Reni tidak kalah ketakutan dan terjatuh ke lantai. Wajahnya juga berubah menjadi pucat. Mereka semua masih pelajar. Meskipun mereka agak sombong dan mendominasi, mana mereka bisa melihat adegan kekerasan seperti itu? Sekarang mereka sudah sangat ketakutan setengah mati setelah menyaksikan kedua kaki David dipatahkan hingga pingsan. Mereka menangis, dan seluruh tubuh mereka gemetar.Pengawal itu berjalan ke arah Ellena dan membungkukkan badan dengan sikap yang sangat hormat, lalu bertanya, "Nona Ellena, apa mereka berdua ini teman sekelas Nona? Nona Ellena ingin kami melakukan apa terhadap mereka berdua?""Ellena, kami salah. Tolong maafkan kami.""Ellena, karena kita tinggal di asrama yang sama, semoga kamu bisa memaafkan kami kali ini."Vira dan Reni gemetar hebat karena takut membayangkan kaki mereka akan dipatahkan. Mereka berdua memohon belas kasihan pada Ellena dan terus menangis hingga air mata dan ingus mereka bercucuran. Saat ini mereka berdua tampak begitu malu dan tertekan.
Ellena membeku. "Aku..." Dia membuka mulutnya. Tapi sebelum dia bisa mengatakan apa-apa, dia melihat mata pria itu menjadi dua kali lipat lebih dingin.Hanzero meraih salah satu tangan Ellena dan meneliti. "Tanganmu terluka?" tanyanya dengan dingin. Wajah tampannya seakan langsung tertutup lapisan es. Kemudian dia berbicara lagi dengan suara dingin yang membuat orang-orang bergidik, "Siapa yang menyebabkan luka ini di tanganmu?"Aura pria ini sangat kuat. Pertanyaan dengan nada marah itu membuat semua orang yang melihatnya langsung merasa takut.Bahkan, gadis-gadis yang tadi begitu girang seperti kesetanan kini mendadak ketakutan karena hawa dingin yang pria itu pancarkan. Mereka tidak berani berbicara lagi.Tak hanya mereka, Ellena juga sedikit takut jadinya. Dia menggigit bibirnya dan terdiam beberapa detik, lalu menjawab dengan lemah, "Aku baik-baik saja. Ini hanya luka ringan."Hanzero mengencangkan bibirnya dan memelototi Ellena. Dia mengulurkan tangannya dan merentangkan lengann
Dasar wanita jalang! Semua pria di dunia ini tertarik padanya! Kenapa perempuan jalang tak tahu malu itu tidak mati saja?! Vira berpikir lagi.Saat Vira menatap Ellena dengan tatapan penuh cemburu dan kekejaman, tatapan dingin Hanzero diarahkan padanya. Vira tiba-tiba merasa kedinginan. Ketakutan muncul di hatinya yang tidak bisa dikendalikan.Dia merasa seakan sedang ditatap oleh Dewa Kematian hingga tanpa sadar tubuhnya gemetar. Ketika dia mengangkat kepalanya, matanya bertemu dengan sepasang mata tajam seperti tombak. Seluruh tubuhnya seketika bergidik seakan dikelilingi oleh hawa dingin, dan tubuhnya gemetar lebih parah. Kedua kakinya menjadi lemas di depan pria yang mulia dan kuat seperti seorang kaisar. Bahkan, dia hampir jatuh berlutut ke lantai.Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan hanya menatap Vira selama beberapa detik, kemudian menoleh. Namun, beberapa detik ini membuat Vira merasa seakan dia baru saja melewati gerbang hantu. Keringat dingin mulai mengalir di dahi Vira
Hanzero mengulurkan tangannya dan membelai wajah Ellena, dia seolah-olah seperti sedang berbicara pada dirinya sendiri. Kemudian, pria itu berbisik, "Bagaimana bisa kamu kebetulan tumbuh seperti yang aku suka? Apa itu takdir? Kamu akan menjadi istriku satu-satunya dan untuk selama-lamanya."Setelah Ellena mendengar perkataan jujur Hanzero, daun telinganya yang putih dan lembut mulai ikut memerah. Pría ini...Hanzero berada di depannya dan tidak merahasiakan kesukaannya padanya. Apa yang ada di dalam hatinya, semuanya diutarakan di depan Ellena.Di titik ini, Hanzero sangat jauh berbeda dari Reno yang selalu lembut dan bermoral di depannya. Reno tidak pernah mengatakan apa pun yang membuat Ellena malu, apalagi memeluk dan menciumnya di setiap ada kesempatan. Tapi anehnya, meskipun begitu Ellena tidak merasa benci atau marah pada Hanzero yang melakukan hal seperti ini padanya.Ketika Hanzero memeluk dan menciumnya, dia tidak akan merasa jijik atau menolaknya. Tapi, dia akan sangat gugup
Hanzero menyentuh rambut lembut gadis di pelukannya dan mendengus, "Kenapa? Apa terlalu banyak bekerja tadi malam?"Romi terdiam sebelum menjawab dengan kesal, "Bukan hanya banyak, tapi begitu keras! Aku baru saja keluar dari ruang operasi, oke? Bagaimana perasaanmu kalau kamu yang harus melakukan 40 jam operasi! Aku sangat lelah sekarang. Sungguh. Tolong jangan ganggu aku dulu ya?”Hanzero sama sekali tidak merasa iba di hatinya sama sekali saat mendengarkan keluhan teman baiknya."Mau kamu lelah atau apa, kamu harus tetap menyisihkan satu jam untukku. Aku akan membawa Ellena ke rumah sakit dan tiba di sana paling lama dalam sepuluh menit. Istriku terluka, jadi kamu harus memeriksanya.”Ellena hanya bisa bersandar di pelukan Hanzero dan terdiam. Padahal, dia ingin berkata, Goresan itu tidak bisa disebut luka, ya..!"Ellena?" Romi tiba-tiba mendengar Hanzero menyebut nama seorang gadis dengan sebutan istri, tapi dia tidak bereaksi untuk beberapa saat. Setelah beberapa detik, barulah d
Elvaro berbalik menghadap Resta, ekspresinya serius. “Tidak, aku nggak bisa tenang sebelum memastikan kamu diperiksa dengan benar. Aku nggak peduli seberapa kecil lukanya. Kamu istriku, dan aku akan memastikan kamu dirawat dengan baik.”Romi menggelengkan kepala, antara kesal dan geli. “Baiklah, baiklah, kalau begitu, aku akan periksa ‘luka serius’ ini. Ayo, Resta, tunjukkan memarnya.”Resta mengangkat kepalanya perlahan dan memandang Romi dengan canggung. “Uhm… ini hanya goresan kecil di lengan dan kaki, Dok. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan.”Romi menepuk dahinya, lalu menatap Elvaro dengan wajah penuh ejekan. “Jadi hanya ini? Serius, Elvaro? Apa kamu mengira dia sedang sekarat?”“Diam dan lakukan tugasmu,” jawab Elvaro dengan dingin.Romi mendekat, memeriksa memar kecil di lengan Resta. Dia mengambil kotak kecil dari meja dan mengeluarkan kapas serta antiseptik. “Resta, ini hanya goresan ringan. Aku akan bersihkan dan beri salep. Tapi setelah ini, aku sarankan kamu pulang dan ist
Romi langsung berpikir bahwa hidupnya begitu penting dan dia masih ingin hidup lebih lama, dia pun bergegas bangkit dan melesat ke arah pintu, "Karena tidak ada masalah lain di sini, aku pergi dulu ya... Lain kali kita bisa pergi makan bersama-sama.Ha ha ha…”Romi mengabaikan rasa lelahnya dan kakinya bergerak cepat seakan baru saja diolesi minyak. Orang itu langsung bergegas keluar dalam sekejap mata.Setelah Romi pergi, hanya tersisa Ellena dan Hanzero di dalam kantor kepala rumah sakit. Hanzero terus membersihkan luka Ellena dengan desinfektan. Kali ini gerakannya jauh lebih lembut dari sebelumnya.Setelah Hanzero menyeka semua area yang terluka, dia menyemprotkan obat. Ketika dia hendak menyeka luka di kaki Ellena, dia berjongkok dan mengangkat betis Ellena dengan lembut. Nafas hangatnya menerpa kaki Ellena dari waktu ke waktu. Terasa sedikit basah dan agak gatal.Ellena menunduk untuk melihat ke bawah, memperhatikan Hanzero yang mengoleskan obat padanya dengan serius. Detak jant
"Aku..." Reno menatap Salma dengan ragu-ragu. Kemudian dia menjawab dengan jujur, "Salma, teman sekamar Ellena baru saja mengirimiku pesan dan mengatakan kalau Ellena dalam masalah. Gadis itu memintaku untuk segera pergi ke asrama. Dia tampaknya sangat cemas. Aku khawatir Ellena terluka."Ekspresi Salma tiba-tiba berubah ketika dia mendengar Reno menyampaikan sesuatu yang berhubungan dengan Ellena. Matanya juga langsung tenggelam. Tetapi, ketika dia menatap Reno, tatapan matanya menjadi khawatir dan dia bertanya dengan cemas, "Ada apa dengan kakakku?""Aku juga tidak tahu," jawab Reno sambil mengerutkan kening, "Tapi, jika itu bukan masalah yang gawat, Yunita tidak akan menghubungiku untuk meminta bantuan. Jadi...""Aku mengerti maksudmu." Salma menepuk punggung Reno dengan tenang dan berkata dengan simpati, "Jika kakakku benar-benar dalam masalah, tentu saja kita harus membantunya. Tapi, sebelum itu, aku rasa kita harus memahami dulu apa yang terjadi sebelum mengambil keputusan. Baga
Ellena yang melihat itu tidak mungkin diam saja. Meskipun dia sangat sungkan dan canggung, tapi dia tetap bergerak mendekati dan menopang kedua bahu Nyonya besar.“Ibu kenapa? Apa kaki ibu sakit?” tanya Ellena dengan lembut.Nyonya besar mendongak menatap wajah Ellena sebentar kemudian menggelengkan kepalanya, “Tidak, tidak apa-apa. Pergilah ke kamarmu saja. Aku juga harus pergi ke kamarku.”Nyonya besar langsung bergerak untuk pergi, tapi lagi-lagi dia mengeluh dan merasakan sakit di lututnya.“Ibu, biar aku membantumu ke kamar dulu. Sepertinya kaki Ibu ngilu karena cuaca dingin ini.”Nyonya besar membeku. Dia sebenarnya sangat ingin melepaskan kedua tangan Ellena yang masih memegangi kedua pundaknya. Tapi entah kenapa hatinya tidak sanggup untuk melakukan hal itu. Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya dia mengangguk dengan pelan.Ellena mengantar Nyonya besar sampai ke kamarnya. Dia membantu Ibu Hanzero itu naik ke atas tempat tidur.“Ibu, aku akan membantu mengoleskan minyak telo
Jujur saja, Kimmy merasa sedih melihat gadis yang selama ini selalu dicintainya itu menderita seperti ini. Tapi dia juga tidak bisa berbuat banyak. Orang yang dicintai Intan sudah memilih wanita lain. Jika dipikir-pikir, tidak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini. Hanzero sudah menemukan cintanya. Sejak dulu mereka bersama-sama, semua orang juga tahu jika Hanzero memang tidak pernah menaruh ketertarikan pada Intan. Bukan Kimmy tidak pernah memberitahu Intan, tetapi gadis ini memang sangat keras kepala. Dia selalu yakin jika suatu saat Hanzero akan menaruh hati padanya.Beberapa saat kemudian, Intan terlihat membuka matanya.“Intan, bagaimana? Apa kamu merasa sangat tidak nyaman? Aku akan memanggil dokter untuk kemari agar memeriksamu,” kata Kimmy.Kimmy sudah akan berdiri untuk mengambil ponselnya, tetapi Intan langsung menahan pergelangan tangannya. “Tidak perlu, Kim. Aku baik-baik saja.”Kimmy mengerutkan alisnya. “Baik-baik saja bagaimana? Kamu demam.”“Beri saja aku obat, ini ha
Hanzero keluar dari ruang ganti setelah mengganti pakaiannya, tetapi dia tidak melihat Ellena. Dia pergi ke kamar mandi dan melihat-lihat, tetapi tetap tidak ada orang yang terlihat. Tidak hanya orangnya yang menghilang, ponselnya juga menghilang.Hanzero berpikir sejenak, mengeluarkan ponselnya, dan mengirimkan pesan teks.| Hanzero: Di mana?Tidak ingin melihatnya berganti pakaian, jadi dia takut dan bersembunyi.Ellena segera membalas. Hanzero mengaitkan bibirnya dan segera menjawab.| Ellena: Aku pergi menemui Kelvin. Sekarang masih pagi, kita keluar agak terlambat sedikit saja.| Hanzero: Baiklah, jangan terburu-buru. Bicaralah baik-baik dengannya. Hubungi aku kapan pun kalau kamu membutuhkan bantuanku.Ternyata Ellena pergi untuk menemui Kelvin. Setelah membalas pesan teks itu, Hanzero berjalan keluar dari kamar tidur dan memanggil Ryan.Ryan menyilangkan kedua tangan, berdiri di depan Hanzero dengan hormat, dan bertanya, "Tuan, apa Anda punya perintah?"Hanzero terdiam selama b
"Tidak masalah. Hanya saja, suasana hati Kelvin sedang buruk. Apa dia akan bersedia pergi keluar dengan kita? Aku masih tidak tahu bagaimana keadaannya sekarang.""Karena suasana hatinya sedang buruk, dia harus jalan-jalan keluar."Setelah memasuki ruang ganti, Hanzero menggendong Ellena dan dengan lembut meletakkannya di satu sofa di samping. Lalu, dia berbalik dan berjalan ke lemari. Dia mengeluarkan satu set kemeja dan celana panjang dari dalam lemari.Ellena mengangkat kepalanya dan melihat bahwa kemeja dan celana panjang di tangan Hanzero sama-sama berwarna hitam. Dia tidak dapat menahan diri dan berceletuk, "Apa semua pakaian dan celana di dalam lemari berwarna hitam? Dan tidak ada warna lain?"Hanzero sangat suka memakai kemeja hitam dan celana panjang hitam. Ellena melihat sekilas ke dalam lemarinya sekarang dan sebagian besar yang dilihatnya adalah pakaian berwarna hitam.Meskipun Ellena juga berpikir bahwa Hanzero terlihat bagus dengan kemeja hitam dan celana panjang hitam k
Hanzero hanya ingin mempermainkan Ellena dengan kurang ajar seperti bajingan.Ellena tidak bisa berkata-kata.Tangan Ellena sangat sakit sekarang. Bahkan, rasanya sangat sakit meskipun dia hanya menggerakkan jari-jarinya saja. Saat Ellena melihat pelakunya berada di depan matanya, dia bangkit dengan sangat berani dan berkata dengan suara yang kejam, "Hanzero, kamu tidak tahu malu.""Ya, aku tidak tahu malu," Hanzero mengangguk, menunjukkan bahwa dia setuju.Di depan istri sendiri, wajah seperti apa yang Hanzero ingin tampilkan? Jika dia peduli dengan reputasinya di depan Ellena, apakah dia masih bisa menikmati kenikmatan seperti barusan? Menurut Hanzero, memikirkan reputasi dan hal semacam ini harus membedakan orang. Sedangkan, jika dia merasa malu dengan istri sendiri, itu adalah sebuah sikap yang bodoh.Ellena tidak bisa berkata-kata.Setelah Hanzero dengan senang hati mengakui bahwa dia adalah seorang bajingan dan tidak tahu malu, Ellena menyadari bahwa sepertinya tidak ada cara la
Seluruh tubuh Ellena menjadi lunak di lengan Hanzero dan seluruh tubuhnya seperti mati rasa. Da merasa hampir tersentuh. Kemampu berciuman Hanzero yang luar biasa membuat Ellena sangat pusing dan dia bertanya dengan terengah-engah, "Ha... Hadiah apa?"Ketika Ellena tidur tadi dia mengulurkan tangannya untuk menarik piyamanya karena - kepanasan. Beberapa kancing piyamanya terlepas, tetapi ia sendiri tidak menyadarinya.Saat ini, Ellena sedang berbaring di pelukan Hanzero. Begitu Hanzero menundukkan kepalanya, pria itu langsung bisa melihat kulit putih yang menyilaukan di dadanya. Ini benar-benar seperti giok yang menyilaukan, namun empuk saat dipegang. Pemandangan ini membuatnya tidak bisa melepaskan matanyaMata Hanzero menggelap dan memanas. la meraih salah satu tangan kecil Ellena, membawanya ke suatu tempat, dan berkata dengan suara serak, "Aku sudah menahannya sepanjang hari dan rasanya sangat tidak nyaman. Sayang, bisakah kamu membantu suamimu menyelesaikannya?"Ellena merasakan
Tidak lama setelah Reno mulai mendiskusikan pernikahan dengan Ellena, Salma langsung hamil. Kemudian, Ellena mengetahui tentang masalah mereka sehingga memutuskan Reno. Karena ada anaknya di kandungan Salma, Reno akhirnya bersama dengan Salma. Saat Reno memikirkan kemungkinan tertentu di dalam hatinya, ekspresi wajahnya berubah menjadi sangat buruk."Kak Reno, kamu... ada apa denganmu?" tanya Salma sambil menatap Reno dengan hati-hati. Hatinya terasa sangat gugup dan dia membatin, Kak Reno jadi seperti ini. Apakah dia... menemukan sesuatu?Reno menatap Salma dengan tatapan yang berat untuk beberapa saat. Dia perlahan-lahan mengerutkan sudut bibirnya, mengulurkan tangan dan menyentuh kepala Salma, seolah berangsur-angsur kembali bersikap normal, "Tidak apa-apa. Aku hanya merasa masih harus membawamu ke rumah sakit untuk memeriksanya, baru bisa tenang. Kalau tidak, aku akan mengkhawatirkanmu."Sekarang, jika Reno memikirkannya, Salma yang selalu mengatakan tentang masalah kehamilannya.
“Tapi, aku sangat suka berakting," Salma menggigit bibirnya dengan sedih, "Dia bisa mengatur variety show untukku, tapi jika aku jadi tidak bisa menerima proyek akting sama sekali, aku benar-benar tidak bisa menerimanya. Aku bisa menjanjikan hal lain kepadanya. Tapi, untuk hal ini, aku tidak bisa mendengarkannya.”Salma masih terus mengeluh, "Aku selalu berpikir dia adalah seorang yang mudah bergaul. Aku tidak menyangka, karena hal yang begitu kecil ini, dia akan mengundurkan diri dan meninggalkan Xinghui. Kak Reno, dia jelas-jelas tahu tentang hubunganku denganmu, tapi dia masih melakukan hal seperti ini. Itu berarti dia tidak hanya tidak menganggapku dengan serius, tapi tidak menganggapmu dengan serius juga.""Apakah dia yakin bahwa dia telah melakukan banyak hal dan kamu tidak berani melakukan apa pun padanya?" Salma mengatakan kata-kata ini dengan wajah tidak bersalah. Selesai dia berbicara, dia melihat wajah Reno menjadi lebih gelap dan ada jejak kemarahan di matanya.Salma menat
Reno menghela napas lega. Sepertinya tidak ada yang salah dengan Salma. Dia sedang mengandung seorang anak sekarang. Sang ibu harus lebih peduli pada anak di perutnya daripada dirinya sendiri. Jika benar-benar ada sesuatu, Salma pasti tidak akan menyembunyikannya."Katakan padanya untuk jangan panik. Aku akan segera datang."Ketika Reno tiba di kantor polisi, Salma baru saja selesai menjalani investigasi. Begitu dia melihat Reno, dia berlari ke arah Reno dan melemparkan dirinya ke dalam pelukan Reno.Salma memeluk Reno dengan erat. Matanya merah, dipenuhi air mata, dan tatapan matanya sangat menyedihkan. Dia mengubur wajahnya di dada Reno dan berbisik, "Kak Reno, kamu akhirnya sampai di sini. Huhuhu... aku sangat takut…"Salma tampak sangat ketakutan dan tubuhnya gemetar sepanjang waktu.Begitu Reno menunduk, dia melihat mata Salma yang berkaca-kaca dan wajahnya yang memucat karena ketakutan. Wajah Salma dicakar hingga terluka dan ada dua bekas merah panjang di pipinya yang terlihat m