Home / Historical / Keris Darah Candramaya / 7. Ajian Malik Rupa

Share

7. Ajian Malik Rupa

last update Last Updated: 2024-07-17 21:02:07

Klekkk!!

Wanita muda itu bergegas naik ke atas ranjang dan bersembunyi di balik selimut berbahan kain sutra.

Terdengar langkah kaki yang perlahan mendekat.

"Kamu tidur, Ratih?" Suara yang familiar berhasil membuat wanita itu hampir terkena serangan jantung.

"Gawat! Romo Prabu!" Batin wanita muda itu. Wajahnya pucat, hatinya berdebar kencang hingga dia memutuskan untuk menggunakan Ajian Malik Rupa.

Adi Wijaya duduk di sisi ranjang. Lalu menyibak selimut yang menutupi tubuh seseorang. Wajah senjanya terlihat muram, saat melihat seorang wanita berusia 55 tahun yang sedang menangis dalam diam.

Wanita muda itu merubah wujudnya menjadi Dewi Kamaratih dan berpura-pura sedang menangis.

"Kamu menangis?" Tanya Adi Wijaya, tatapannya terlihat malas.

"Hiks! Ini salah paham, kang mas? Menantu kita adalah seorang putra Resi, dia berbudi luhur dan bijaksana. Kangmas tidak kasihan dengan putri dan cucu kita?" Rintih Kamaratih palsu. Dia turun dari ranjang sambil menangis pilu lalu duduk di atas karpet bulu sambil memeluk kaki Adi Wijaya yang duduk di sisi ranjang.

"Kang mas ...kasihan putri dan cucu kita?" Wajah wanita itu mendongak, menatap Adi Wijaya yang terlihat gusar.

Sorot mata Adi Wijaya terlihat menyesal. Dia baru ingat putrinya sakit dan cucunya masih kecil. Tapi dia juga takut kehilangan tahtanya.

"Aku ini seorang raja, sabdaku adalah perintah!"

"Selain seorang Raja, kamu juga seorang Ayah!" Kamaratih menyela.

"Sudahlah! Aku tidak mungkin menjilat ludahku sendiri. Lagian anak itu mengakuinya," ujar Adi Wijaya, berdalih.

Karena tidak tahan mendengar tangisan Kamaratih, dia memilih keluar kamar dan mengabaikan istri pertamanya yang terus menangis seperti orang gila.

Tidak lama kemudian, Dewi Puspita Sari yang dari tadi di balik pintu kamar dan bersembunyi berjalan mendekat, langkahnya begitu anggun dengan wajah berseri dan senyum menghiasi bibirnya.

Matanya berbinar, saat melihat Kamaratih yang terduduk di lantai sedang menangis pilu, terlihat kacau dan menyedihkan.

Kamaratih palsu mendongak, "Ibu mertua!" Batinnya.

"Aku akan membantu membujuk Kanda Prabu, Yunda. Tapi?" Kata Puspita Sari, sudah berdiri angkuh di depan Kamaratih.

"Tapi apa, Sari?" Tanya Kamaratih palsu, suaranya parau dan serak.

"Yunda ...harus angkat kaki dari istana ini!" Jawab Puspita Sari, duduk di sisi ranjang matanya memandang kamar utama yang begitu besar dan megah. Tangannya mengelus permukaan ranjang.

Dia menginginkan kamar megah itu.

Sang Prabu sangat suka berada di kamar ini, dia ingin apapun milik Kamaratih. Dia ingin segalanya. Senyumnya mengembang, dia sangat bahagia.

Alis Kamaratih palsu terangkat sebelah, "Jadi ini tujuan Ibu mertuaku yang licik ini."

"Kenapa?" Tanya Kamaratih palsu.

"Karna aku membencimu Yunda! Pergilah ke gunung atau kemanapun jauh dari semua milikku! Bila perlu bertapa sampai mati!" Sarkas Puspita Sari.

Lalu dengan sikap tidak tau diri dia berkata, "Dan aku pastikan menantumu akan tetap hidup!"

Hari ini tidak akan terulang lagi, Wanita serakah itu pasti manfaatkannya sebaik mungkin.

"Baiklah ...tepati janjimu dan aku akan menepati janjiku!" Kata Kamaratih, mengigit bibirnya yang bergetar, air matanya luruh membasahi pipinya yang keriput.

Wanita muda itu bukan cuma pandai mengubah wujudnya dengan sempurna, dia juga mampu berakting layaknya Kamaratih.

Puspita Sari tertipu.

Wanita yang bernama Damayanti Citra berpikir akan lebih menyenangkan jika dia memberi mertuanya pelajaran. Sekaligus memperburuk hubungan dua istri Adi Wijaya.

Ini pasti seru!

"Dasar lemah!" Ejek Puspita Sari, telunjuknya mendorong pundak Kamaratih lalu bangkit.

Saat akan melangkahkan kakinya untuk pergi, Puspita Sari mendengar hal yang membuat hatinya terasa terbakar.

Wanita tidak tau diri! Menjijikan! Dasar lintah!" Ujar Kamaratih lirih.

Wanita berusia 50 tahun itu menoleh. Jelas saja dia mendengar ejekan dan hinaan Kamaratih. "Yunda bilang apa?" Tanya Puspita Sari.

"Kamu ...wanita tidak tau diri! Menjijikan! Dasar lintah!" Ujar Kamaratih palsu, sedikit memekik dengan nada mencibir.

Kamaratih palsu mendongak, sorot matanya tampak berbeda dengan sudut bibir terangkat. "Dulu kamu berpura-pura lugu dan sekarang kamu berpura-pura tuli, hah?"

"Kamu masih bisa angkuh, Kamaratih" Puspita Sari menggeram lirih, tatapannya tajam. Puspita Sari berdiri angkuh dengan kedua tangan di lipat di dada.

Dia benar-benar tidak menyangka wanita selembut Kamaratih bisa berkata sekasar itu.

Tatapan Kamaratih sangat berbeda, sorot matanya tajam dan mengintimidasi. Tidak seperti biasanya, lembut dan hangat.

Kamaratih palsu bangkit dan wajahnya terlihat dingin. Dengan nada memprovokasi dia berkata, "Kamu hanya gadis miskin yang aku pungut dari jalanan. Dan sekarang kau berlagak jadi ratu negeri ini. Apa Kau sedang bermimpii?"

Kamaratih berjalan mendekati Puspita Sari yang memucat dan tanpa sadar lipatan tangannya terlepas. Dia meremas pundak Puspita Sari cukup keras. Rasanya seperti remuk.

''Kau kira aku tidak tau dengan tingkah binalmu dalam merayu Adi Wijaya. Kau seperti lintah yang suka menghisap darah. Dasar jalang!" Kamaratih berkata sarkas, bahkan dia tidak segan-segan mengungkit dari mana Puspita Sari berasal.

Hal yang paling dia benci adalah asal-usulnya. Walaupun itu sudah menjadi rahasia umum di Harsa Loka.

Puspita Sari menggigit bibir bawahnya, tenggorokannya terasa tercekik. Nafasnya tak beraturan menahan amarah, terlihat dari matanya yang membulat sempurna dengan bola mata memerah dan berair.

"Aku tidak perduli Kamaratih! Tapi yang jelas aku pasti akan mengusirmu dari negeri ini!" Kata Puspita Sari.

Tekadnya bulat.

Puspita Sari benar-benar telah membuka topengnya selama ini. dengan sikapnya yang tidak tau diri. Dia menghempas tangan kamaratih yang mencengkram bahunya, lalu memilih pergi dengan dada yang terasa sesak dan panas.

Jika ada kesempatan Puspita Sari ingin sekali menguliti wanita paruh baya itu.

"Cih!" Kamaratih palsu berdecih menatap Puspita Sari yang pergi. Dia berhasil melukai wanita tidak tau diri itu dengan cakar tajam yang dia sembunyikan selama ini.

Kamaratih palsu menatap cermin lalu menghapus air matanya, wujudnya kembali seperti sedia kala.

Wanita itu mengeluarkan stempel kerajaan yang dia curi.

"Humm ...ada yang harus aku lakukan. Yah! Kedua dayang itu," ucapnya lirih, dengan senyum menyeringai.

Related chapters

  • Keris Darah Candramaya   8. Surat Yang Di Tukar

    Puspita Sari pergi meninggalkan Kamaratih dengan kesal. Kebenciannya bertambah sampai mendarah daging bahkan sampai ke tulang sumsum. Tujuannya sekarang adalah menuju kamar pribadi Adi Wijaya untuk melancarkan rencananya. Wanita yang selalu mengenakan kain terbaik di negeri Harsa Loka, untuk menutupi tubuhnya yang ramping. Rambut berubannya tersanggul rapih dengan hiasan rambut yang terbuat dari emas. Membuatnya terlihat cantik dan muda, untuk usianya yang sudah setengah abad.Puspita Sari berjalan sambil bersenandung lirih, untuk mengembalikan suasana hatinya yang di rusak oleh Kamaratih."Wanita itu tak selugu yang aku kira, aku benar-benar tertipu. Sial!!!" Batin Puspita Sari, mengepalkan tangan cukup kuat, nafasnya masih terasa sesak seiring amarah yang masih belum meredam.Walaupun Kamaratih adalah orang yang telah membawanya dan adiknya dari jalanan. Tapi memang hatinya yang hitam, bukannya membalas budi dan bersikap baik. Dia justru berusaha merebut apa yang Kamaratih miliki.

    Last Updated : 2024-07-18
  • Keris Darah Candramaya   9. Kambing Hitam

    "Jadi kamu menuduhku berbohong! Bukankah kamu juga membacanya sebelum keluar dari kamar ini, karna aku meminta kamu memberi saran pada tulisanku!""Bukan itu maksud Ananda. Tapi, saat Ananda akan memberikan surat itu. Ananda mendengar Kanjeng Ibu berteriak dari kamar Kemuning, Romo," ujar Arya Baladitya. Pemuda itu berusaha keras menjelaskan.Di mata pemuda itu hanya ada kejujuran. Adi Wijaya tidak buta. Dia melihatnya.Menantunya selalu jujur dan tidak pernah mengecewakannya. Dan ini untuk pertama kalinya."Jadi surat itu Ananda letakan di atas nakas dan bergegas membantu Asri kemuning yang sedang pingsan. Di ruang itu ada Ibu Kamaratih, Dewi Damayanti Citra dan dua dayang, Romo.""Kamu teledor bodoh! Bawa mereka berempat kemari!" Titah Adi wijaya dengan rahang yang mengatup, terduduk di sisi ranjang sambil memijit pelipisnya dengan kasar.Beberapa saat kemudian.Dua Prajurit kembali ke kamar Adi wijaya, dengan nafas yang tersengal lalu bersimpuh. "Gusti, kedua dayang istana yang ber

    Last Updated : 2024-07-18
  • Keris Darah Candramaya   10. Kemarahan Kamaratih

    Air mata Asri Kemuning tumpah, menangis pilu di pelukan sang suami, "Takdir macam apa ini!" Batinnya. Hati Kamaratih terasa tercabik-cabik dan sesak. Setelah kekacauan di rapat pagi itu. Dia selalu menemani putrinya. Dia juga menceritakan segalanya mengenai apa yang sedang terjadi. Asri Kemuning tidak terima, hingga akhirnya memutuskan untuk tetap membela suaminya. Walaupun dia harus menjadi anak pembangkang. Tubuh lemahnya keluar dari pelukan sang suami. Dia berjalan menghampiri Ayahnya. "Romo ...tidak adil!" Suara lirih dan lemah Asri Kemuning terdengar. Tatapan Adi Wijaya begitu dingin, telinganya terasa sakit. Sejak kapan putrinya berani melawannya. Apa karena seorang pria? "Kamu bilang apa!" Adi Wijaya membentak putri kandungnya untuk pertama kali. Hampir membuat nyali Asri Kemuning menciut. Namun dengan sorot mata yang penuh tekad dan keberanian dari seorang putri Harsa Loka. Dia berkata dengan lantang, "Romo tidak adil kepadaku. Teganya Romo menghancurkan kebahagiaan putr

    Last Updated : 2024-07-18
  • Keris Darah Candramaya   11. Buah Si Malakama

    Arya Balaaditya menoleh dan tubuhnya terasa membeku, tatapannya lurus menatap lengan istrinya yang di cengkeram oleh Ayah mertuanya. Otaknya seperti mati rasa, dia benar-benar tidak bisa berpikir.Kamaratih merasakan firasat buruk, " jangan-jangan?" Batinnya.Memang siapa yang lebih mengenal tua bangka itu jika bukan istrinya.Senyum licik menghiasi wajah Adi Wijaya. Dengan suara rendah, tua bangka itu berkata, "Putramu atau Putriku? Pilih salah satu!"Deg!Pilihan macam apa ini. Bukankah ini seperti buah si malakama.Seisi ruangan pun terdiam.Jantung Asri Kemuning berdebar kencang, matanya mengerjab-erjam saat melihat tangannya. Dengan ragu dia bertanya, "Romo ...jangan bercanda?"Dengan tawa meledek, Adi Wijaya menunjuk wajahnya seraya berkata, " Apa aku terlihat sedang bercanda? Hah! Kamu tidak tulikan, Nak?"Rupanya, Adi Wijaya butuh tameng agar di masa depan Arya Balaaditya tidak akan membalas dendam atas ketidakadilan yang menimpanya sekarang. Bukankah orang jahat terlahir dar

    Last Updated : 2024-07-20
  • Keris Darah Candramaya   12. Pertemuan

    Candramaya kecil menghentikan tangisannya, dia diam dan tidak bergerak. Seiring dengan suara auman yang semakin dekat serta suara rumput kering yang terinjak. Gadis itu mengingat sesuatu, dia meninggalkan kerisnya. Sekarang dia pasti akan menjadi makanan harimau itu. Tanpa pikir panjang dia berlari kembali, Karena rasa takut yang menyerang dia tersandung batu terjal, ibu jari kakinya berdarah. Tubuh kecilnya tersungkur mengenaskan di atas tanah yang dingin. "Tooloooongggg!" Gadis itu berteriak, suaranya menggema. Gadis itu meringis, tubuhnya semakin bergetar ketakutan. Mata harimau itu menyala bagaikan api di tengah malam, yang akan membakar apa saja yang dia pandang. Candramaya hanya menangis melihat harimau besar itu berjalan mendekatinya secara perlahan. Hingga samar-samar dari kejauhan ada suara kaki kuda yang mendekat. Gadis itu menoleh, tampak seorang pria dewasa menaiki kuda dengan gagah. Kudanya melaju tapi kedua tangannya memegang busur panah dan melepaskan anak pa

    Last Updated : 2024-07-21
  • Keris Darah Candramaya   13. Pemuda Itu Sedang Mabuk

    Adi Wijaya mengamati respon setiap orang. Dia yakin rencananya kali ini akan berjalan dengan lancar.Selain keadilan, mereka juga suka dengan harta kekayaan. Itu yang terlintas dalam benak orang serakah itu. Dia pikir semua orang sama sepertinya.Penantian sepanjang malam ini sangat mengecewakan. Wajah Wismaya terlihat dingin kedua tangannya terkepal kuat di sisi tubuhnya, dia menyadari ada permainan besar di balik semua ini. Semua terlihat rapih dan terencana. Mungkin rakyat Harsa Loka akan melupakan tragedi ini hanya dalam beberapa hari. Tapi tidak dengannya, begitu juga Candramaya. Gadis itu, menarik tangan Pamannya.Wismaya melirik lalu berjongkok membelai surai keponakannya dengan lembut, "Ayo kita pulang, Nak?"Gadis itu menggeleng dan bertanya dengan dingin, "Apa mereka akan di hukum?"Dahi Wismaya berkerut, dia bingung bagaimana menjelaskan masalah ini kepada seorang anak kecil. Jadi dengan tersenyum tipis Wismaya menjawab, "Mereka akan di hukum, Dewata." Mata gadis itu sem

    Last Updated : 2024-07-22
  • Keris Darah Candramaya   14. Putri Tanjung Kidul

    "Jangan ikuti aku!" Gadis itu berjalan tanpa menghiraukan sepupunya. Danumaya hanya terdiam, melihat Candramaya yang mulai menjauh dengan tatapan setajam pisau. "Jika sudah pergi jangan kembali lagi!" Dia berniat untuk menghiraukannya dan bersikap kejam. Tapi mau gimana lagi, bukankah dia sangat terobsesi dengan saudaranya sendiri. Bagaimana tidak? Candramaya adalah gadis yang sangat menawan. Dia seperti bunga cosmos di tengah sabana, cantik, anggun dan rapuh. Bibirnya merah bagai kelopak bunga mawar, kulitnya putih langsat. Kecantikan khas wanita jawa. Dan seperti namanya, dia bersinar bagai bulan purnama. Kecantikannya tersohor di Kadipaten Waringin sampai Harsa Loka dan sekitarnya. Bahkan Putra Mahkota Adhinata sering mengirim hadiah namun selalu di abaikan. Candramaya keluar dari gapura kadipaten Waringin. Tidak ada pengawal yang menghalangi, karna menggunakan kekuatan dari keris saktinya yang dia genggam, membuatnya tak terlihat. Ini seperti Ajian Halimun! K

    Last Updated : 2024-07-23
  • Keris Darah Candramaya   15.Candramaya Dan Kerisnya, Kini Menyatu!

    Danumaya kaget dan sontak berdiri, dia mendengar teriakan Candramaya. Tadi dia berhenti saat melihat Candramaya sedang diam berdiri. Dia memilih duduk dan bersandar di pohon karena terlalu mabuk, dia ketiduran. Walaupun kepalanya sangat sakit, dia berlari dengan gontai. Dia takut terjadi sesuatu dengan gadis itu, "Tunggu, Kakang!" Saat melihat sosok itu lari ketakutan ke arahnya. Cukup membuat Danumaya merasa lega, gadis itu baik-baik saja. Mungkin dia melihat hantu. Jadi Danumaya berhenti berlari. Lagian dia sedang mabuk. Jadi apa bedanya berlari dan berjalan, sama-sama pelan. Sambil mengatur nafasnya yang terengah dia berjalan pelan dengan sempoyongan. Dengan percaya diri dan tersenyum lebar, dia merentangkan kedua tangannya. Di sudah siap memeluk gadis itu. Di sisi lain. Jleb!! "Akhhh!" Candramaya jatuh tersungkur ke tanah, saat keris itu berhasil menembus masuk lewat punggungnya. Badannya terasa panas dan dingin secara bersamaan, ini pertama kalinya keris itu masuk ke

    Last Updated : 2024-07-23

Latest chapter

  • Keris Darah Candramaya   129. Pesan Singkat Seorang Saka

    Wanita lemah lembut itu menatap ke arah Kumala yang sedang berdiri sambil berkacak pinggang, matanya berkilat dengan amarah. "Pantas putraku tidak menyukaimu! Selain kasar, kamu juga tidak tahu malu. Bagaimana bisa kamu berteriak dan mengumpat di depan orang tua. Apa kamu tidak tahu adab dan sopan santun?"Kumala merasa malu, pipinya memerah dan wajahnya tertunduk. Dia kembali duduk dan berkata lirih tanpa berani menatap mata Asri Kemuning, "Maaf, Tuan Putri."Suasana menjadi hening, semua orang tertunduk dan kembali melanjutkan makannya. Berbeda dengan Candramaya yang terang-terangan menatap wajah Ibu Mertuanya. Dia merasa kagum terhadap wanita yang begitu lembut namun sangat tegas.Dia jadi teringat dengan ibunya, mereka sangat mirip.Merasa sedang diamati, Asri Kemuning ikut menatap Candramaya. Mereka saling memandang untuk beberapa detik. Hingga tatapan itu berubah menjadi tatapan canggung. Wajah Candramaya yang dingin melembut, dia tersenyum tipis. Asri Kemuning juga ikut tersen

  • Keris Darah Candramaya   128. Tamu Tak Di Undang

    Kesedihan meliputi semua orang, gadis ceria seperti Cempaka sekarang hancur karena kematian orang yang dia Cintai. Cempaka terus menangis di atas jasad Saka, cinta pertama dan mungkin cinta terakhirnya.Sebuah tangan terulur dan menyentuh pundak Cempaka yang bergetar, "Lepaskan dia, biarkan dia beristirahat dengan tenang."Cempaka mendongak dan membiarkan Indrayana dan Baladewa mengangkat jasad Saka. Cempaka memeluk tubuh Candramaya dan menangis di pelukannya."Menangislah Cempaka! Itu akan membuatmu semakin lebih baik," ucap Candramaya dengan penuh kasih sayang."Terima kasih, Adik," ujar Cempaka dengan suara parau.Memang benar kata pepatah, 'Hanya wanita yang bisa mengerti wanita.'Asri Kemuning sangat tersentuh, dia tidak menyangka gadis dengan wajah dingin itu sangat begitu lembut dan dewasa. "Mungkin ini alasan Indrayana berselingkuh dengannya. Tapi alangkah baiknya jika aku memastikannya lebih dulu," batinnya.Setelah semua mayat di kebumikan termasuk Saka. Cempaka berdiri di

  • Keris Darah Candramaya   127. Tekad Saka

    "Sebentar Romo," Candramaya berlari dan mengambil air dalam sebuah kendi besar. Ada gayung yang terbuat dari cangkang kelapa. "Ini Romo, basuh mata Romo," ujar Candramaya.Arya Balaaditya membasuh matanya, perlahan matanya terasa lebih baik dan pandangannya kembali membaik."Siapa gadis itu?" tanya Asri Kemuning. Dia tersenyum melihat perlakuan manis gadis itu. Dia kira gadis itu sangat kejam, terlihat dari wajahnya yang dingin dan galak. Apalagi saat gadis itu membunuh satu persatu para pemanah dengan keji dan sadis. Seperti pembunuh berdarah dingin.Asri Kemuning mulai semakin meragukan kata-kata Kumala.Indrayana sedang bertarung dengan Saka. Dia menyerang dengan membabi buta, Marah karena orang itu berani melukai ayahnya.Kumala semakin terdesak, dia kira Candramaya tidak ikut. Dengan begitu dia bisa membujuk Asri Kemuning untuk membujuk Putra dan suaminya.Beraninya Paman melukai Romoku!" teriak Indrayana dengan marah. Karena dia mulai kewalahan jadi Indrayana menarik cemetinya.

  • Keris Darah Candramaya   126. Pertumpahan Darah

    "Kang Mas!!" Asri Kemuning bangkit. Rasa lega dan bahagia bercampur membuatnya semakin terharu. Air mata kebahagian mengalir dari matanya yang indah. Dia hendak pergi menuju sumber suara, namun sayang Saka menghalanginya. Wajah pria itu terlihat semakin dingin, dia bahkan memberi isyarat agar Asri Kemuning kembali duduk dengan tenang.Suara riuh itu semakin kencang dan semakin mendekat. Mata Asri Kemuning semakin liar, bergerak-gerak mencari sosok yang dia kenal.Tangan Kumala bergetar, dia sedikit panik kalau kebohongannya akan terbongkar. Tapi dalam sekejab dia berusaha mengendalikan emosinya dan bersikap wajar. Asalkan mendapatkan dukungan Ibu dan Kakek Indrayana, pemuda itu pasti akan patuh.Arya Baladitya dan pasukannya yang dipimpin oleh Baladewa telah sampai di pulau Wijaya Kusuma. Indrayana, Candramaya, Cempaka dan Danumaya juga ikut bersama mereka.Perasaan Arya Balaaditya berkecambuk. Kerinduannya semakin besar dan tak terkendali lagi. Rasa ingin bertemu semakin menggebu-geb

  • Keris Darah Candramaya   125. Pulau Wijaya Kusuma

    Saat pintu terbuka mata Saka terbelaklak, dia tercengang bukan main. Bukan karena terpesona melainkan kaget dengan dandanan Kumala yang begitu mewah dan terkesan norak. Dia memakai kain sutra terbaik dan rambutnya terlihat begitu berat dan ramai dengan banyak hiasan yang terbuat dari emas. Begitu juga dengan riasannya yang begitu tebal. Dan perhiasan emas yang dia kenakan."Apa gadis ini benar-benar waras," batin Saka. Pria yang biasa selalu acuh dengan sekitar dan sibuk dengan dunianya kini teralihkan.Pemandangan itu benar-benar membuat matanya sakit."Aku sudah selesai," ujar Kumala, dia mengangkat dagunya dan berjalan lebih dulu.Ketakutan Saka saat ini bukanlah pertempuran yang mengancam hidupnya. Dia lebih takut jika perahu yang nanti mereka tumpangi terbalik dan Kumala akan tenggelam ke dasar laut akibat tubuhnya yang terlalu berat karna emas-emas yang dia kenakan.Saka naik ke atas kuda, sedangkan Kumala hanya berdiri dengan wajah masam. Gadis itu mulai bertingkah, " Apakah k

  • Keris Darah Candramaya   124. Menjemput Tamu

    Pupil mata Adi Wijaya melebar, namun dengan cepat Adi Wijaya menutupi rasa keterkejutannya dengan tertawa, "Kamu cucu menantuku rupanya. Siapa orang tuamu?""Hamba anak yatim piatu. Hamba sebatang kara, maka dari itu hamba mohon keadilan dari Gusti Prabu. Hanya Kang Mas Indrayana yang hamba miliki di dunia ini, hiks ... " Kumala menangis dengan pilu. Kebohongannya semakin menjadi-jadi.Akting Kumala memang hebat, hanya saja Adi Wijaya tidak peduli. Dia juga tidak suka cucunya menikah dengan gadis yang tidak jelas asal-usulnya. Adi Wijaya memijit keningnya, bagaimana bisa cucunya menikahi sembarang gadis. Dan lebih parahnya, dia juga menjalin hubungan dengan putri Damarjati. Bagaimanapun Indrayana adalah cucunya. Dia membenci Arya Balaaditya tapi tidak dengan cucunya. Darahnya mengalir di dalam tubuh anak itu.Adi Wijaya menghela nafas dan mencoba menahan diri untuk mendapatkan simpati gadis itu. Tujuannya adalah mendapatkan banyak informasi tentang Arya Balaaditya dari gadis itu. "Apa

  • Keris Darah Candramaya   123. Kebohongan Kumala

    Pengawal yang berjaga membuka pintu, mereka berdua tampak marah jadi berbicara dengan keras karena suara mereka teredam oleh suara air hujan. Tentu saja kedua pengawal itu tidak akan memberi izin, "Jangan lancang! Kenapa terus berteriak?""Aku ingin menyampaikan sesuatu! Tolong antarkan aku menghadap Gusti Prabu. Aku tahu di mana Arya Balaaditya berada," Kumala membungkuk dan menyatukan tangannya. Wajahnya pucat dan tubuhnya menggigil.Dua pengawal itu tentu tidak percaya begitu saja. Mana mungkin buronan seperti Arya Balaaditya yang sudah hampir 15 tahun menghilang bagaikan di telan bumi itu kembali. "Jika kamu ingin mengeluh, datang besok saat ada pertemuan di balai istana. Gusti Prabu sedang istirahat," ujar salah satu pengawal."Tidak! Ini sangat penting. Ini masalah Arya Balaaditya. Aku harus bertemu sekarang," ujar Kumala dengan gigi gemeletuk karena kedinginan. Mereka telah menghinanya jadi sekarang mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan harus lebih kejam. Dua

  • Keris Darah Candramaya   122. Ancaman Kumala

    Arya Baladitya memerintahkan tugas mereka masing-masing. " Darma dan Ki Sentot kalian datanglah ke ibukota Harsa Loka, sebarkan kabar tentang pelaku yang suka menculik para gadis telah kembali. Buat agar sedramatis mungkin. Karena dengan begitu, berita itu akan menyebar luas dengan sendirinya ke segala penjuru wilayah Harsa Loka. Kita akan memanfaatkan ketakutan rakyat untuk mengusik ketenangan Adi Wijaya." "Baik ... akan kami lakukan, Ketua," ujar Darma dan Ki Sentot. "Dan sekarang sudah saatnya aku menunjukan diriku," Arya Balaaditya menjeda ucapannya. Tatapannya menjadi tajam dan penuh keyakinan. Lalu setelahnya tatapan pria itu beralih kearah keempat para punggawa Harsa Loka. "Dan kalian berempat, gunakan surat perintah dari Adi Wijaya untuk mengejarku," ujar Arya Balaaditya. Pria itu tersenyum penuh arti. Sedangkan Wismaya dan teman-temannya juga ikut tersenyum. Mereka akan mulai bersandiwara dengan seolah-olah mengejar Arya Balaaditya dan membuat pelaku sesungguhnya terkec

  • Keris Darah Candramaya   121. Raja Yang Ideal

    Wajah Arya Balaaditya tampak dingin dan acuh, "Jangan mengancamku, Paman!"Bima Reksa tetap kekeh, "Arya Balaaditya, semua akan sulit tanpa bantuanku." Arya Balaaditya menghela nafas, dimatanya terlihat rasa kekecewaan yang begitu besar. "Paman ... semua yang ada di sini mempunyai tujuannya masing-masing. Wismaya dan ketiga temannya ingin keadilan untuk mendiang keluarga mereka. Candramaya ingin keadilan untuk orang tuanya. Indrayana ingin mendapatkan kembali haknya. Dan aku ingin membersihkan namaku. Dan Paman juga kan. Kita punya musuh yang sama. Kita punya keinginan yang sama. Lalu kenapa hanya Paman yang meminta syarat!"Bisa di bilang orang-orang itu terjadlin ikatan kaena takdir mereka saling berkaitan. Bima Reksa terdiam sejenak, dia menunduk dan hatinya mulai goyah. Dia merasa, dia adalah orang yang sangat egosi. Dia berkata lirih karena malu, "Aku hanya ingin menjamin hidup cucuku."Arya Balaaditya akhirnya duduk, dia mengesap tehnya. "Darma ... tolong ambil kembali gulunga

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status