Beranda / Historical / Keris Darah Candramaya / 76. Kendalikan Dirimu Dan Kerismu!

Share

76. Kendalikan Dirimu Dan Kerismu!

Penulis: Songdeok eunjoo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-23 16:15:09

Candramaya melangkah secara perlahan, "Putri Damayanti Citra ..menyerahlah!" Ujarnya dengan nada dingin.

Damayanti Citra berdiri, dia membuka cadarnya dan berubah menjadi Putri Asri Kemuning.

Candramaya tentu heran, apalagi saat sosok Asri Kemuning kembali berubah wujud menjadi Dewi Kamaratih lalu Adi Wijaya bahkan Utari.

Wanita licik itu sengaja berubah-ubah wujudnya agar bisa menepis keraguan pada hati putranya.

Namun tetap saja di mata Indrayana sosok itu tetaplah Putri Damayanti Citra. Kedua tangan Indrayana terkepal dengan tatapan tajam, "Berani kamu permainkan kami!" Ujarnya sambil menarik cemetinya.

Dahi Adhinatha berkerut saat yang dia lihat sebuah ikat pinggang lusuh membuatnya tersenyum tipis. Dia ingin tertawa di situasi genting seperti ini karena sebuah ikat pinggang lusuh.

Berbeda dengan Danumaya yang bergidig ngeri, dia menelan salivanya saat mengingat hari di mana dia hampir lenyap karena sabetan ikat pinggang itu.

Sosok itu mengangkat dagunya dengan angkuh dan berkata,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Keris Darah Candramaya   77. Pangeran Harsa Loka?

    Danumaya menjawab tanpa memandang wajah gadis itu, "Kamu sudah sadar. Syukurlah .."Gadis itu mengangguk dan tersenyum, "Terima kasih telah menyelamatkanku, Tuan. Kenapa keadaan kalian seperti ini?""Ini karena sosok itu mengejarmu sampai ke sini," ujar Adhinatha dengan judes.Bulu mata gadis itu terkulai, dia menunduk dan berkata dengan lirih, "Maaf, Tuan. Telah menyeret kalian dalam masalah."Indrayana berjalan dan berkata dengan lembut, "Jangan khawatir, kamu aman sekarang. Ayo minum ramuanmu."Gadis itu mendongak dengan jantung berdebar, matanya mengerling indah saat Indrayana menyodorkan cawan berisi ramuan.Melihat sikap gadis itu, Candramaya memalingkan wajahnya. "Kakang Danu, kamu baik-baik saja?" Danumaya mengangguk dan berkata, "Aku ingin membersihkan diri. Tolong bantu aku adik," ujarnya sambil menjulurkan kedua tangannya.Candramaya menatap sepupunya dengan sedih, gadis itu berjalan mendekat dan membuat Danumaya tersenyum lebar.Alaram bahaya di kepala Indrayana berbunyi,

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Keris Darah Candramaya   78. Kecemburuan Candramaya

    Adhinatha dan Danumaya melihat ke arah Kumala memandang. Mata gadis itu berbinar saat melihat Indrayana. Biar pun penampilan pemuda itu begitu sederhana namun memancarkan aura bangsawan yang kuat. Kulit sawo matangnya membuatnya terlihat gagah dan jantan. Sedangkan pemuda itu hanya berdiri mematung dengan dahi yang berkerut. Dia seperti memikirkan sesuatu yang begitu rumit. "Tuan .." Panggil Kumala sekali lagi. Candramaya yang menyadari sikap genit Kumala terhadap suaminya membuat darahnya mendidih. Wajahnya terlihat masam dengan tatapan sinis. Gadis itu mengatur nafasnya untuk mengendalikan emosinya yang ingin meledak. Karena kesal Candramaya mencubit perut pemuda itu dengan sangat keras. "Awwww!" Indrayana menjerit kesakitan lalu mengusap perutnya sambil meringis, "Apa!!!" Kumala merasa kesal dengan sikap gadis itu, dia turun dari ranjang dan berlari menghampiri Indrayana. Kumala terlihat begitu cemas dan memarahi Candramaya, "Kenapa kamu sangat kasar!" Candramaya berdecis

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-24
  • Keris Darah Candramaya   79. Semua Orang Punya Rahasia

    "Seperti yang kamu liat saat di kamar Kumala," jawab Indrayana dengan tenang. Dia tidak mungkin menyebutkan nama. Candramaya bisa curiga. Bulu mata Candramaya terkulai, ada kebimbangan yang dia rasakan. "Jika itu benar, berarti dia adalah Putri Damayanti Citra. Tapi mana mungkin? Orang sebaik itu bisa melakukan hal keji.""Semua orang punya rahasia," ujar Indrayana. Pemuda itu menatap jauh keluar jendela dan menghela nafas panjang. Seperti ada beban yang mengganjal di hatinya, "Begitu pun denganku," batinnya."Kamu benar. Begitu banyak yang tidak aku ketahui," ujar Candramaya. Gadis itu menyandarkan kepalanya di bahu Indrayana yang kokoh. "Apa masih ada hal yang lebih mengejutkan nantinya. Aku kira perjalanan balas dendamku ini akan begitu mudah. Tapi ternyata sangat rumit."Indrayana hanya bisa tersenyum tipis, tumbuhan ilalang yang berjejer dan bergoyang-goyang saat di terpa angin. Nyatanya begitu indah dan menyejukan. Namun tidak dapat menghibur kegelisahan yang melanda hatinya se

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • Keris Darah Candramaya   80. Membuat Perhitungan

    "Aki! Candramaya menangis, Indrayana memukulnya," ujar Danumaya. Otot-otot wajahnya menonjol dan rahangnya mengatup.Wirata memijit keningnya yang sakit, dia terlalu tua untuk mengurus hal seperti ini. "Indrayana mencintai adikmu secara ugal-ugalan. Dia bahkan selalu mengikutinya seperti anjing. Lagian Ibunya tidak akan membiarkan adikmu terluka. Jadi pergi kalian semua! Jangan ganggu mereka!" Ujarnya.Kumala yang berdiri di ambang pintu akhirnya kembali masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu berdiri di balik pintu dengan perasaan campur aduk. Beberapa saat kemudian suara tangis itu perlahan meredup. Karena lelah Candramaya tertidur di dalam pelukan Indrayana cukup lama. Saat gadis itu benar-benar pulas, Indrayana menggendong tubuhnya dengan gaya bridal style. Dia menutup pintu jendela karena hari mulai senja."Huaaaa!!" Teriak Indrayana. Pemuda itu terperanjat saat membuka pintu. Ada sosok tinggi yang berdiri di depan pintu. Pemuda berwajah manis tapi pemarah itu bersedekap angkuh dan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • Keris Darah Candramaya   81. Pengakuan Kumala

    "Keras kepala," ujar Indrayana lirih dengan sorot mata yang dingin. "Kamu selalu memaksaku melakukan hal ini." Indrayana memeluk pinggang gadis itu dengan erat lalu mengambil tali pengengkang kuda. Dia berbalik arah dan memacu kudanya kembali ke rumah Wirata. Saat Indrayana memasuki rumah dengan membawa tubuh Candramaya yang pingsan dengan gaya bridal style. Suasana hati Indrayana benar-benar buruk, dia mendorong pintu kamarnya dengan kakinya. Kleek!! Untungnya Danumaya menemani Adhinatha pulang ke istana karena akan menghadiri pertemuan para petinggi kerajaan Harsa Loka. "Tuan .." panggil Kumala. Gadis itu berdiri di ambang pintu kamarnya. Langkah Indrayana terhenti lalu menoleh dengan tatapan dingin dan bibir yang merapat. Dia benar-benar muak dengan gadis itu. "Ada yang ingin aku katakan," ujar Kumala. Wajah gadis itu menunduk dan meremas kedua tangannya yang gemetar. Dia cukup kaget karena melihat Indrayana membawa Candramaya yang sedang pingsan. Dia kira Candramaya telah p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • Keris Darah Candramaya   82. Ayo Kita Berpisah

    Candramaya terus memberontak dan berteriak, "Apa yang kamu lakukan!" Indrayana menyeringai, "Meredamkan amarahku!" Candramaya langsung melotot dan terus berteriak, "Aku tidak mau!" Indrayana benar-benar kehilangann akal dan berkata, "Aku butuh tubuhmu bukan persetujuanmu!" Pemuda itu benar-benar tidak peduli, dia terus saja merobek semua kain yang membalut tubuh indah Candramaya hingga polos. Sedangkan dirinya bertelanjang dada dan hanya menggunakan celana. Indrayana meremas buah dada gadis itu, jangkunnya naik turun seiring dengan tubuhnya yang bergelora. Matanya yang merah penuh nafsu seperti singa yang kelaparan. Air mata Candramaya terus mengalir saat Indrayana mengungkungi tubuhnya. Pemuda itu dengan rakus menghirup ceruk leher jenjang Candramaya tanpa memperdulikan tangisannya. Di perlakukan sekasar itu Candramaya merasa sedih dan sakit hati. Sebagai wanita dia merasa tidak punya harga diri. "Kenapa kamu memperlakukanku seperti pelacur? Apakah aku adalah alat pelampiasan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-01
  • Keris Darah Candramaya   83. Pertemuan Akbar

    Indrayana menaruh jari telunjuknya di bibirnya dan memberi isyarat, "Sssstttt!" Indrayana menatap mata hitam gadis itu yang dalam dan menyelaminya. Terdengar deru nafas Candramaya yang mulai tidak beraturan. Dia bahkan mampu mendengar detak jantungnya yang berdebar kencang. Candramaya mengalungkan kedua tangannya di leher Indrayana. Tatapan gadis itu terlihat sayu dan lembut. Bibir keduanya saling bertautan. Saling memberi cinta dan kasih sayang. Dua sejoli itu terbuai dalam mimpi yang indah. Mereka terbakar oleh api cinta yang membara di hati keduanya. Kini yang terdengar hanya suara erangan yang saling bersautan dari keduanya. Kumala terduduk karena kakinya terasa lemas saat mendengar suara rintihan Candramaya. Tatapannya kosong dan hatinya terasa panas dan perih. Dia hanya bisa menelan ludahnya. Setelah selesai, Candramaya berada dalam pelukan pemuda itu. Gadis itu mendongak dan menatap wajah Indrayana yang terlihat begitu tenang saat terpejam. Dia terlihat polos dan menawan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-02
  • Keris Darah Candramaya   84. Penemuan Jasad Di Lembah Wingit

    Adi Wijaya terbatuk, "Ohok ..ohok! Mawar hitam sudah sangat meresahkan. Mereka telah terang-terangan menabuh genderang perang kepada kita," ujarnya dengan lemah. Adi Wijaya berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya yang mulai sesak. Puspita Sari cukup khawatir, melihat tubuh suaminya yang semakin hari semakin melemah. Damayanti Citra tersenyum penuh arti, "Sebentar lagi tua bangka itu akan berakhir," batinnya. Adi Wijaya kembali meneruskan ucapannya sambil menunjuk ke sudut ruangan. Wajahnya mengeras dengan tatapan yang tajam, "Kalian liat algojo itu?" Semua orang mengangguk dan pandangan mereka tertuju pada sosok tinggi kekar dengan wajah dingin, tampak seperti malaikat maut. "Dia akan memenggal siapapun orang yang terdapat bekas telapak tangan Mahapatih Danadyaksa di dadanya," ujar Adi Wijaya. Suasana mulai ramai mereka saling berbicara satu sama lain dan saling melempar tatapan mencurigai. Adi Wijaya melirik Danadyaksa. Orang itu mengangguk dan berdiri lalu berteriak, "

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05

Bab terbaru

  • Keris Darah Candramaya   149. Kemarahan Kumala

    Adi Wijaya tertawa sinis, matanya memerah karena menahan marah. Bima Reksa dan Kumala kini menjadi pusat perhatian. Suasana yang membosankan telah berubah menjadi suasana yang penuh dengan ketegangan. Seisi ruangan menjadi semakin ramai, begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala mereka masing-masing. Selain keberadaan Bima Reksa yang ternyata masih hidup. Padahal, Adi Wijaya sendiri telah mengumumkan bahwa Bima Reksa telah tiada 15 tahun yang lalu. Lalu kenapa sosok itu berdiri di hadapan mereka sekarang? Kini pertanyaan yang jauh lebih rumit yaitu perihal gadis yang bersamanya. Gadis yang datang dalam keadan luka-luka. Seperti korban penganiaan. Adi Wijaya berusaha untuk mengendalikan perasaannya, entah alasan apa yang akan dia berikan nanti. Sekarang, dia seperti berdiri di atas jurang. Ini adalah guncangan yang hampir membuat rohnya terlepas dari raganya. Karena salah satu kebohongannya telah terbongkar. Puspita Sari seketika menggigil ketakutan, "Apakah ini akhir dari

  • Keris Darah Candramaya   148. Wismaya vs Adi Wijaya

    Adi Wijaya mengangkat tangannya dan semua orang bangkit lalu berjalan dengan menunduk. Mereka kembali ke tempat masing-masing. Indrayana menatap wajah kakeknya dengan perasaan campur aduk. Ada rasa rindu dan kecewa secara bersamaan. Narendra duduk dengan tenang. Walaupun dia tahu bahwa banyak petisi yang datang perihal rumor yang sudah tersebar di Harsa Loka. Hanya saja itu tidak berpengaruh untuknya. "Apa ada keluhan?" tanya Adi Wijaya. Sebagai seorang raja setiap ada pertemuan, para punggawa ataupun rakyat di persilahkan untuk mengajukan keluhan dan masalahnya. Wismaya bangun dari tempat duduknya dan berjalan menghadap Adi Wijaya. Adi Wijaya menatap datar pada orang yang jelas-jelas menentangnya. "Gusti, sesuai dengan surat titah Gusti Prabu bebeberapa pekan lalu. Hamba dan rekan hamba telah mencari pelaku itu. Tapi kami gagal," ujar Wismaya dengan tenang. Adi Wijaya tersenyum samar dan sudah menduga. Orang tua itu duduk dengan santai sambil menikmati tehnya, "Tentu sampai k

  • Keris Darah Candramaya   147. Bisa Diandalkan

    "Aku akan membawa Paman pulang, kamu menyusul dengan kuda. Itu kudanya," ujar Indrayana sambil menunjuk seekor kuda yang terikat di dahan pohon. Indrayana mencuri kuda dari kandang kuda istana."Candramaya setuju, "Baiklah!"Indrayana membawa Respati menggunakan Ilmu Meringankan Tubuh agar cepat sampai. Luka Respati harus segera di tangani, sedangkan Candramaya menyusul dari belakang. Gadis itu mengendarai kuda dengan cepat.Indrayana sampai lebih dulu di Tanah Para Dewa, di depan rumah dia berteriak, "Romo!"Arya Baladitya yang sedari tadi menunggu di depan rumah dengan cemas langsung berlari saat melihat putranya. Wajahnya menegang saat melihat kondisi Respati yang terkena Ajian Tapak Geni, "Bawa masuk!" titahnya.Respati terbaring lemah, nafasnya melambat. Arya Balaaditya duduk di sisi ranjang dan langsung menyinsingkan lengan bajunya. Dia menaruh telapak tangan kanannya untuk mengeluarkan Ajian Aksamala. Darma langsung pergi ke dapur untuk merebus tanaman obat. Tangan Darma berge

  • Keris Darah Candramaya   146. Cucu Kesayangan

    Sebuah keris kecil melesat, menyerang pedang Danadyaksa. Keris itu melaju dengan cepat dan kuat. Suara besi kembali beradu, pedang itu jatuh dari genggaman pemiliknya.Semua mata tertuju pada keris yang datang bersamaan dengan dua sekelebatan orang yang memakai cadar masuk ke area pertempuran. Satu laki-laki dan satu wanita. Kedua orang misterius itu menghampiri tubuh Respati yang terluka parah. "Paman ... " panggil Indrayana dengan suara bergetar. Matanya mengembun, dia merasa tidak tega dengan keadaan Pamannya yang terluka parah. Candramaya mengangkat tangannya dan keris itu dengan patuh kembali padanya. Saat gadis itu melihat kondisi Respati, kakinya mendadak lemas, luka pada Pamannya sama persis dengan luka mendiang ayahnya. Seketika itu juga Candramaya menoleh ke arah pria tua berperut buncit. Ingatannya kembali ke masa lalu seiring dengan darahnya yang mendidih.Danadyaksa tertegun dan sedikit linglung, dia cukup heran dengan keris kecil itu. "Bagaimana bisa benda kecil itu ma

  • Keris Darah Candramaya   145. Respati Tertangkap Basah

    Tanpa di duga di perjalanan Danadyaksa melihat ada sekelebatan burung merpati yang masuk ke dalam kediaman tabib istana. Matanya langsung bersinar dan moodnya membaik.Kali ini Danadyaksa tidak akan tertipu lagi, Danadyaksa meringankan setiap langkahnya dan berjalan dengan hati-hati. Di balik pintu dia mengintip dan akan menangkap basah tabib itu.Tampak, Respati sedang memegang burung dan mengambil sesuatu pada kaki burung itu. Namun saat hendak membaca, Danadyaksa tiba-tiba melompat dan menendang punggung Respati.Bug!Respati tersungkur di tanah, dia meringis kesakitan. Langkah seorang pria berjalan mendekatinya lalu berdiri di depan kepalanya.Respati mendongak dan seketika matanya terbelaklak. Tampak seorang pria tua berperut buncit menatapnya dengan remeh, "Aku tertangkap," batinnya.Danadyaksa menyeringai, matanya memerah dan berkata sinis, "Rupanya benar dugaanku! Kamu adalah mata-mata."Respati menjatuhkan pesan dari Arya Balaaditya. Dia mengabaikan Danadyaksa dan fokus untuk

  • Keris Darah Candramaya   144. Bima Reksa Bersedia Menjadi Saksi

    "Hais!!" Candramaya mengeram dengan kedua tangan terkepal."Bara yang para Pamanmu lempar sudah mulai membakar rumput Harsa Loka, sebentar lagi bara itu akan membakar seluruh penghuni istana Harsa Laka. Setelah itu, tugas kita adalah memadamkan bara itu. Kamu pahamkan?"Candramaya mengangguk, "Baiklah."Kumala mengambil kesempatan, dia bertanya dengan mata berbinar, "Candramaya! Kamu benar-benar ingin membantuku?""Tentu," jawab Candramaya dengan tulus."Kamu bisa membantuku sekarang," ujar Kumala."Katakan ... " Candramaya mengangguk.Kumala tersenyum lalu berkata tanpa dosa, "Biarkan aku menikah dengan Indrayana.""Kamu gila!" Candramaya memekik. "Gadis ini benar-benar," batin Indrayana sambil memutar bola matanya. Dia sudah menduganya.Kumala langsung berkata dengan nada sedih, "Aku mohon ... Sekarang tidak akan ada yang mau menikahi aku yang kotor ini."Candramaya memejamkan matanya sambil menggertakan giginya, "Aku kasihan padamu Kumala dan aku benar-benar kasihan. Tapi kenapa d

  • Keris Darah Candramaya   143. Melempar Umpan

    Gadis itu tidak lain adalah Kumala. Dia yang tidak sabar menunggu hari esok dan bersikeras untuk segera menemui Arya Balaaditya. Sebelumnya, Bima Reksa dan cucunya berada di depan dinding berwujud semak belukar yang tinggi cukup lama karena tidak bisa masuk. Hanya saja tiba-ada sebuah celah terbuka. Semak belukar itu terbuka dan seekor burung merpati keluar. Bima Reksa dan Kumala memanfaatkannya untuk masuk sebelum celah itu tertutup kembali. Setelah sampai di depan rumah besar satu-satunya di tempat itu. Bima Reksa mengetuk pintu rumah Arya Balaaditya dengan kepala tertunduk dan Kumala berdiri di belakangnya. Mereka datang membawa keluhan dan rasa malu. Saat pintu terbuka, Darma terkejut dengan tamu yang datang. Dan dia juga heran karena dua orang ini bisa masuk. Dan yang membuatnya tercengang dan merinding adalah seorang gadis yang familiar berdiri dengan kepala tertunduk dalam keadaan, wajah dan tubuh penuh lebam. Pakaian yang dia kenakan juga sangat sederhana. "Dewata!" g

  • Keris Darah Candramaya   142. Pesan Rahasia

    "Ada hal penting, Kang Mas?" tanya Asri Kemuning. Wanita itu merasa khawatir setelah melihat perubahan wajah suaminya. Merasa tidak puas dengan jawaban Ayahnya, Indrayana menggunakan kekuatan Batu Merah Delima yang ada di keningnya. Pesan itu berisi 'Pangeran Narendra telah menganiaya seorang gadis bernama Kumala. Gadis itu sudah berhasil selamat.' Setelah membaca pesan itu, Indrayana cukup kaget. Apa Kumala yang ada di surat itu adalah Kumala yang dia kenal atau orang lain. Entahlah! Tapi yang pasti adalah tugas dari Respati adalah menjadi mata-mata. Indrayana melirik Candramaya, dia membelai wajah dingin istrinya lalu bertanya, "Kamu bosan ya?" Candramaya hanya mengangguk lalu berbisik, "Bawa aku dari sini." Indrayana menyeringai lalu berkata, "Romo ... Ibu ... Aku akan membawa istriku jalan-jalan." "Baiklah ... " ujar Asri Kemuning. "Candramaya izin keluar dulu," ujarnya dengan canggung. Asri Kemuning dan Arya Balaaditya mengangguk. Setelah memastikan putra dan menantunya

  • Keris Darah Candramaya   141. Rumor itu seperti Bola Api

    "Oh maaf ... Kisanak! Silahkan lanjutkan," ujar pria yang menyela dengan canggung. Kebo Ireng melanjutkan ceritanya dengan wajah yang tegang dan serius, "Untungnya tidak ada korban, kebetulan bukit itu tidak pernah di jamah oleh orang. Jika saja tidak terjadi longsor, pasti jasad-jasad itu tidak akan pernah ditemukan." Seno Aji ikut menimpali, "Jasad-jasad itu dikumpulkan dan kebetulan ada jasad yang masih baru. Jasad gadis itu dalam keadaan tanpa busana, tubuh dan wajahnya penuh memar. Bahkan di area kemaluannya penuh darah. Sepertinya selain dianiaya, gadis itu juga di lecehkan. Karena penasaran kami datang dan melihat proses pemakaman masal itu. Dan mulai detik itu, aku selalu mual saat makan. Benar-benar mengenaskan, aromanya sangat busuk dan menusuk hidung. Hoek!" Seseorang di belakang tubuh Seno Aji memijit lehernya. Seno Aji kali ini benar-benar muntah, semua isi perutnya keluar. Pria itu tampak lemas dan pucat. Pemilik warung dengan sigap menyodorkan minuman, "Ini minum lag

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status