyusun bunga di luar untuk disimpan di dalam toko. Setelah selesai, Anne dan Marlin duduk di kursi santai tidak lupa mereka membawa minuman dan makanan kecil untuk menemani mereka melepas rasa lelah sebelum pulang."Jadi, apa dia Tuan Tanah yang kamu katakan itu? Dan apa dia yang katakan kepadamu di ruangan itu? Apa dia melakukan sesuatu?" tanya Marlin yang menatap Anne dengan tajam."Hmm," jawab Anne singkat.Marlin memijit keningnya, pantas keduanya saling kenal terlihat dari tatapan pria itu juga berbeda dengan Anne. Helaan nafas Marlin terdengar kasar di telinga Anne."Dia mau apa denganmu tadi? Apa dia meminta kamu melakukan sesuatu? Gue tidak ikhlas jika elu diperalat oleh dia. Masalah elu dan dia sudah selesai, lalu apa lagi yang salah dengan elu? Apa salah masuk kamar juga akan dia bawa ke kantor polisi? Apa elu kasih bunga juga akan dia bawa ke jalur hukum dia mau tuntut elu?" tanya Marlin yang gemes dengan Darren yang seenaknya saja main tuntut hanya masalah sepele."Hei, dia kan tidak ada tuntut gue, lagi pula dia minta gue ikut tadi hanya meminta gue untuk tidak menemui anaknya itu si Danda. Dan tidak ada sangkut pautnya dengan masalah salah masuk kamar dan bunga yang gue berikan ke dia," jawab Anne yang menjelaskan kenapa dia diminta ikut oleh Darren ke ruangan kerjanya."Busyet dah itu orang, main larang saja. Yang harus dia larang itu wanita yang ngaku Mama si Danda. Kenapa elu yang jadi di larang. Tapi, tunggu dulu emangnya kita berdua eh maksud gue elu mau bertemu lagi dengan si Danda itu?" tanya Marlin yang penasaran dengan sahabatnya ini."Entahlah, gue juga tidak tahu. Elu tahu tidak, gue itu merasa Danda sudah seperti anak gue. Dia sepertinya rapuh sekali, elu lihat dia kurang kasih sayang, ok lah dia kaya dan kasih sayang dari pria itu berlimpah dan juga Utinya. Tapi kasih sayang seorang Ibu, gue rasa tidak bisa dia dapatkan. Sepertinya, gue sakit banget dan tak rela diminta untuk menjauhi si Danda," jawab Anne yang tidak suka jika dirinya diminta Darren untuk tidak menemui Danda lagi."Hahhh, elu emang aneh bener dah, jelas-jelas itu Bapak moyangnya tidak mau elu dekat dengan anaknya, kenapa elu sedih dan sakit. Beginilah jika elu sudah cinta sama Bapak moyangnya, jadi sulit untuk melepaskan anaknya. Akui saja, jika elu tidak mau melepaskan Bapak moyangnya, alasan elu sakit berpisah dari Danda. Sudah sana pergi, pulang mandi dan tenangkan diri elu!" usir Marlin yang bangun dari tempat duduknya meninggalkan Anne yang masih termenung."Hahh, gue bukan suka dengan Bapak moyangnya, ikan Marlin!" ketus Anne yang ikut bangun dari tempat duduknya menyusul Marlin untuk bersiap pulang.Keesokan harinya, Danda meminta kepada Darren untuk menjemput Anne. Sedari malam, Danda meminta Darren untuk menjemput Anne tapi Darren selalu mencari alasan. Dan pagi ini, Danda lagi-lagi merengek kepada Darren untuk bertemu dengan Anne."Papa, ayo kita jemput Mama. Danda, nggak mau ke sekolah kalau tidak ada Mama. Danda mau bawa Mama ke sekolah, ayolah Papa. Danda mau teman-teman di sekolah melihat siapa Mama Danda!" rengek Danda yang terus terusan mendesak Darren untuk membawanya bertemu Anne."Danda, kamu makan dulu nanti pulang sekolah Papa akan bawa Mama ke sini, kalau kamu tidak makan dan sekolah Mama akan marah. Dengar pesan Mama semalam apa? Danda harus jadi anak manis dan baik, jadi turuti apa kata Mama ya, bisa Sayang?" tanya Nyonya Dinda yang meminta Danda untuk menuruti apa yang Anne katakan semalam."Tapi janji ya Uti, pulang sekolah Mama harus di sini, jika tidak Danda sendiri yang akan mencari Mama," jawab Danda yang membuat Nyonya Dinda menganggukkan kepala. Berbeda dengan Darren yang menatap Nyonya Dinda dengan tatapan horor.Mendengar apa yang Nyonya Dinda katakan membuat Danda segera duduk di kursinya dan makan makanan yang Nyonya Dinda berikan dengan senyum mengembang. Baru hari ini, Darren melihat buah hatinya tersenyum bahagia. Apa salah dia melarang Anne untuk menjauhi Danda. Apakah Anne mempunyai niat jahat ke Danda, kalau memang dia mempunyai niat jahat pasti Danda tidak seperti ini."Siapa kamu, kenapa kamu bisa membuat anakku tergantung kepadamu. Dan apakah kamu tulus kepada anakku atau tidak?" tanya Darren dalam hati.Asisten Darren sudah menunggu Darren di luar hari ini Darren akan mengantar Danda ke sekolah TK Internasional biasanya Danda hanya diantar supir tapi tidak kali ini. Sesampainya di sana, Darren ikut turun dari mobil dan mengantar Danda sampai di pintu masuk sekolah."Papa, jangan lupa ya, Danda ingin Papa bawa Mama hari ini," ucap Danda yang membuat Darren menganggukkan kepala pelan dan tersenyum.Melihat anaknya masuk dengan senyuman membuat Darren ikut tersenyum. Darren segera berbalik ke arah mobil dan duduk di bangku belakang."Komo, carikan tempat tinggal si penjual bunga nakal itu, hari ini harus ketemu tidak ada entar-entar paham lu!" perintah Darren kepada Komo untuk mencari rumah Anne."Sejak kapan lu mencari wanita bos, bukannya wanita cari elu, ada angin apa ini?" tanya Komo yang bersikap santai dengan Darren tidak ada atasan bawahan untuk hari ini."Ini semua karena anak gue. Elu tidak lihat semalam anak gue dekat dengan wanita nakal itu. Aish, itu orang sudah seperti jelangkung datang tiba-tiba dan pulang main nyelonong saja!" kesal Darren yang tidak habis pikir kenapa bisa bertemu dengan Anne di rumahnya."Elu udah bertemu dia, tapi di mana? Apa elu sewa dia makanya elu katakan dia nakal? Parah lu, gue pikir elu tidak doyan wanita lagi, tapi nyatanya masih doyan itu pisang kepok elu, hahah," tawa Komo yang membuat Darren kesal dan dengan cepat mengeplak kepala belakang Komo hingga si Komo meringis."Tutup mulut elu, teman kagak ada ahklak lu, gue pecat baru tahu. Cepat cari jika tidak dapat gue benar-benar ganti elu dengan orang lain!" kesal Darren yang membuat Komo membolakan matanya.Darren memandang ke arah luar, macet lagi itu hal biasa kota besar seperti Jakarta tidak bisa diragukan lagi apa lagi jam kerja seperti saat ini pasti macet. Saat mobil berhenti di lampu merah tanpa di duga Darren melihat seseorang."Komo, ikuti dia cepat, gue bilang ikuti dia!" pekik Darren dengan kencang dan menepuk kursi Komo hingga membuat Komo panik karena Darren meminta dia mengikuti seseorang tapi tidak tahu siapa karena Komo hanya melihat punggungnya saja."Sial, siapa yang mau dia ikuti sih?" tanya Komo yang penasaran siapa yang mau diikuti oleh Darren."Komo, cepat kejar elu kenapa lelet bener sih, gue udah katakan ke elu jangan lelet, elu udah sarapan apa belum sih? Ngejar sepeda aja elu kagak bisa," omel Darren yang kesal karena Komo tidak bisa mengejar orang yang dia yakini adalah Anne. "Lu dengar ya baik-baik, gue ini bingung sama lu sebenarnya lu itu ngejar siapa sih?" tanya Komo yang sudah terlanjur kesal karena dia diminta untuk terus mengejar sedangkan dia sendiri tidak tahu siapa yang dia kejar. "Wanita nakal orang yang sudah membuat anak gue dari tadi malam hingga pagi dan mungkin nanti dan seterusnya akan terus menyebut nama dia sekarang lu kejar itu sepeda butut dia cepat!" ketus Darren yang meminta kepada Komo untuk mengejar sepeda yang ada di depannya. "Maksud lu sepeda yang berwarna pink itu, apa lu yakin itu sepeda wanita pengantar bunga yang Danda panggil Mama?" tanya Komo yang penasaran dengan pengendara sepeda yang ada di depannya. "Iya gue yakin tuh wanita nakal itu, cepat kejar lu jangan banyak cerita deh.
"Iya gue yakin itu pasti dia tapi kenapa wajahnya berbeda. Coba lihat itu apa dia tukar sepeda maksudku apa tadi .... Komo tunggu sebentar gue mau tanya dengan tu orang jika memang salah maka kita langsung saja balik ke kantor," ucap Darren yang turun dari mobil untuk bertanya kepada si pengendara sepeda. Komo hanya mengganggukkan kepala, dia tidak mengatakan apapun. Hanya saja Komo heran kenapa bisa sahabatnya itu mengejar wanita penjual bunga walaupun hanya untuk anaknya tapi perlakuan yang Darren lakukan tidak sampai seperti ini. Darren mendekati wanita tersebut dengan wajahnya yang datar. "Permisi Ibu, saya ingin bertanya bukannya tadi sepeda ini yang bawa gadis ya maksud saya wanita yang sedikit lebih muda tapi kenapa Anda yang membawa sepeda ini?" tanya Darren. Wanita tersebut memandang ke arah Darren yang wajahnya datar dan juga dingin. "Maaf sebelumnya Mas, yang membawa sepeda ini dari rumah itu saya. Kalau Anda bertanya yang bawa sepeda ini wanita muda, Anda salah karena
Mendengarkan tantangan dari Anne, Raya mendekati Anne yang saat ini memandangnya dengan tajam, keduanya saling menatap satu sama lain. "Lu berani dengan gue, dengar baik-baik gue tidak segan-segan untuk menghabisi lu jika lu berani mendekati calon suami gue dan anak tiri gue maka hidup lu tidak akan lama lagi, gue pastikan itu!" ancam Raya yang membuat Anne dan Marlin terdiam. Marlin yang mendengar ancaman dari Raya langsung emosi tanpa babibu Marlin balik mengancam Raya. "Hei, perempuan tidak tahu diri, lu harusnya berkaca pada diri sendiri, lu nggak tahu semalam itu calon suami lu itu malah memilih sahabat gue daripada lu. Jadi, elu jangan bermimpi deh lagi pula siapa juga yang mau merebut calon suami lu yang dingin dan kaku itu, harusnya lu bilang sama calon suami lu itu jangan berusaha untuk mendekati sahabat gue jika tidak gue sendiri yang akan laporin calon suami elu ke kantor polisi sekarang lu keluar dari toko gue. Dan satu hal lagi jika lu berani macam-macam dengan sahaba
"Kalau ke rumah sakit harus sakit apa? Gue mau konsultasi dan gue mau bertanya beberapa hari ini jantung gue nggak aman. Jadi, mau gue tanyakan kenapa dia tidak aman," jawab Darren yang membuat Komo mengerjapkan matanya. "Lu sakit jantung ya, tapi bukannya elu kagak ada riwayat sakit jantung kenapa elu mengatakan jantung elu nggak aman, elu salah makan atau coba elu ingat kira-kira elu ada makan apa beberapa hari belakang ini tidak? Hingga buat elu merasa jantung elu seperti itu?" tanya Komo yang panik karena sahabatnya ini mengatakan jika jantungnya tidak aman dan dia juga menanyakan apakah sahabatnya ini salah makan atau tidak. "Hahhh, makanya gue juga heran kenapa jantung gue seperti ini, sudah lah elu lanjut kerja sana!" usir Darren yang saat ini fokus dengan isi dalam amplop tersebut. Jadi, di sini rumah kamu wanita nakal. Baiklah, aku akan menemuimu nanti bathin Darren yang segera menyimpan kertas tersebut. Darren melihat ke arah depan si Komo masih di depannya dengan senyu
Dokter Surya menganggukkan kepala karena dia tahu arah dari apa yang akan Darren katakan. Darren menghela nafas dan tentu saja itu membuat Darren malu karena dia terlalu cepat mengatakan jika dia sakit jantung padahal tidak. Akhirnya Darren pun memutuskan untuk pergi dari hadapan Dokter Surya. "Saya permisi dulu Dokter. Terima kasih banyak maaf menganggu," ucap Darren yang bersalaman sebelum meninggalkan ruangan tersebut. Darren segera keluar dari ruangan dan saat di luar terlihat Komo yang duduk dan segera berdiri mengikuti Darren yang berjalan menuju lobby. "Elu kagak dikasih obat ya? Mana obatnya biar gue tebus," ucap Komo yang merasa heran kenapa Darren tidak menebus obat bukannya tadi dia mengatakan jantungnya tidak aman. "Cepat ambil mobil, gue mau pulang ke rumah. Gue mau ketemu Danda," jawab Darren yang meminta Komo untuk segera mengambil mobil tanpa menjawab apa yang Komo ucapkan tadi. Komo tidak bertanya lagi, dia segera ke parkiran dan segera mengambil mobil. Setelah
"Menurut gue emang rumah, jadi menurut elu apa hmm?" tanya Darren lagi yang membuat Komo menghela nafas. "Sudah ayo kita turun, ingat hari ini elu ada meeting dengan bagian pemasaran dan keuangan jadi kita tidak punya waktu lama," jawab Komo yang segera turun dan tidak lupa juga yang mengatakan jika hari ini Darren ada meeting dengan bagian pemasaran dan keuangan. Darren dan Komo akhirnya turun bersama mereka berjalan sampai di depan pagar rumah Anne. Darren menyerngitkan keningnya melihat rumah Anne. "Apa lagi, ayo masuk kenapa elu bengong aja, awas kesambet lo," ujar Komo yang meminta Darren untuk masuk ke dalam rumah Anne. "Sepi, sepertinya tidak ada orangnya. Apa dia sudah pergi ke toko? Dan kenapa rumahnya miring ya, apa mata gue yang salah?" tanya Darren yang membuat Komo menoleh ke arah Darren. "Kita belum mengetuk pintunya jadi tidak tahu dan masalah rumahnya miring gue nggak tahu. Sudah ayo cepat," jawab Komo yang menarik tangan Darren untuk masuk ke dalam rumah. Darre
"Temui Danda sekarang karena dia ingin bertemu dengan kamu. Sedari awal anakku ingin menemuimu, aku sudah berusaha untuk tidak membicarakanmu di rumah tapi dia terus memanggil namamu apa yang kamu lakukan kepada anakku, apa kamu mencuci otaknya?" tanya Darren yang membuat Anne seketika menatap nanar ke arah Darren dan Anne mengepalkan tangannya mendengar apa yang dituduh Darren kepadanya. "Aku mencuci otak anakmu? Ck, kamu pikir aku seburuk itu? Aku di minta untuk tidak mendekati anakmu, sudah aku lakukan. Tapi, sekarang kamu menuduhku mencuci otak anakmu picik kamu. Dengar baik-baik, Tuan yang baik hati dan tidak sombong saya tulus dengan Danda jadi jangan berpikiran saya seperti itu. Jika tidak ada yang perlu dibicarakan silahkan keluar dari rumah saya," usir Anne yang meminta Darren pergi dari rumahnya. Komo hanya bisa diam dia tidak menyangka jika Darren ini mengatakan hal itu. Bukannya, minta baik-baik malah mengatakan hal itu. Darren yang diusir segera berdiri dan meninggalka
Nyonya Dinda: Danda, Darren, dia terluka ayo kita ke sekolah lihat Danda cepat Darren. Darren yang mendengar perkataan dari mamanya Nyonya Dinda terkejut dan langsung berdiri dari tempat duduknya. Darren: Apa terluka, baiklah Darren akan ke sekolah Danda.Darren segera mengakhiri panggilan telpon dan melangkahkan kakinya berjalan ke arah luar disusul dengan Komo yang terlihat ikut panik kenapa Darren berlari dengan sangat kencang keluar dan wajahnya terlihat cemas. "Tuan, ada apa apa yang terjadi? Kenapa Anda pergi tergesa-gesa?" tanya Komo yang ikut lari bersama dengan Darren sambil bertanya apa yang terjadi dan kenapa Darren lari terburu-buru. "Danda terluka, gue tidak tahu kenapa tapi intinya Mama menghubungi gue dan mengatakan seperti itu. Ayo cepat kita pergi, gue tidak ingin Danda kenapa-napa dan batalkan semua pekerjaan gue." Darren menjelaskan kepada Komo apa yang terjadi. Mendengar penjelasan dari Darren, Komo pun tidak banyak bertanya. Dia segera menghubungi sekretaris
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s