Home / Romansa / Kesalahan yang Tak Terhindarkan / Ch 5. Ekpektasi, awal dari semua kekecewaan

Share

Ch 5. Ekpektasi, awal dari semua kekecewaan

Author: Amethystia
last update Last Updated: 2021-08-26 00:22:03

‘Apa aku telpon saja yah Ana,’ pikir Rico. Sudah hampir 30 menit dari terakhir Rico mengirimkan pesan kepada Ana. Belum ada respon sedikitpun dari Ana. Hal itu membuat Rico sedikit gelisah.

Tepat disaat dia akan menelpon Ana tiba-tiba Hp nya berdering. Terlihat nomor yang sengaja tidak ia simpan menelpon nya.

“Halo Rico kamu sudah tidur?” ucap sang penelpon.

“Nisa, ada apa kamu telpon?” Rico masih sangat kesal dengan apa yang Nisa lakukan.

Menyadari suara Rico yang masih bergetar. Nisa pun bertanya pada Rico dengan nada yang memelas. “Kamu masih marah sama aku Ric?”

Helaan nafas panjang terdengar dari Rico. “Sa, aku kan udah bilang kalau kamu jangan hubungiku lagi sebelum aku yang menghubungi mu. Jadi berantakan gini kan sekarang.” 

“Maaf Ric, terus sekarang gimana? Ana masih ngambek?” Nisa gelagapan menjawab pertanyaan Rico.

Mendengar respon Nisa yang ketakutan. Membuat Rico sedikit terkekeh puas. “Iya kayaknya. Tapi paling bentaran doang sih dia ngambek kayak gitu biasalah!” Kini Rico terdengar lebih santai.

“Yaudah kita lupain bentar itu. Coba kamu alihin ke mode Video Call. Aku kangen pengen lihat kamu.” Pinta Nisa dengan nada yang menggoda.

Rico pun mengubah mode panggilan mereka ke dalam mode video call. Terlihat Nisa yang berpenampilan cantik dan seksi. Sangat seksi, membuat Rico melupakan masalahnya dengan Ana.

Melihat wajah Rico yang mulai bernafsu. Membuat Nisa berani menggoda Rico lebih lanjut. “Gimana Ric, baguskan baju baru ku. Dari tadi siang aku gak sabar lihatin ini sama kamu tau!” 

“Kamu memang tahu yang aku suka Nisa,” ucap Rico. Dia masih terpana dengan penampilan Nisa.

“AKu kan paling tahu cara menghibur kamu Ric.” Nisa sangat bangga dengan apa yang dia lakukan saat ini. “Udah jangan terlalu dipikirin. Kamu kan selalu bilang kalau Ana sangat gampang sekali maafin kamu.”

“Itu kita pikirkan nanti aja, sekarang aku sama kamu dulu Nis,” sela Rico. Dia terlihat tidak ingin membicarakan apapun yang berkaitan dengan Ana malam itu.

***

‘Kenapa aku menjadi gugup begini?’ pikir Ana ketika dia membaca pesan masuk dari Novan.

Ana ragu untuk membalasnya, namun dia merasa tidak enak bila tidak membalas pesannya. Terlebih Novan telah mengantarnya pulang tadi. Akhirnya dia pun membalas pesan tersebut. “Syukurlah kalau udah nyampe, aku baru mau tidur. Makasih ya Van udah nganter.” 

Tak lama kemudian Hp Ana kembali berbunyi. Novan menjawabnya dengan sangat cepat. “Sama-sama kak, sweet dream yah!” 

Ana terlihat senang dengan balasan yang Novan berikan. Tapi dia segera menggeleng-gelengkan kepala berusaha untuk menepiskan pikirannya tersebut.

“Iya, kamu juga Van sleep tight, sweet dream,” balas Ana. Setelah membalasnya Ana langsung beranjak tidur. Dia tidak ingin percakapannya dengan Novan menjadi lebih jauh lagi.

***

‘Apa aku keterlaluan lagi yah tulis gitu?’ pikir Novan tepat setelah dia menuliskan pesan selamat tidur pada Ana. Cukup Lama Ana tidak membalas pesannya itu membuat Novan sedikit cemas.

"Mungkin kak Ana udah tidur Novan. Udah jangan terlalu negatif thinking," ucap Novan pada dirinya sendiri.

Namun seketika ketakutannya berubah ketika Ana membalas pesannya dengan cukup manis. “Iya, kamu juga Van sleep tight, sweet dream.”

Novan berkali-kali mengucek matanya seakan tidak percaya dengan apa yang dia baca. Ana yang dari tadi sore terkesan cuek dan menghindarinya. Kini menuliskan pesan yang cukup manis untuknya.

Senyum Novan terkembang, dia membaca itu berulang-ulang. Seperti mendapat lampu hijau. Dia segera membalas kembali pesan Ana. “kalau kakak begini jangan salahin aku nanti yah,” tulis Novan. Kali ini dia yakin kalau Ana sudah tidur. Tak lama kemudian diapun ikut terlelap.

***

Di rumah Ana saat pagi adalah waktu yang paling ramai. Waktu dimana semua orang berkumpul untuk sarapan.

“Na, kemarin mama lihat kamu diantar teman mu. Siap itu Na?” tanya Mama kepada Ana.

Ana sedang mengoleskan selai keatas rotinya. “Itu temen sanggar ku mah. Emang baru gabung dia.”

“Loh, bukannya kemarin Rico yang jemput kamu? Kok pulang diantar temanmu?” Tanya papa Ana.

Ana mendecik pelan. Dia kemudian mencari-cari alasan yang tepat untuk papaya. “Rico ada urusan bentar kemarin. Dia pulang duluan jadi gak bisa antar Ana.” 

“Hati-hati sayang. Kamu sebentar lagi tunangan sama Rico. Jangan sampe malah jadi masalah nantinya.” Papa Ana khawatir. Beliau merasakan firasat yang tidak baik dari kejadian semalam.

“Iya pak, aku berangkat kerja dulu.” Ana pun beranjak untuk mencium tangan kedua orang tuanya sebelum berangkat kerja.

Ana meskipun dia adalah mahasiswi tingkat akhir. Dia sudah bekerja di perusahaan tempat dia magang dulu. Karena hal itu yang membuat dia hanya memiliki waktu seminggu satu kali untuk bersama Rico.

Kesibukan Ana pun kerap kali menjadi alasan untuk Rico berselingkuh. Ana selalu merasa bahwa setiap perbuatan Rico padanya adalah karena dia yang tidak mempunyai waktu luang untuk bersama Rico. Setidaknya itu adalah pikiran yang Ana terapkan untuk dirinya, supaya dia tidak terlalu kecewa dengan perlakuan Rico.

***

Waktu makan siang pun tiba, seharian ini sangat sibuk membuat Ana baru sempat membuka Hp miliknya. Pesan Novan menjadi pesan teratas yang dia lihat. “kalau kakak begini jangan salahin aku nanti yah.”

‘Aku emangnya udah ngelakuin apa?’ pikir Ana saat membaca pesan Novan tersebut. Kemudian Ana scroll kebawah terlihat pesan Rico yang dia abaikan dari semalam.

‘Astaga, kok bisa gw lupa balas pesan Rico’ pikirnya.

Kemudian dia segera membalas pesan Rico. “Semalam aku pulang dianter anak sanggar.” Saat akan melanjutkan makan siangnya.

Ditengah makan siannya, Ana kaget dengan Hp nya berdering. Terlihat Rico menelpon nya begitu dia membaca pesan dari Ana tadi.

“Na, kamu masih marah?” Terdengar suara Rico sedikit bergetar. Dia mengkhawatirkan Ana.

Ana yang masih kecewa. Dia menjawab pertanyaan rico dengan dingin. “Gak tau Rico, tolong kasih aku waktu sebentar saja."

“Berapa lama Na, biasanya kamu langsung maafin Aku kan?” Rico semakin cemas dengan perlakuan Ana.

“Ric, aku itu manusia. Perlu waktu buat nyembuhin luka aku dulu,” Terdengar sedikit kekesalan dalam jawaban Ana kali ini. Hal itu pun memancing amarah Rico.

“Kamu tahu kan aku lakuin itu karena kamu gak ada waktu buat aku Na.” Rico mulai menaikan suaranya. Dia pun melanjutkan ucapannya kembali. “Aku pasti akhirnya sama kamu kan Na. Kamu jangan khawatir akan hal itu.” 

“Sambung nanti ya Ric. Aku harus kerja lagi, bye.” Jawab Ana sambil menutup telponnya.

Lelah, itu adalah yang Ana rasakan saat ini. Rico selalu menyalahkan Ana setiap kali dia melakukan kesalahan. Ini kali pertama Ana merasa muak dan ingin mengakhiri semua yang terjadi.

***

Tut …. tuuut … tuuut…

Terdengar suara telpon diputus secara sepihak oleh Ana. Menyisakan Rico yang tercengang dengan perlakuan Ana yang baru pertama kali dia alami.

Semarah apapun Ana terhadapnya, dia tidak pernah berani untuk mengabaikan Rico. Apalagi sekarang, Ana jelas-jelas memutus telpon begitu saja.

‘Apa kemarin aku memang keterlaluan?’ pikir Rico. Tapi segera pemikiran tersebut dia tepis. Dia sangat yakin Ana akan kembali seperti semula bia mereka bertemu.

Rico pun berinisiatif untuk meluluhkan kembali hati Ana. Dia mengirimkan pesan ajakan kencan kepada Ana. “Pulangnya kita makan malam dulu ya Na.”  

“Aku lembur malam ini. Besok aja Ric” jawab Ana singkat.

Melihat balasan Ana membuat Rico sedikit lega. "Masih dibalas ternyata. Gw yakin dia bakal maafin gw lagi kayak dulu" gumam Rico pada dirinya sendiri. Dia merasa hanya perlu terlihat bersungguh-sungguh dan sedikit memanjakan Ana untuk bisa dimaafkan. 

Rico tidak pernah menyadari bahwa kini hati Ana mulai goyah terhadapnya.

Related chapters

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 6. Takdir, kemunculan dua pilihan

    "Lumayan rame juga ini mall, padahal bukan weekend," gumam Ana. Ini adalah kebiasaan Ana dikala dia sedang banyak pikiran. Berjalan sendirian di mall ketika selesai bekerja. Ana memfokuskan pandangannya. 'Kayaknya itu Novan deh,' pikir Ana. Dia terus melihat sosok dihadapannya. Sedikit berlari Ana menghampirinya. Ana pun terdiam ketika dia melihat seorang wanita menghampiri Novan. Mereka saling berpandangan. Ana pun segera memalingkan mukanya dan beranjak pergi. Sempat terpikir untuk Ana menyapanya, namun Novan terlihat tidak mengenalinya. Ana pun mengurungkan niatnya itu segera dan berjalan dengan sedikit lebih cepat. ‘Apa-apaan, bilang tawarannya berlaku lama. Tapi dia sudah jalan dengan wanita lain, ’ pikir Ana saat itu. “Kak Ana tunggu!” Dengan nafas yang terengah-engah Novan berlari mengejar Ana. Ana menghentikan langkahnya. Kemudian dia berbalik, memandang Novan dengan penuh tanya. “Kamu kenapa lari-lari, Van?”

    Last Updated : 2021-08-26
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 7. Janji, selalu bisa diingkari

    Matahari mulai menyingsing, Ana mulai menggeliatkan tubuhnya pelan dan mencoba untuk menyempurnakan kesadarannya. Dia sengaja bangun lebih pagi. Bersiap lebih lama, memakai baju yang rapi dan mencatok rambutnya sebelum berangkat kerja. Dia sangat antusias dengan pertemuannya dengan Rico sore ini. Saat sedang memanaskan motornya ada sebuah pesan masuk dari Rico yang berisi, “Na, jangan bawa motor yah nanti aku jemput kamu.” Membaca pesan dari Rico, membuat Ana senang. Senyum terkembang kecil dibibirnya. Setelah membalas pesan Rico, hp nya kembali berbunyi. Kini ada pesan masuk lagi, namun ternyata itu dari Novan. “Pagi kak, semalam pulang dengan selamatkan?” Tanpa sadar Ana pun tersenyum membaca pesan singkat dari Novan tersebut. “Pagi juga Novan, makasih aku semalam sampai dengan selamat.” Tak lama setelah membalas, Novan pun kembali mengiriminya pesan, “syukurlah, semangat untuk hari ini ya kak.” Setela

    Last Updated : 2021-08-28
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 8. Hanya untuk sesaat, semua terasa nyata

    Ditengah derasnya hujan, Ana memasuki mobil Novan. ‘Apa dia selalu secantik ini?’ batin Novan. Dia tidak menyesali tindakannya menerjang deras hujan, demi menjemput Ana. Melihat Ana duduk disampinya, sangat dekat berdua. Membuat Novan sekuat tenaga mengendalikan dirinya. Dia takut akan bersikap diluar batas kembali kepada Ana. Pada akhirnya Novan tidak tahan untuk mencubit pipi Ana karena gemas. “Van pipi ku sakit tau.” Ana menggembungkan pipinya lucu. “Abisnya, kak Ana gemesin banget malam ini.” dia tidak hentinya tersenyum. Dibenak Novan semua tingkah Ana sangat menarik. Entah kenapa malam itu pun Ana menjadi sedikit lebih santai padanya. Biasanya dia selalu menghindari sentuhan Novan. Kali ini dia tidak terlihat menolaknya sama sekali. Melihat reaksi Ana yang cukup baik, membuat Novan lebih lega. Dia pun kini mengelus rambut Ana pelan. Namun sayang sekali keintiman mereka harus terganggu oleh pelayan yang menawarkan menu.

    Last Updated : 2021-08-29
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 9. Malam yang sama, penyesalan dan pengkhianatan

    Hal pertama yang Rico lihat saat keluar kamar mandi adalah pemandangan seorang wanita yang masih ditutupi selimut hangatnya. Setelah menemukan Ana tidak ada dikantornya kemarin malam. Rico kembali menghabiskan malamnya dengan wanitanya tadi siang. Dia mendekat dan mengelus pelan kepala wanitanya itu, “Aku pulang dulu yah. Siang ini aku ada janji dengan yang lain,” ucap Rico setengah berbisik. Wanita tersebut hanya mengangguk pelan yang disusul dengan Rico yang keluar dari kamar kosan temannya tersebut. Alasan sebenarnya dia menolak bertemu dengan Ana hari ini, karena dari kemarin dia memang belum pulang. Saat dia hendak menaikin motornya, “Rico, kamu kemana aja dua hari ini?” Terlihat pesan masuk di Hp nya. Dia pun membalas singkat pesan tersebut. “Sorry Nis, aku sibuk 2 hari kemarin. Ada apa?” “Aku kangen tau, kamu gak ada kabar dua hari ini,” balas Nisa. Rico mendecik pelan. Dia sangat tidak menyukak ketika

    Last Updated : 2021-08-29
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 10. Selamat datang, Novan

    Bunyi alarm di Hp Ana pagi itu sudah mulai berdering. "Sial gue belum tidur dari semalam!" Rutuk Ana pada dirinya sendiri. Dia hanya menangis semalaman dibalik selimut tebalnya. Dengan langkah gontai Ana menuju kamar mandi. Dia berfikir lebih baik melupakan masalahnya dengan Rico terlebih dahulu dan fokus terhadap projeknya kali ini. Setelah selesai mandi, dia bergegas melihat Hp nya. Belum ada satu pun pesan dari Rico membuatnya menjadi lebih sakit. Dengan sisa tenaganya dia mulai memakai baju dan bersiap-siap untuk pergi ke taman kota. Kali ini Ana pergi dengan ojek online, karena merasa bahwa dia tidak akan bisa mengendarai motornya dengan baik. Tak berbeda jauh dengan Ana, Novan yang baru terlelap setelah lewat tengah malam. Bangun dengan sedikit lemas dan lebih murung. "Gue harus minta maaf kali ini sama Ana." Dia sudah sangat membulatkan tekadnya untuk mengakhiri permainannya. Dia merasa tidak enak bila terus membuat Ana menjadi tidak nyaman. Dilain tempat terlihat Rico ya

    Last Updated : 2021-08-29
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 11. Memudar, rasa yang tersamarkan

    “Ahhh,Novan.” Rintih Ana. “Sakit kah?” Dia mengakhiri ciumannya dan mengusap pelan bibir Ana. Ana kini menelungkupkan mukanya di dada Novan.“Kamu, nakal ternyata.” “Makasih yah kak." Novan mulai mengelus kepala Ana. Dia memberikan sebuah ciuman lembut dipucuk kepala Ana. “Iya, aku pun merasa senang. ” Ana kembali memeluk erat tubuh Novan. Kini Ana mendorong sedikit tubuh Novan, dia mendongkakan kepalanya keatas. Dilihatnya wajah Novan yang kini mulai menatapnya. Novan menunduk. Menatap Ana dengan heran. “Kenapa kak?” “Gapapa, aku cuman seneng aja. Ternyata ini rasanya jujur dengan diriku sendiri.” Tergambar sebuah senyum manis dimuka Ana. Novan kembali mendekapnya. “Kak, mau kemana habis ini? Kita harus merayakan hari ini?” Dia sedikit menggoyangkan tubuh mungil Ana. “Mau makan dulu aja? Mumpung masih belum jam tujuh malem,” jawab Ana. Alih-alih melepaskan pelukannya. Novan malah semaki

    Last Updated : 2021-09-01
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 12. Maaf, tapi semuanya terlambat

    Setelah pulang ke rumahnya, kini raut wajah Rico berubah panik. Terlebih ketika dia mendengar bahwa papanya secara tidak sengaja mengungkapkan kebohongannya terhadap Ana. Didalam kamarnya Rico beberapa kali terlihat mengirim pesan singkat terhadap Ana. “Na, aku bisa jelaskan.” Belum semenit dia menulis pesan kembali, “besok kita ketemu ya sayang.” Tetap tidak ada balasan dari Ana. Rico pun memutuskan untuk menelpon Ana. Saat itu Ana sedang berada dipanggilan lain. ‘Apa Ana menolak panggilanku?’ Selang sepuluh menit dia pun kembali menelpon Ana. Kali ini bahkan tidak ada jawaban sama sekali. Rico hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. Rasanya ingin sekali dia menelpon orang tua Ana. Namun segera diurungkan niatan tersebut. ‘Gimana kalau nanti papanya Ana malah balik tanya sama gue?’ batinnya. Sementara itu Ana kini telah berada didepan rumahnya. Sebelum turun, dia memberikan se

    Last Updated : 2021-09-02
  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 13. Kecemburuan, awal petaka

    Dari semenjak bangun tidur, wajah Novan nampak sangat ceria. Siang ini adalah waktu dia akan jalan dengan Ana untuk pertama kalinya. Sejak malam kemarin ketika akan mengajak Ana, dia sebenarnya ragu. Takut bila Ana akan menolak lagi untuk jalan bersamanya. Namun kali ini berbeda, dengan senang hati Ana menerima tawarannya. Setiap hari sabtu Ana hanya kerja sampai jam satu siang saja. Maka dari itu, mereka bisa berencana untuk jalan bersama. “Kak, nanti aku jemput kakak yah!”Tulis Novan. Tak berapa lama, balasan dari Ana diterimanya. “Oke, tapi nanti kamu jangan keluar mobil yah. Aku takut ada yang lihat salah paham.” Perasaan tidak nyaman muncul ketika melihat balasan Ana. Dia sebenarnya paham betul dengan konsekuensi hubungan mereka. Hanya saja entah kenapa hatinya masih belum terbiasa dengan itu. “Siap bu bos.” Dia pun mencoba menepis perasaannya dan kembali mempersiapkan keberangkatannya.

    Last Updated : 2021-09-04

Latest chapter

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 33. Aku yakin, kamu masih milikku

    “Sudah tenang?” Novan segera menyambut Ana yang baru masuk ke dalam mobil.Ana mengangguk pelan, “keluar bentar yuk, biar lebih enak ngobrolnya.”Mereka pun duduk berdua dibawah pohon yang rindang.Ana menarik nafas panjang, “Novan, I love you. Really loving you. Tapi kita harus sadar, kadang tidak semua yang kita inginkan bisa kita dapatkan.” Ana mulai meraih tangan Novan, “maafkan aku terlalu pengecut untuk memilih bersama kamu. Aku pun sadar kita sangat berbeda baik dari keluarga dan lainnya, hal itu akan menyusahkan kamu kedepannya.”Novan menggenggam tangan Ana dengan kuat. “Me too, Ana. Aku dari awal menyerahkan semua pilihan padamu. Maafkan aku telah menempatkan kamu ke dalam situasi yang rumit ini.” Omongan Novan sedikit tertahan, “andai, maksudku aku berharap kamu selalu mendapat yang terbaik.”Dengan cepat Ana menggelengkan kepalanya, “tidak Novan, aku bisa memilih untuk menolakmu dari awal. Tapi aku tetap bersama mu pada akhirnya. Terimakasih telah memberikan ku kepercayaan

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 32. Penyesalan

    “Aaaargh gila lu Rico, gue belum mau mati!” Vania memegang seat beltnya erat-erat.Rico tetap tidak memperhatikan sepupunya tersebut. Kini dia hanya ingin melampiaskan emosinya dengan melaju mobilnya secepat mungkin.“Anj*ng Rico! Lu kalau mau mati jangan ajak-ajak gue tolong!” kali ini dia mengerahkan sekuat tenaganya untuk berteriak dan berhasil menyadarkan Rico.‘Kriieeeeet….’ Rico menginjak rem mobilnya mendadak membuat bunyi deritan yang cukup panjang.“Sumpah yah lu gak ada otak!” Vania terus saja berteriak, meluapkan kekesalannya.“Sorry gue gak sadar Van,” dengan gelagapan Rico menjawab.Vania menarik nafas dalam, mencoba mengatur emosinya. “Okee.. Sekarang lu tenang dulu, abis itu baru cerita sama gue yah.”Rico mengangguk lemas, dia sudah sangat kalut dan tenggelam dalam pikirannya. Tak terasa air matanya mengalir.“Gila gue nangis cuman gara diselingkuhi si Ana. Bangsat emang tu cewek!” Rico memukul dasboard depan mobilnya.Vania mengelus punggung Rico pelan. Mencoba menena

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 31. Awal kepedihan

    Kembali ke masa SMA di tahun dua ribu lima belas. Rico tengah berjalan santai menuju ruang OSIS untuk menemui Ana sore itu. “Astaga dia bisa tertidur dengan pulas ditempat seperti ini.” Rico bergumam pelan. Dia tersenyum melihat Ana, pacarnya yang merupakan kakak kelas sekaligus ketua Osis disekolahnya. “Teledor banget sampai gak nyadar ada orang yang membuka pintu,” dengan pelan dan hati-hati Rico mendekati Ana. Dia terus menatap Ana penuh kasih. ‘Memang cantik banget cewekku ini!’ batinnya. Kini tangan usilnya tengah memainkan ujung rambut Ana pelan. Membuat kening Ana mulai berkerut dan membuka matanya perlahan. “Aaaaawww..” rintih Rico saat dengan cepat Ana malah memelintir tangannya. “Rico!” Ana lekas melepaskan tangannya begitu menyadari pria yang dihadapannya adalah kekasihnya. “Maaf, habisnya kamu mengagetkan aku sih salah siapa coba!” dengan kesal Ana menggembungkan pipinya. Melihat Ana yang begitu lucu, Rico pun tidak tega untuk memarahi Ana. “Kamu yang budeg sayang, a

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 30. Akhir dari semua

    Di lain tempat Nisa tengah sibuk mempersiapkan kepergiannya menemui Rico. Dia bersemangat sekali untuk bertemu dengan lelaki pujaannya itu. ‘Sayang aku kesana yah minggu depan!’ tulis Nisa dalam pesan singkatnya. Namun pesan tersebut ternyata bertanda ceklis satu. “Apa dia lagi sibuk yah?” pikir Nisa dalam hatinya. Namun dia segera menepiskan kecurigaannya tersebut dan lebih memilih untuk fokus terhadap barang yang akan dia bawa nanti. ***”Kak, kita makan disini aja yuk!” Novan mengelus pundak Ana pelan. Ana pun duduk mengikuti permintaan Novan. “Kakak mau pesen apa? Aku yang traktir deh kali ini!” “Terserah kamu aja Van,” jawab Ana lemas. Ana terus tertunduk lesu. Pikirannya sedang kacau saat ini. Kenapa dengan mudahnya dia percaya ucapan lelaki dihadapannya saat ini. “Kak… kak Ana!”, panggilan lembut Novan tidak dapat menyadarkan Ana dari pikirannya. Seketika Novan menangkup kedua pipi Ana, membuat Ana sedikit tersentak dan tersadar dari lamunannya. “Ah Van, maaf aku sedang me

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 29. Sepasang mata yang Cemburu

    “Habis ini kita langsung pulang yah Ric, aku udah capek.” Ana berdiri dan membereskan barang bawaannya. Rico memberikan buket bunga yang tertinggal pada Ana. “Iya aku antar kamu pulang langsung, yuk!” “Makasih yah.” Ana langsung pergi begitu menerima buket dari Rico. Saat didalam mobil terjadi keheningan diantara mereka berdua. Tidak ada satupun yang memulai percakapan. Mereka terlarut dalam pikiran masing-masing. “Ana, sebenarnya ada hubungan apa kamu dengan Novan?” Seperti tersambar petir, pertanyaan Rico tersebut membuat Ana tidak bisa berkutik. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Terlihat sedang mencari alasan yang terbaik untuk menjawab pertanyaan Rico. “Hmmm.. Aku tidak ada hubungan apapun dengan Novan. Kenapa kamu nanya kayak gitu?” Rico tahu dengan pasti gelagat Ana ketika berbohong. Penyangkalan Ana semakin membuatnya penasaran. Ini pertama kali Ana melakukan hal seperti itu padanya. “Kamu yakin? Aku merasa kalian memiliki sesu

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 28. Jalan Keluar?

    “Nia, kamu kenal sama Novan?” tanya Rico. Dia mulai curiga dengan kecanggungan yang terjadi diantara mereka berdua. Rico terus memperhatikan Ana dengan sangat lekat. Dia melihat wajah Ana semakin memucat. Vania segera melepas gandengan tangannya dari Rico. Dia mulai mendekati Novan dan merangkulnya. “Iya kak, ini yang tadi sempet aku ceritain pas mau kesini. Beberapa minggu ini aku lagi deket sama dia. Seneng deh ternyata kalian semua udah saling kenal, jadi aku tidak perlu memperkenalkannya lagi.” Ana hanya bisa memandang mereka dengan tatapan sendu. Dia terus berusaha untuk tersenyum dan menyembunyika perasaan yang sesungguhnya. “Kakak dukung kok Nia hubungan kamu sama Novan. Dia ini anak yang baik pasti bakal jagain kamu dengan baik.” Rico mulai menerka-nerka situasi yang terjadi. Dia langsung memamerkan kemesraan didepan Novan. Rico mulai merangkul pinggang Ana dan mencium pucuk kepalanya sekilas. “Makasih yah, kalian udah datang ke wisuda Ana. Habis ini

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 27. Hadiah tak terduga

    Waktu berlalu begitu saja. Sudah dua minggu sejak Novan mulai berusaha membuka hatinya untuk wanita lain. Ada keraguan dan rasa bersalah didalam hatinya. “Van, lusa aku wisuda. Kamu datang kan?” sebuah pesan masuk dari Ana, sukses membuyarkan lamunannya. Dia menghela nafas dalam. “Kak Ana,” lirihnya. Pikiran Novan sangat kalut. “Gimana ini. Fitri bilang aku harus jaga jarak sama Ana. Tapi, aku kangen dia,” gerutu Novan. Berkali-kali dia menghapus balasannya. “Aku usahain ya kak!” balas Novan singkat. Dia tidak tega untuk menolak Ana. Hatinya tetap luluh pada akhirnya. Tak berapa lama, Ana membalas pesan Novan. “Makasih yah, aku tunggu.”\ Novan mengusap mukanya dengan berat. “Kenapa aku gak bisa lepas dari dia?” dia bertanya pada dirinya sendiri. Ditengah keputusasaannya, Hp Novan berdering. “Halo Van?” terdengar suara wanita yang sudah seminggu terakhir ini menemaninya setiap hari. “Vania, tum

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 26. Hati yang goyah

    “Rico, apakah aku memiliki pilihan lain selain menerima permintaan maafmu?” Mata Ana kini mengintimidasinya. Rico tidak dapat berkutik. Bibirnya seakan terkunci. Dia tidak menyangka permintaan maafnya, dibalas dengan begitu sinis oleh Ana. Rico menggigit bibir bawahnya. “Kalau itu mau mu. Apa yang bisa aku lakukan?” Rico tersenyum tipis. Hatinya begitu terluka dengan perlakuan Ana. “Banyak Rico. Kamu bisa lakuin banyak hal. Kamu bisa tunjukin kesungguhan kamu. Atau kamu bisa diam. Atau kamu bisa lari dan mengaggap semua tak pernah terjadi. Persis seperti yang selalu kamu lakukan padaku!” Emosi Ana kian meningkat. Dia masih berusaha tersenyum disetiap kata yang diucapkan. Matanya benar-benar menatap Rico tajam. Tidak ada jawaban sedikitpun. Rico menelan ludahnya. Dia tidak bisa menyangkal satupun ucapan Ana. “Maaf.” Rico menundukan kepalanya. Dia benar-benar tidak tahu harus berbuat apa. “Aku bosan Rico. Kata itu gak pernah punya arti dihubungan kita.

  • Kesalahan yang Tak Terhindarkan   Ch 25. Semua berjalan dengan seharusnya

    “Halo Van. Sorry kayaknya aku besok gak bisa pergi bersama kamu.” ucap Ana dengan lirih. Novan kecewa dengan pernyataan Ana tersebut. Dia terdiam sejenak, mengatur emosinya. “Gitu yah. Kalau boleh tau kenapa kak?” Ana menggenggam telponnya lebih keras. “Rico tadi sore kecelakaan. Aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja. Maaf ya Van.” Dia menggigit bibir bawahnya. Mengontrol perasaannya yang kini tak menentu. Sorot mata Novan kini berubah sendu. Dengan lirih dia berkata, “Aku mengerti kok kak. Sekarang kakak fokus sama Rico dulu aja yah.” “Terimakasih ya Van.” ucap Ana mengakhiri percakapan. Tepat setelah telpon ditutup. Ana mulai memeluk selimut yang sedari tadi dia pakai. Ada perasaan menyesal didalam dirinya. Dia teringat ucapan Izal. Bahwa semua ini tidak perlu terjadi. Bersama Novan adalah bukan jawaban yang tepat. Ana pun mulai membenamkan dirinya di bantal. Berharap bahwa dia akan segera tertidur. *** Muka Novan menger

DMCA.com Protection Status