Saat mendengar suara berat dan dingin yang seperti dikenalnya, dia teringat suara pria yang ditemuinya di hotel. Anne ingin menoleh, tapi seolah lehernya kaku karena tegang.
"Suara Tuan Tanah, apa benar itu dia? Tidak-tidak, aku yakin itu bukan dia, iya benar itu bukan si Tuan Tanah. Anne, kamu jangan berpikiran yang aneh-aneh ya," gumam Anne yang meyakinkan dirinya jika itu bukan suara dari pria yang disebutnya Tuan Tanah.
Semua orang yang berada di taman seketika berbalik dan melihat sosok yang bertanya itu. Dan, saat akhirnya Anne bisa berbalik ke belakang, Anne seperti tersambar petir. Ternyata firasatnya benar jika suara itu adalah suara Tuan Tanah.
"Ka~kamu, Tuan Tanah." Anne dengan terbata-bata bersuara karena melihat Darren Stockholm di hadapannya.
"Oh, ternyata ada si gadis nakal di sini. Ketemu juga kamu ya, tapi tunggu dulu ... Danda sayang, kamu kenapa nangis, Nak? Hei, gadis nakal kamu apakan anakku? Sini, Sayang." Darren memanggil Danda dan menuding Anne yang menyebabkan Danda menangis.
Danda yang melihat Darren langsung melepaskan Anne dan lari mengejar papanya sambil menangis. Darren mulai berang melihat anaknya menangis.
"Apa yang kamu lakukan dengan anakku, hahhh?! Dan lihat ini kenapa dengan tangan anakku? Lihat ini, tangan Danda terluka, Mama." Darren benar-benar panik karena melihat anaknya Danda terluka dan menangis.
"Mama tidak tahu, tadi Mama melihat anakmu sudah menangis dan tangannya terluka. Raya, kamu apakan cucuku? Cepat katakan, kalian apakan cucuku?" tanya Nyonya Dinda kepada Raya dan Anne.
Anne masih terpaku saat melihat Darren, terlebih dengan kenyataan jika Darren adalah ayah dari anak yang memanggilnya Mama. Dia bisa melihat kecemasan di mata Darren, dia ingin membantah tuduhan Darren tapi tenggorokannya terasa tersekat.
"Anne, itu jawab, kenapa anak kecil itu bisa terluka, cepat jawab, Anne. Jangan sampai kita dapat masalah di sini," bisik Marlin di telinga Anne yang masih belum juga mengeluarkan suara."Daddy, Danda ditarik oleh Tante Raya, Danda gak mau ikut sama Tante Raya. Danda mau ikut dengan Mama, tapi Tante Raya tarik-tarik Danda. Sakit Daddy, uuuuhhh!" tangis Danda kembali pecah saat mengatakan jika tangannya terluka karena Raya.
Raya yang mendengar pengakuan dari Danda seketika terkejut. Raya semakin terpojok dan menggelengkan kepala, dia berusaha untuk membantah apa yang dikatakan oleh Danda.
"Sayang, dengarkan aku. Aku tidak pernah melukai Danda sumpah demi Tuhan. Mama Dinda, Raya tidak pernah menyakiti Danda. Raya sayang kepada Danda seperti anak Raya sendiri, jadi tidak mungkin Raya menyakiti Danda. Mama percayakan apa yang Raya katakan?" tanya Raya yang mencoba membela dirinya agar Darren tidak marah padanya.
"Jadi, siapa yang melukai anakku? Dia tidak mungkin melukai dirinya sendiri, kamu gadis nakal, ikut denganku. Komo, bawa dia jangan lepas kan, cepat! Dan kamu Raya pulang sana, aku tidak ingin melihatmu. Kamu juga siapa?" tanya Darren kepada Marlin yang memegang Anne dengan erat karena dirinya takut melihat Darren yang wajahnya menyeramkan.
"Sa-saya ini, temannya Anne, Tuan. Tolong, lepaskan kami, kami hanya pengantar bunga. Kami tidak tahu apapun dan kami tidak melukai anak Tuan yang comel itu. Sumpah demi Tuhan," ucap Marlin menjelaskan jika dia teman Anne dan dia hanya pengantar bunga.
"Bawa dia juga, cepat bawa mereka berdua. Dan kamu Raya pulang, jangan pernah ke sini lagi. Untuk perjodohan aku batalkan, Mama jangan ikut campur. Aku tidak suka dengan wanita yang menyakiti anakku," ucap Darren yang membuat Raya tidak terima dengan apa yang Darren katakan.
Sedangkan, Nyonya Dinda hanya bisa terdiam, dia tahu jika anaknya sudah mengatakan tidak, maka itu artinya tidak. Darren sangat menyayangi anaknya, jika dia terluka sedikit saja maka Darren akan murka seperti saat ini.
Komo dengan sopan meminta Anne dan Marlin ikut dengan dirinya masuk ke rumah, Darren menggendong Danda yang masih menangis. Nyonya Dinda, ikut masuk ke dalam meninggalkan Raya yang mengepalkan tangannya, Raya merasa harga dirinya diinjak oleh Darren.
"Awas, kalian aku akan buat perhitungan dengan kalian. Rermasuk kamu wanita miskin, aku akan buat perhitungan dengan kamu. Dan kamu juga anak kecil, gara-gara kamu aku seperti ini. Awas kalian," gumam Raya geram dia memandang tajam ke arah Darren, Anne dan Danda yang berlalu.
Raya pergi dari rumah tersebut dengan dendam yang membara di hati. Anne, yang diminta untuk ikut dengan Komo ke dalam rumah merutuki kebodohannya, dia ingin menghilang agar tidak bertemu dengan Tuan Tanah ini.
"Anne, si-siapa dia, kenapa kita dibawa masuk ke sini? Bukannya urusan kita sudah selesai, kamu kenal dengan pria itu? Dan, pria Yunani yang aku katakan tadi di toko adalah orang yang membawa kita itu," bisik Marlin yang membuat Anne terkejut dan mengerjapkan matanya mendengar apa yang Marlin katakan.
Marlin, menganggukkan kepalanya membenarkan apa yang dia katakan. Anne, menelan saliva saat mendengar perkataan Marlin. Kali ini, dia akan masuk ke kandang singa pikirnya.
Saat berada di dalam rumah, Danda segera turun dari gendongan Darren. Danda mendekati Anne dan menatap Anne dengan sendu. Anne, yang melihatnya segera jongkok dan mensejajarkan tinggi tubuhnya.
"Sudah jangan nangis ya, kita obati lukanya. Danda anak kuat kan? Kalau iya, ayo kita obati," bujuk Anne yang mengajak Danda untuk mengobati lukanya.
"Danda mau, tapi Mama jangan pergi dulu ya, Danda ingin bersama Mama. Daddy, boleh ya Mama tinggal di rumah kita, Danda tidak mau Mama pergi lagi, please!" mohon Danda yang meminta persetujuan Darren untuk Anne tinggal di sini.
"Danda, Mama tidak bisa tinggal di sini. Mama harus kerja antar bunga, tapi nanti Mama akan datang lagi," ucap Anne yang mencoba membujuk Danda untuk tidak meminta dirinya tinggal di rumah ini.
"Danda, Mama benar. Mama Danda harus pulang dulu, nanti Mama Danda datang lagi. Sini sama Uti, nanti kita ke rumah Mama," sahut Nyonya Dinda yang mendukung apa yang Anne katakan.
"Sudah cukup, Danda sayang. Daddy mau bicara dulu boleh dengan Mama Danda? Nanti, Daddy pastikan Mama akan tinggal bersama kita. Bukan begitu, Mama?" tanya Darren yang tersenyum smirk ke arah Anne yang membuat Anne merinding melihat senyum Darren.
Anne yang dilihat oleh Danda mau tidak mau menganggukkan kepala. Danda yang melihat Anne menganggukkan kepala memeluk Anne dengan erat. Darren merasakan kebahagiaan melihat anaknya tersenyum berbeda dengan Danda yang sebelumnya.
"Baiklah, kamu ikut saya. Saya mau berbicara dengan kamu, cepatlah jalannya jangan seperti siput!" ketus Darren yang meminta Anne berjalan sedikit cepat menyusulnya.
"Apa yang akan dia bicarakan padaku, duh jantungku kenapa berdebar. Tuhan lindungi aku dari Tuan Tanah ini," gumam Anne yang berjalan mengikuti Darren ke ruangan yang Anne tidak tahu ruangan apa itu.
Darren membawa Anne ke ruang kerjanya, niat hati ingin membalaskan apa yang sudah Anne lakukan tapi Darren mengingat bagaimana anaknya Danda yang begitu dekat dengan Anne membuat Darren mengurungkan niatnya. Darren membuka pintu ruang kerjanya dan melangkahkan kaki masuk ke dalam. "Masuk!" Darren meminta Anne untuk masuk mengikuti dirinya. Anne yang mendengar suara Darren memintanya masuk, dengan cepat masuk ke ruangan tersebut dengan jantung yang berdebar Anne memberanikan diri melangkahkan kakinya. Jangan di tanya kakinya saat ini sudah seperti kaki ubur-ubur lemes. Anne mengerjapkan matanya karena takjub melihat ruang kerja yang terlihat mewah dengan furniture yang terbuat dari kayu jati yang berwarna coklat dan kursi yang mahal dan kalau dijual akan membuat si penjual kaya raya pikir Anne dengan senyum jahatnya. "Ehmm, apa yang kamu pikirkan? Jangan pernah berpikir dan mempunyai niat untuk menjual barang ini, paham kamu!" ketus Darren dengan tatapan tajam. Anne yang mendengar
Anne hanya bisa menganggukkan kepala mendengar Marlin meminta dia menjelaskan semuanya. Mobil pickup melaju meninggalkan rumah mewah Andara milik Darren. Di perjalanan tidak ada yang berbicara sampai akhirnya mereka sampai di toko bunga. Marlin dan Anne turun dari mobil dan berjalan masuk ke dalam toko. "Hari ini kita tutup saja, gue lelah." Marlin meminta kepada Anne untuk tutup lebih cepat, biasanya mereka akan tutup jam 8 malam, tapi kali ini mereka tutup lebih awal. "Iya," jawab Anne singkat. Anne membawa papan bunga yang di depan untuk dibawa masuk dan Anne juga menyusun bunga di luar untuk disimpan di dalam toko. Setelah selesai, Anne dan Marlin duduk di kursi santai tidak lupa mereka membawa minuman dan makanan kecil untuk menemani mereka melepas rasa lelah sebelum pulang. "Jadi, apa dia Tuan Tanah yang kamu katakan itu? Dan apa dia yang katakan kepadamu di ruangan itu? Apa dia melakukan sesuatu?" tanya Marlin yang menatap Anne dengan tajam. "Hmm," jawab Anne singkat. Mar
"Komo, cepat kejar elu kenapa lelet bener sih, gue udah katakan ke elu jangan lelet, elu udah sarapan apa belum sih? Ngejar sepeda aja elu kagak bisa," omel Darren yang kesal karena Komo tidak bisa mengejar orang yang dia yakini adalah Anne. "Lu dengar ya baik-baik, gue ini bingung sama lu sebenarnya lu itu ngejar siapa sih?" tanya Komo yang sudah terlanjur kesal karena dia diminta untuk terus mengejar sedangkan dia sendiri tidak tahu siapa yang dia kejar. "Wanita nakal orang yang sudah membuat anak gue dari tadi malam hingga pagi dan mungkin nanti dan seterusnya akan terus menyebut nama dia sekarang lu kejar itu sepeda butut dia cepat!" ketus Darren yang meminta kepada Komo untuk mengejar sepeda yang ada di depannya. "Maksud lu sepeda yang berwarna pink itu, apa lu yakin itu sepeda wanita pengantar bunga yang Danda panggil Mama?" tanya Komo yang penasaran dengan pengendara sepeda yang ada di depannya. "Iya gue yakin tuh wanita nakal itu, cepat kejar lu jangan banyak cerita deh.
"Iya gue yakin itu pasti dia tapi kenapa wajahnya berbeda. Coba lihat itu apa dia tukar sepeda maksudku apa tadi .... Komo tunggu sebentar gue mau tanya dengan tu orang jika memang salah maka kita langsung saja balik ke kantor," ucap Darren yang turun dari mobil untuk bertanya kepada si pengendara sepeda. Komo hanya mengganggukkan kepala, dia tidak mengatakan apapun. Hanya saja Komo heran kenapa bisa sahabatnya itu mengejar wanita penjual bunga walaupun hanya untuk anaknya tapi perlakuan yang Darren lakukan tidak sampai seperti ini. Darren mendekati wanita tersebut dengan wajahnya yang datar. "Permisi Ibu, saya ingin bertanya bukannya tadi sepeda ini yang bawa gadis ya maksud saya wanita yang sedikit lebih muda tapi kenapa Anda yang membawa sepeda ini?" tanya Darren. Wanita tersebut memandang ke arah Darren yang wajahnya datar dan juga dingin. "Maaf sebelumnya Mas, yang membawa sepeda ini dari rumah itu saya. Kalau Anda bertanya yang bawa sepeda ini wanita muda, Anda salah karena
Mendengarkan tantangan dari Anne, Raya mendekati Anne yang saat ini memandangnya dengan tajam, keduanya saling menatap satu sama lain. "Lu berani dengan gue, dengar baik-baik gue tidak segan-segan untuk menghabisi lu jika lu berani mendekati calon suami gue dan anak tiri gue maka hidup lu tidak akan lama lagi, gue pastikan itu!" ancam Raya yang membuat Anne dan Marlin terdiam. Marlin yang mendengar ancaman dari Raya langsung emosi tanpa babibu Marlin balik mengancam Raya. "Hei, perempuan tidak tahu diri, lu harusnya berkaca pada diri sendiri, lu nggak tahu semalam itu calon suami lu itu malah memilih sahabat gue daripada lu. Jadi, elu jangan bermimpi deh lagi pula siapa juga yang mau merebut calon suami lu yang dingin dan kaku itu, harusnya lu bilang sama calon suami lu itu jangan berusaha untuk mendekati sahabat gue jika tidak gue sendiri yang akan laporin calon suami elu ke kantor polisi sekarang lu keluar dari toko gue. Dan satu hal lagi jika lu berani macam-macam dengan sahaba
"Kalau ke rumah sakit harus sakit apa? Gue mau konsultasi dan gue mau bertanya beberapa hari ini jantung gue nggak aman. Jadi, mau gue tanyakan kenapa dia tidak aman," jawab Darren yang membuat Komo mengerjapkan matanya. "Lu sakit jantung ya, tapi bukannya elu kagak ada riwayat sakit jantung kenapa elu mengatakan jantung elu nggak aman, elu salah makan atau coba elu ingat kira-kira elu ada makan apa beberapa hari belakang ini tidak? Hingga buat elu merasa jantung elu seperti itu?" tanya Komo yang panik karena sahabatnya ini mengatakan jika jantungnya tidak aman dan dia juga menanyakan apakah sahabatnya ini salah makan atau tidak. "Hahhh, makanya gue juga heran kenapa jantung gue seperti ini, sudah lah elu lanjut kerja sana!" usir Darren yang saat ini fokus dengan isi dalam amplop tersebut. Jadi, di sini rumah kamu wanita nakal. Baiklah, aku akan menemuimu nanti bathin Darren yang segera menyimpan kertas tersebut. Darren melihat ke arah depan si Komo masih di depannya dengan senyu
Dokter Surya menganggukkan kepala karena dia tahu arah dari apa yang akan Darren katakan. Darren menghela nafas dan tentu saja itu membuat Darren malu karena dia terlalu cepat mengatakan jika dia sakit jantung padahal tidak. Akhirnya Darren pun memutuskan untuk pergi dari hadapan Dokter Surya. "Saya permisi dulu Dokter. Terima kasih banyak maaf menganggu," ucap Darren yang bersalaman sebelum meninggalkan ruangan tersebut. Darren segera keluar dari ruangan dan saat di luar terlihat Komo yang duduk dan segera berdiri mengikuti Darren yang berjalan menuju lobby. "Elu kagak dikasih obat ya? Mana obatnya biar gue tebus," ucap Komo yang merasa heran kenapa Darren tidak menebus obat bukannya tadi dia mengatakan jantungnya tidak aman. "Cepat ambil mobil, gue mau pulang ke rumah. Gue mau ketemu Danda," jawab Darren yang meminta Komo untuk segera mengambil mobil tanpa menjawab apa yang Komo ucapkan tadi. Komo tidak bertanya lagi, dia segera ke parkiran dan segera mengambil mobil. Setelah
"Menurut gue emang rumah, jadi menurut elu apa hmm?" tanya Darren lagi yang membuat Komo menghela nafas. "Sudah ayo kita turun, ingat hari ini elu ada meeting dengan bagian pemasaran dan keuangan jadi kita tidak punya waktu lama," jawab Komo yang segera turun dan tidak lupa juga yang mengatakan jika hari ini Darren ada meeting dengan bagian pemasaran dan keuangan. Darren dan Komo akhirnya turun bersama mereka berjalan sampai di depan pagar rumah Anne. Darren menyerngitkan keningnya melihat rumah Anne. "Apa lagi, ayo masuk kenapa elu bengong aja, awas kesambet lo," ujar Komo yang meminta Darren untuk masuk ke dalam rumah Anne. "Sepi, sepertinya tidak ada orangnya. Apa dia sudah pergi ke toko? Dan kenapa rumahnya miring ya, apa mata gue yang salah?" tanya Darren yang membuat Komo menoleh ke arah Darren. "Kita belum mengetuk pintunya jadi tidak tahu dan masalah rumahnya miring gue nggak tahu. Sudah ayo cepat," jawab Komo yang menarik tangan Darren untuk masuk ke dalam rumah. Darre
Raya tidak menjawabnya, dia membuang wajahnya. Mustafa pasrah, dia akhirnya pergi dari ruangan tersebut. Tidak akan memaksa wanita jika tidak mau menikah dengan dirinya. Lebih baik dirinya pergi dan menjauh. Sejak kejadian tersebut Mustafa tidak lagi bertemu dengan Raya. Dia bekerja di tempat penjual bunga milik Marlin. Toko bunga yang dia kelola sangat ramai karena wajah rupawan Mustafa membuat toko bunganya ramai di datangi oleh pelanggan terutama pelanggan wanita. Anne dinyatakan hamil, Danda dn Darren juga Nyonya Dini ikut bahagia, begitu juga dengan Komo juga mendapat kabar jika Marlin hamil. Bulan berganti bulan, baik Darren dan Komo sudah mendapatkan buah hati mereka. Tepat satu tahun, anak kedua Darren berjenis kelamin laki-laki di beri nama Dafa Putra Stockholm berulang tahun."Mama, adik tidak mau pakai pakaiannya!" teriak Danda mengatakan jika adiknya Dafa tidak mau memakai pakaiannya.Darren dan Anne yang mendengar teriakkan Danda menggelengkan kepala. "Lihat anakmu itu,
Darren menggelengkan kepala dia tidak tahu apa yang terjadi. Baginya anak dan istrinya sudah selamat itu yang terpenting. Tidak berapa lama mobil polisi tiba. "Itu mobil polisi, ayo kita keluar dan lihat apakah dia selamat atau tidak." Darren mengajak Anne dan anaknya turun. Komo yang sudah menghubungi Surya bisa bernapas lega, Surya sudah sampai di lokasi dan sudah membawa ambulan untuk mengevakuasi kecelakaan. "Aku harap Darren dan keluarga kecilnya selamat." Komo memarkirkan mobil sedikit jauh dari lokasi kecelakaan. Jalanan yang tadinya sepi mulai ramai. Warga sekitar mendengar terjadinya kecelakaan berbondong-bondong ke lokasi kejadian. Garis polisi terpasang. Komo berlari mencari Darren dan saat melewati kerumunan warga akhirnya Komo bisa bertemu dengan Darren serta anak dan istrinya. "Syukur lah, elu bisa selamat. Gue pikir elu yang kenapa-napa. Apa yang terjadi sebenarnya, kenapa elu bisa diserang oleh si rubah itu. Dan kenapa si rubah itu yang kecelakaan?" tanya Komo pe
Mustafa, pria tersebut sudah berubah menjadi pria pada umumnya. Dia tidak lagi berbicara seperti biasanya. Dia jatuh cinta dengan Raya pada pandang pertama. Tentu saja itu membuat Mustafa senang karena gaya bicaranya yang semula seperti pria gemulai sekarang dia menjadi pria sejati. "Aku yakin dia pasti bertemu dengan Dinda, si rubah itu. Aku tidak mau Raya terpengaruh lagi. Aku harus selamatkan Raya," ucap Mustafa yang segera mengikuti Raya. Raya yang tahu di mana sekolah Danda segera ke sana. Raya melajukan mobil dengan kecepatan tinggi, dia ingin segera bertemu dengan Dinda dan tentunya dia ingin membantu Dinda karena sedari awal dia membantu Dinda. "Sayang, bawa mobilnya pelan saja, jangan ngebut. Lagi pula masuk sekolah juga masih lama, tapi tumben ya tidak macet," ucap Anne meminta ke Darren untuk tidak terburu-buru. "Ini standar saja, Sayang. Tidak ngebut juga. Kamu tenang saja. Jalan masih lenggang karena besok hari libur, jadi banyak yang malas kerja," jawab Darren. "Ck
Paman Boni segera menjawab panggilan telpon yang masuk. Panggilan tersebut dari anak buahnya yang mengikuti Dinda. "Hmm, ada apa?" tanya Paman Boni. "Dia baru membunuh satu orang lain. Kami tidak tahu dia siapa dan mayatnya dibuang di jurang," jawab anak buah paman Boni mengatakan jika Dinda membunuh orang. Paman Boni mendengar apa yang dikatakan oleh anak buahnya terkejut. "Apa? B~bunuh orang? Apa tidak salah?" tanya Paman Boni yang tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anak buahnya. "Iya, kami tidak salah sama sekali. Kami ada di sana saat dia membuangnya. Kami juga ada rekaman saat dia membuang mayat itu. Segera kami kirim, Tuan," jawab anak buah Paman Boni. Paman Boni tidak pernah menyangka jika Dinda lagi-lagi membunuh orang. Entah yang ada di pikiran wanita itu. Dia benar-benar sudah kehilangan akal sehatnya. "Baiklah, sekarang kalian awasi dia. Jangan sampai ketahuan. Nanti saya hubungi lagi," ucap Paman Boni mengakhiri panggilan dengan anak buahnya. Darren dan Ko
"Ini tidak salah? Benar ini suara dia dan dia mengatakan hal itu?" tanya Darren lagi memastikan apa yang terjadi dengan suara rekaman tersebut. "Benar, itu suara dia. Gue juga dengar sendiri dia mengatakan itu. Jadi, apa rencana lu?" tanya Mona. "Sebentar dulu, suara elu kenapa berat gitu. Apa ketelan balok lu saat di dekat Raya? Atau suara lu baru di cor?" tanya Komo yang sedikit curiga kenapa suara sahabat istrinya berubah seperti itu. "Bener bos, suaranya berubah. Apa tadi ke sini elu. . Makan biji kedongdong ya, makanya nyangkut di tenggorokan elu. Bos, ini tidak bisa dibiarkan, dia harus di operasi. Kalau tidak suaranya tidak pulih," ucap Paijo meminta ke Komo membawa Mustafa atau Mona untuk operasi suara. Mona menghela nafas, dia tidak mengerti kenapa keduanya mempermasalahkan suarnya yang seperti itu. Mona menatap ke arah Darren yang masih terus mengulang suara dari Dinda terlihat juga wajahnya mengetat saat suara Dinda yang meminta menghabisi kesayangannya itu. "Jadi, apa
Raya akhirnya mengikuti apa yang Mustafa katakan. Dia menjawab panggilan dari seseorang yang tidak lain adalah Dinda. Raya mengaktifkan speaker dan berjalan menuju Mustafa. Raya duduk di sebelah Mustafa. Dia melihat ke arah Mustafa dengan wajah ketakutan. Mustafa memberikan kode kepada Raya untuk tidak khawatir dan takut kepadanya. Raya pun memberanikan diri untuk menjawabnya. "H~halo, ada apa?" tanya Raya dengan suara terbata-bata. "Wah, kamu senang sekali aku tidak menghubungi kamu. Apa selama ini kamu tidak tahu aku menunggu hasil kerjamu. Jangan katakan kalau kamu sedang bersama pria dan bermain di ranjang. Ck, dasar perempuan murahan!" hina Dinda yang membuat Mustafa mengetatkan rahangnya mendengar perkataan dari Dinda. Raya yang tidak terima di hina segera angkat bicara. "Aku perempuan murahan. Kamu yang murahan, aku tidak pernah sedikitpun mengejar suami orang. Dan aku juga tidak mengakui jika suami orang itu suamiku, tidak sepertimu. Sudah selingkuh tapi masih mengakui suam
Anak buah Paman Boni mengikuti Dinda mereka ingin tau kemana Dinda pergi dan mereka ingin mencari tahu apa yang Dinda lakukan. Dinda terus melaju menuju tempat yang akan dia tuju. Walaupun menempuh perjalanan yang cukup jauh Dinda tidak peduli. "Aku harap tidak ada yang menemukanmu, aku akan buat kamu di tempat yang jauh dan ini balasan atas apa yang terjadi. Aku pastikan kamu akan membusuk di sana," gumam Dinda yang terus menerus mengomel sepanjang perjalanan. Perjalanan yang cukup jauh akhirnya membawa Dinda sampai di tujuannya. Suasana sudah gelap gulita saat sampai di tepi jurang. Dinda melihat suasana yang cukup sepi. 'Baiklah, saatnya aku membuang ini semuanya. Aku akan membuangnya di sana. Semoga tidak ada yang tahu apa yang aku lakukan.' bathin Dinda yang turun dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobil. Dari kejauhan anak buah Paman Boni sudah merekam semua yang di lakukan Dinda. Mereka terkejut melihat apa yang dikeluarkan oleh Dinda. "Lihatlah, dia bawa apa itu. Apa
"Kita tunggu kabar dari Mona sahabatmu itu dan paman Boni karena saat ini Paman Boni mengumpulkan data. Sekarang sudah jangan kamu pikirkan itu. Kita harus berjaga-jaga, jangan sampai kita lengah," jawab Darren memeluk Anne. Anne balas memeluk Darren dia percaya suaminya akan melindunginya. Keduanya berada di kamar mandi dan tentu saja saat ini, Darren ingin bermain panas di kamar mandi. "Baby, mandikan aku boleh?" tanya Darren dengan senyum mengembang. "Kalau mandi saja aku mau, tapi kalau mandi keringat aku tidak mau, Sayang. Kasihan Danda dia pasti menunggu kita di bawah, nanti saja," jawab Anne yang berjalan ke arah kamar mandi. Anne bukan menolak suaminya, tapi saat ini dia sudah mandi dan anaknya juga pasti menunggu mereka. Jika terlalu lama yang ada Danda akan mencarinya terlebih lagi dengan mertuanya. "Baby, ayo dunk. Udah tegang ini, lihatlah, kamu tidak kasihan. Masa aku harus main solo. Nggak enak, Baby," rengek Darren yang mengikuti ke Anne kemana saja. Anne menghel
Mendengar perkataan Raya, Mona atau Mustafa langsung melumat bibir Raya. Tidak peduli dengan jawaban dari Raya. Baginya sudah terlanjur gairahnya keluar jadi dia harus menuntaskannya. "Jangan menyalahkan aku jika nanti kamu kehilangan sesuatu dari dirimu, Baby," ucap Mustafa yang memperingati jika dia akan mengambil sesuatu dari Raya. Mustafa mengira jika Raya sudah tidak virgin lagi. Jadi, dia berkata seperti itu untuk membuat Raya mencegahnya tapi nyatanya Raya tidak melakukannya dia ikut dalam gairahnya alhasil keduanya melanjutkan tanpa lgi peduli apa yang terjadi nanti. "Euhmm, aku ingin lebih," racau Raya. "Aku akan memberikannya lebih padamu, Sayang. Tunggulah dulu," jawab Mustafa. Mustafa merobek pakaian Raya begitu saja dan membuangnya di sembarangan tempat. Mata Mustafa membola saat melihat lekuk tubuh Raya. Walaupun masih tertutup segitiga dan penghalang gunungnya tapi kemolekan tubuh Raya benar-benar menggoda. "Sangat cantik, tubuh yang aku sukai, ayo kita lakukan s