Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 74. Seperti Tersambar Petir

Share

74. Seperti Tersambar Petir

last update Huling Na-update: 2024-11-18 22:19:55

Danumaya masuk ke dalam rumah dan sengaja menabrak Indrayana membuatnya bangun seketika. Sedangkan Adhinatha menutup pintu rapat-rapat. Mereka tampak tergesa-gesa.

Indrayana mengibas-ibaskan kepalanya yang pening.

Candramaya datang menghampiri, dahinya berkerut melihat mereka berdua tampak berantakan dan membawa seorang gadis asing yang sedang tidak sadarkan diri. "Apa yang terjadi, Kakang Danu?" Tanya Candramaya.

"Aki ..tolong kami," ujar Danumaya.

"Bawa gadis itu ke kamar itu," ujar Wirata sambil menunjuk kamar di sisi kamar Candramaya.

Danumaya membawa tubuh gadis itu dalam kamar yang di tunjuk Wirata.

Danumaya membaringkan tubuh gadisbitu, dia tampak cemas, "Akan aku ceritakan nanti Aki. Kita harus urus dulu gadis ini. Denyut nadinya sangat lemah dan sudah terlalu lama dia tidak sadarkan diri," ujarnya.

"Indrayana ayo kita tolong gadis itu," ujar Candramaya.

Indrayana mengangguk dan pergi ke dalam kamarnya untuk mengambil buntelan kain yang berisi beragam ramuan yang dia bawa.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Keris Darah Candramaya   75. Rupanya Kamu

    Danumaya mengangkat sudut bibirnya, dia berkata dengan dingin, "Sekarang kamu mengerti alasan kenapa aku seperti mayat hidup?" Adhinatha mengangkat dagunya dan berkata dengan angkuh, "Heh!! Kenapa kamu merahasiakannya dariku?""Kamu sudah bertunangan, jadi berita itu sepertinya tidak akan berpengaruh apapun bagimu.""Kamu benar! Apa peduliku," ujar Adhinatha dengan dingin. Walaupun di hatinya dia masih tidak terima. "Aku akan keluar mencari udara segar," ujarnya sambil berlenggang pergi.Danumaya berdecis, "Cih!"Saat berada di luar kamar, rahang Adhinatha mengatup, dia menatap pintu kamar Candramaya dengan penuh kecemburuan. Dia akhirnya memutuskan untuk keluar rumah dan duduk di balai sambil menikmati suara jangkrik sambil mengatur emosinya. Dan perlahan pemuda itu tertidur pulas.Tanpa di sadari ada sosok yang terus mengawasi rumah itu di balik kegelapan.Di dalam kamar, Candramaya menutup pintu rapat-rapat. Ada kebahagian yang tersirat di wajah tampan Indrayana. Dengan wajah ters

    Huling Na-update : 2024-11-21
  • Keris Darah Candramaya   76. Kendalikan Dirimu Dan Kerismu!

    Candramaya melangkah secara perlahan, "Putri Damayanti Citra ..menyerahlah!" Ujarnya dengan nada dingin.Damayanti Citra berdiri, dia membuka cadarnya dan berubah menjadi Putri Asri Kemuning.Candramaya tentu heran, apalagi saat sosok Asri Kemuning kembali berubah wujud menjadi Dewi Kamaratih lalu Adi Wijaya bahkan Utari.Wanita licik itu sengaja berubah-ubah wujudnya agar bisa menepis keraguan pada hati putranya.Namun tetap saja di mata Indrayana sosok itu tetaplah Putri Damayanti Citra. Kedua tangan Indrayana terkepal dengan tatapan tajam, "Berani kamu permainkan kami!" Ujarnya sambil menarik cemetinya.Dahi Adhinatha berkerut saat yang dia lihat sebuah ikat pinggang lusuh membuatnya tersenyum tipis. Dia ingin tertawa di situasi genting seperti ini karena sebuah ikat pinggang lusuh.Berbeda dengan Danumaya yang bergidig ngeri, dia menelan salivanya saat mengingat hari di mana dia hampir lenyap karena sabetan ikat pinggang itu.Sosok itu mengangkat dagunya dengan angkuh dan berkata,

    Huling Na-update : 2024-11-23
  • Keris Darah Candramaya   77. Pangeran Harsa Loka?

    Danumaya menjawab tanpa memandang wajah gadis itu, "Kamu sudah sadar. Syukurlah .."Gadis itu mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih telah menyelamatkanku, Tuan. Kenapa keadaan kalian seperti ini?""Ini karena sosok itu mengejarmu sampai ke sini," ujar Adhinatha dengan judes.Bulu mata gadis itu terkulai, dia menunduk dan berkata dengan lirih, "Maaf, Tuan. Telah menyeret kalian dalam masalah."Indrayana berjalan dan berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, kamu aman sekarang. Ayo minum ramuanmu."Gadis itu mendongak dengan jantung berdebar, matanya mengerling indah saat Indrayana menyodorkan cawan berisi ramuan.Melihat sikap gadis itu, Candramaya memalingkan wajahnya. "Kakang Danu, kamu baik-baik saja?" Danumaya mengangguk dan berkata, "Aku ingin membersihkan diri. Tolong bantu aku adik," ujarnya sambil menjulurkan kedua tangannya.Candramaya menatap sepupunya dengan sedih, gadis itu berjalan mendekat dan membuat Danumaya tersenyum lebar.Alaram bahaya di kepala Indrayana berbunyi,

    Huling Na-update : 2024-11-24
  • Keris Darah Candramaya   78. Kecemburuan Candramaya

    Adhinatha dan Danumaya melihat ke arah Kumala memandang. Mata gadis itu berbinar saat melihat Indrayana. Biar pun penampilan pemuda itu begitu sederhana namun memancarkan aura bangsawan yang kuat. Kulit sawo matangnya membuatnya terlihat gagah dan jantan. Sedangkan pemuda itu hanya berdiri mematung dengan dahi yang berkerut. Dia seperti memikirkan sesuatu yang begitu rumit. "Tuan .." Panggil Kumala sekali lagi. Candramaya yang menyadari sikap genit Kumala terhadap suaminya membuat darahnya mendidih. Wajahnya terlihat masam dengan tatapan sinis. Gadis itu mengatur nafasnya untuk mengendalikan emosinya yang ingin meledak. Karena kesal Candramaya mencubit perut pemuda itu dengan sangat keras. "Awwww!" Indrayana menjerit kesakitan lalu mengusap perutnya sambil meringis, "Apa!!!" Kumala merasa kesal dengan sikap gadis itu, dia turun dari ranjang dan berlari menghampiri Indrayana. Kumala terlihat begitu cemas dan memarahi Candramaya, "Kenapa kamu sangat kasar!" Candramaya berdecis

    Huling Na-update : 2024-11-24
  • Keris Darah Candramaya   79. Semua Orang Punya Rahasia

    "Seperti yang kamu liat saat di kamar Kumala," jawab Indrayana dengan tenang. Dia tidak mungkin menyebutkan nama. Candramaya bisa curiga. Bulu mata Candramaya terkulai, ada kebimbangan yang dia rasakan. "Jika itu benar, berarti dia adalah Putri Damayanti Citra. Tapi mana mungkin? Orang sebaik itu bisa melakukan hal keji.""Semua orang punya rahasia," ujar Indrayana. Pemuda itu menatap jauh keluar jendela dan menghela nafas panjang. Seperti ada beban yang mengganjal di hatinya, "Begitu pun denganku," batinnya."Kamu benar. Begitu banyak yang tidak aku ketahui," ujar Candramaya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Indrayana yang kokoh. "Apa masih ada hal yang lebih mengejutkan nantinya. Aku kira perjalanan balas dendamku ini akan begitu mudah. Tapi ternyata sangat rumit."Indrayana hanya bisa tersenyum tipis, tumbuhan ilalang yang berjejer dan bergoyang-goyang saat di terpa angin. Nyatanya begitu indah dan menyejukan. Namun tidak dapat menghibur kegelisahan yang melanda hatinya se

    Huling Na-update : 2024-11-25
  • Keris Darah Candramaya   80. Membuat Perhitungan

    "Aki! Candramaya menangis, Indrayana memukulnya," ujar Danumaya. Otot-otot wajahnya menonjol dan rahangnya mengatup.Wirata memijit keningnya yang sakit, dia terlalu tua untuk mengurus hal seperti ini. "Indrayana mencintai adikmu secara ugal-ugalan. Dia bahkan selalu mengikutinya seperti anjing. Lagian Ibunya tidak akan membiarkan adikmu terluka. Jadi pergi kalian semua! Jangan ganggu mereka!" Ujarnya.Kumala yang berdiri di ambang pintu akhirnya kembali masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu berdiri di balik pintu dengan perasaan campur aduk. Beberapa saat kemudian suara tangis itu perlahan meredup. Karena lelah Candramaya tertidur di dalam pelukan Indrayana cukup lama. Saat gadis itu benar-benar pulas, Indrayana menggendong tubuhnya dengan gaya bridal style. Dia menutup pintu jendela karena hari mulai senja."Huaaaa!!" Teriak Indrayana. Pemuda itu terperanjat saat membuka pintu. Ada sosok tinggi yang berdiri di depan pintu. Pemuda berwajah manis tapi pemarah itu bersedekap angkuh dan m

    Huling Na-update : 2024-11-27
  • Keris Darah Candramaya   81. Pengakuan Kumala

    "Keras kepala," ujar Indrayana lirih dengan sorot mata yang dingin. "Kamu selalu memaksaku melakukan hal ini." Indrayana memeluk pinggang gadis itu dengan erat lalu mengambil tali pengengkang kuda. Dia berbalik arah dan memacu kudanya kembali ke rumah Wirata. Saat Indrayana memasuki rumah dengan membawa tubuh Candramaya yang pingsan dengan gaya bridal style. Suasana hati Indrayana benar-benar buruk, dia mendorong pintu kamarnya dengan kakinya. Kleek!! Untungnya Danumaya menemani Adhinatha pulang ke istana karena akan menghadiri pertemuan para petinggi kerajaan Harsa Loka. "Tuan .." panggil Kumala. Gadis itu berdiri di ambang pintu kamarnya. Langkah Indrayana terhenti lalu menoleh dengan tatapan dingin dan bibir yang merapat. Dia benar-benar muak dengan gadis itu. "Ada yang ingin aku katakan," ujar Kumala. Wajah gadis itu menunduk dan meremas kedua tangannya yang gemetar. Dia cukup kaget karena melihat Indrayana membawa Candramaya yang sedang pingsan. Dia kira Candramaya telah p

    Huling Na-update : 2024-11-28
  • Keris Darah Candramaya   82. Ayo Kita Berpisah

    Candramaya terus memberontak dan berteriak, "Apa yang kamu lakukan!" Indrayana menyeringai, "Meredamkan amarahku!" Candramaya langsung melotot dan terus berteriak, "Aku tidak mau!" Indrayana benar-benar kehilangann akal dan berkata, "Aku butuh tubuhmu bukan persetujuanmu!" Pemuda itu benar-benar tidak peduli, dia terus saja merobek semua kain yang membalut tubuh indah Candramaya hingga polos. Sedangkan dirinya bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana. Indrayana meremas buah dada gadis itu, jangkunnya naik turun seiring dengan tubuhnya yang bergelora. Matanya yang merah penuh nafsu seperti singa yang kelaparan. Air mata Candramaya terus mengalir saat Indrayana mengungkungi tubuhnya. Pemuda itu dengan rakus menghirup ceruk leher jenjang Candramaya tanpa memperdulikan tangisannya. Di perlakukan sekasar itu Candramaya merasa sedih dan sakit hati. Sebagai wanita dia merasa tidak punya harga diri. "Kenapa kamu memperlakukanku seperti pelacur? Apakah aku adalah alat pelampiasan

    Huling Na-update : 2024-12-01

Pinakabagong kabanata

  • Keris Darah Candramaya   166. Arti Dari Kehidupan

    Adhinatha mengerjabkan matanya. Sejak terakhir pemuda itu melukai saudara sepupunya. Tidak pernah Adhinatha menunjukan batang hidungnya ataupun menyapa pada Indrayana. Itu semua karena dia merasa malu. "Lepaskan! Aku juga ingin melakukan penebusan dosa." "Dengan bunuh diri maksudmu!" Ujar Indrayana tanpa melepas cekalannya, sebelah alisnya terangkat. "Ibuku tidak bunuh diri! Begitu pun aku!" ujar Adhinatha dingin. Indrayana melepas cekalannya, sudut bibirnya terangkat, "Nyawa memang harus di bayar dengan nyawa. Hukuman mati memang pantas untuk Ibumu. Tapi kamu tidak!" "Berhenti membuatku malu, Indrayana. Aku telah melukai dirimu dan berniat melenyapkanmu!" ujar Adhinatha dengan nada putus asa. Indrayana menatap lamat ke arah adik sepupunya lalu kembali berkata, "Kalau begitu aku yang berhak menghukummu. Maka hukumanmu adalah dengan menuruti permintaanku!" Pemuda itu melirik ke arah istrinya dengan senyum jahil. Candramaya yang sangat hafal dengan sifat Indrayana hanya bisa menden

  • Keris Darah Candramaya   165. Pati Obong

    Damayanti Citra merenung sepanjang malam, dia meringkuk di atas ranjang dengan perasaan bersalah. Semakin dia mengelak semakin merasa malu. "Aku akan melakukan penebusan dosa!" Gumamnya dengan penuh tekad. Wanita itu melakukan puasa mutih untuk membersihkan diri dan jiwanya dari segala dosa dan kepahitan. Hal sama juga di lakukan oleh Candramaya. Setelah satu pekan masa berkabung, Arya Balaaditya naik tahta menjadi raja pengganti Adi Wijaya. Karena stempel kerajaan ada di tangannya sekarang. Dan Asri Kemuning adalah pewaris yang sah. Namun karena negeri Harsa Loka harus di pimpin oleh laki-laki, maka suaminya-lah yang akan naik tahta. Upacara penobatannya di lakukan dengan hidmat di alun-alun di depan rakyat. Tugas pertama yang harus dilakukan oleh Arya Balaaditya adalah menghukum pelaku teror dan pembunuh Damarjati dan ketiga rekannya. Awalnya semua orang cukup terkejut dengan pakaian yang dikenakan oleh Damayanti Citra, pasalnya dia memakai pakaian yang membuat orang bertanya-t

  • Keris Darah Candramaya   164. Hati seluas Samudra

    Deg!Ucapan putranya telah menghancurkan keyakinan Damayanti Citra. Wanita itu mengerjabkan matanya yang mulai terasa panas. Genangan air mata itu telah tumpah. Kenyataan itu membuatnya sakit. "Narendra ... " gumamnya.Adhinatha mengerjabkan matanya yang mulai memanas, dia merasa sedih dan tidak tega. Pemuda itu berjalan mendekat ke arah sel. Kedua tangannya terangkat dan hendak memasukannya ke dalam celah besi.Damayanti Citra tetap bergeming saat Adhinatha memanggilnya, "Ibu ... kemarilah."Perubahan emosi Damayanti Citra sangat mudah berubah. Tadi dia menangis tersedu-sedu dan sekarang tertawa sinis, "Kenapa hanya aku yang terbakar? Kamu dan wanita sialan itu tidak. Kenapa?" tanyanya dengan nada putus asa."Karena aku telah membuang segala kepahitan dalam hatiku," jawab Adhinatha dengan lirih."Jadi kamu mau bilang kalau hati Ibumu ini penuh dengan kepahitan?" ucapan Damayanti Citra terhenti, wanita itu mengangkat sudut bibirnya lalu kembali tertawa sinis, "Heh! Mereka telah menyu

  • Keris Darah Candramaya   163. Wanita Picik

    Damayanti Citra mendengkus kesal, kedua alisnya semakin menukik tajam. Asri Kemuning memegang jeruji besi dengan kuat, wajahnya yang lembut berubah dingin. Wanita itu mendekatkan wajahnya dan berkata dengan sedikit berteriak, "Aku berpenyakitan! Bahkan setiap detik aku takut mati. Aku takut tidak bisa melihat tumbuh kembang putraku. Sedangkan kamu? Kamu sehat Citra! Kamu sehat dan kamu bisa berada di sisinya setiap waktu. Jika masalah kasih sayang dan dukungan orang tua, kita sama Citra. Kamu tidak mendapatkan kasih sayang Ibumu dan aku Romoku. Hanya bedanya adalah Ibumu telah wafat saat melahirkanmu dan Romoku masih hidup dan terus mengabaikanku."Damayanti Citra juga ikut berteriak karena merasa tertohok. Namun tidak mau mengakuinya, "Tapi suamimu setia! Sedangkan aku tidak!"Asri Kemuning terperangah mendengar jawaban Iparnya lalu menggelengkan kepala. "Kenapa kamu membandingkan hidupmu dengan hidup orang lain? Setia atau tidaknya seseorang itu pilihan. Bukan takdir atau nasib, Ci

  • Keris Darah Candramaya   162. Mantra Suci

    "Hah!" Candramaya tersadar. Candramaya membuka matanya. Mata merah menyala itu kembali ke semula. "Indrayana ... " panggilnya dengan linglung.Indrayana tertawa lirih, "Kamu kembali!""Apa yang terjadi? Kenapa tanganku menyerangmu?" Candramaya memang tersadar tapi tubuhnya masih dikendalikan oleh sosok hitam Putri Tanjung Kidul. Gadis itu mendongak dan menatap sekitar dengan bingung. Candramaya mencoba mengangkat tangannya ke atas namun yang terjadi justru tangan itu semakin kuat menekan ke bawah. "Gunakan mustika itu, cepattt!!" pekiknya."Tapi aku akan melukaimu!" ujar Indrayana dengan perasaan gamang."Tidak akan!" Karena kedua tangan Indrayana sedang menahan serangan Candramaya. Pemuda itu akhirnya memukul punggung Candramaya dengan menggunakan lututnya dengan cukup keras.Bug!Akkhhh!Tubuh Candramaya oleng, keris itu terlempar cukup jauh. Indrayana mengambil kesempatan itu untuk memegangi kedua tangan Candramaya. Dan membalikkan keadaan dengan menduduki tubuh gadis itu yang ja

  • Keris Darah Candramaya   161. Pertarungan Batin Candramaya

    Arya Balaaditya menahan tubuh Istrinya yang hendak menghampiri putranya. Sedangkan Kumala, gadis itu meringsut di dalam pelukan kakeknya.Di bawah derasnya air hujan dan angin yang bertiup kencang. Indrayana bangun dan terduduk di tanah. Pemuda itu meringis saat melihat ekspresi dingin Candramaya.Candramaya berjalan mendekat sambil menggerak-gerakan kuku-kukunya yang panjang. Wajah datar dan menyeramkan itu menyeringai. Indrayana tidak berniat untuk kabur atau semacamnya. Dia hanya mengatur nafas dan menunggu Candramaya menghampirinya dengan pasrah. "Dewata ... " gumamnya.Tatapan Indrayana tertuju pada Mustika yang dia genggam. "Cik! Lemah," eram Candramaya. Tatapannya begitu liar dan beringas. Mendengar cibiran Candramaya, Indrayana tersenyum getir lalu bergumam, "Aku memang lemah!"Baladewa yang tidak tahan akhirnya hendak menyerang Candramaya namun Indrayana berteriak, "Jangan, Paman! Jangan ikut campur!"Indrayana langsung mengangkat tangannya dan membuat jarak dengan membuat

  • Keris Darah Candramaya   160. Hanya Indrayana Yang Bisa

    Ketiga orang itu akhirnya menajamkan telinganya, Kebo Ireng berkomentar, "Sepertinya ada yang sedang bertarung?""Benar Kakang! Ayo kita periksa!" imbuh Seno Aji.Wismaya memberi saran, "Tunggu! Sebaiknya kiita harus fokus. Kalian cari Pangeran Narendra dan Dewi Puspita Sari saja, sebelum orang itu pergi lebih jauh. Aku dan Aji Suteja yang akan memeriksa siapa yang sedang bertarung itu."Setelah menimbang-nimbang saran Wismaya yang masuk akal, mereka bertiga akhirnya mengangguk dan setuju.Kebo Ireng dan Seno Aji pergi menuju tempat kediaman Puspita Sari dan Narendra. Sedangkan Wismaya dan Aji Suteja pergi ke tempat pertarungan itu.Saat Wismaya dan Aji Suteja ke sumber suara, mereka berdua terperangah saat melihat Candramaya dan Indrayana sedang bahu hantam."Apa yang terjadi?" tanya Aji Suteja dengan wajah yang menegang.Wismaya merasakan kejanggalan pada sosok keponakannya. Tentu sosok berwujud Candramaya itu tidak dia kenal. Jantung Wismaya seketika bergemuruh, wajahnya pucat lalu

  • Keris Darah Candramaya   159. Menunaikan Janji

    Alih-alih patuh, Candramaya justru semakin gila menyerang Danadyaksa yang terlihat kewalahan. Tubuh Danadyaksa penuh dengan sabetan keris.Tanpa pikir panjang, Indrayana masuk dalam pertarungan dan mencoba melerai. Dia bahkan tidak segan memukul pundak Candramaya guna menghentikan aksinya, "Hentikan kataku!"Bug!"Akhhh!!" Candramaya memekik kesakitan."Maaf!" ujar Indrayana. Pemuda itu memeluk tubuh Candramaya dari belakang. Perasaan bersalah muncul di hatinya setelah memukul istrinya. Candramaya menoleh, seringainya tampak mengerikan. Indrayana reflek langsung melerai pelukannya karena terkejut.Danadyaksa yang licik menggunakan kesempatan saat melihat pasangan itu lengah. Namun langkah pria itu terhenti saat Candramaya membuat gerakan yang membuat keris itu melesat dan menebas leher Danadyaksa dengan cepat. Secepat kedipan mata.Swwisss!Zrak!Bug!!Kepala Danadyaksa jatuh ke tanah lalu tubuh gempal itu tersungkur. Tubuh yang terpenggal itu mengejang dan menyemburkan banyak darah.

  • Keris Darah Candramaya   158. Adi Wijaya Wafat

    Prang!!Botol itu jatuh ke lantai dan pecah, namun ternyata hanya botol kosong. Arah mata semua orang kini tertuju pada pecahan botol itu. Narendra merasa terkejut sedangkan Asri Kemuning dan Arya Balaaditya merasa keheranan.Puspita Sari merasa malu sekarang, kedua tangannya saling meremas. Dia menyadari reaksinya menunjukan bahwa dia adalah wanita yang egois. "Kangmas mempermainkanku?!" eram Puspita Sari. Wanita itu mendelik karena merasa dipermainkan."Haha ... Ohok! Ohok!" Adi Wijaya tertawa di sela batuk berdarahnya. Nafasnya terengah dan dadanya mulai sesak. Keringat dingin kini bermunculan di kening pria itu seiring wajahnya yang memucat dan bibirnya yang mulai membiru. Dia menatap istri mudanya dengan tatapan nanar sambil menekan dadanya. Sekarang dia sadar, tidak ada yang benar-benar mencintainya. Tiba-tiba Asri Kemuning menangis, dia berhambur memeluk lengan ayahnya.Sedangkan Narendra dan Puspita Sari yang sudah tahu akhir dari pertarungan ini memilih untuk kabur meningga

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status