Dypta membuka pintu ruangan Jeff lalu masuk ke dalamnya. Pria itu menyunggingkan senyum lebar melihat keponakannya datang.“Duduk, Dyp.”Dypta menjatuhkan tubuhnya di kursi di hadapan Jeff. Suasana hati Jeff hari ini tampaknya sedang baik. Itu terlihat dari wajahnya yang cerah.“Aku nggak mengganggu kan, Om?” Itu kalimat pertama yang keluar dari mulut Dypta setelah memindai setiap sudut ruangan tempatnya berada sekarang.“Sejak kapan kedatanganmu jadi mengganggu? Om malah senang. Tapi Om akan lebih senang lagi kalau kamu bekerja di sini.””Bisa, Om. Aku akan kerja dengan Om tapi bukan di sini.”Keheranan yang menyapanya membut Jeff membetulkan posisi duduknya. “Maksudmu apa?””Kalau Om izinkan aku ingin kerja jadi supir pribadi Tante Audry.”Jeff terheran-heran mendengar perkataan ponakannya. Kenapa harus jadi supir di saat dia bisa mendapat penawaran yang jauh lebih baik?“Aku cuma kasihan sama Tante Audry ke mana-mana sendiri. Apa Om nggak khawatir? Apalagi sekarang tingkat kriminal
Dalam hitungan menit Dypta tertidur di pangkuan Audry. Tampaknya pria itu benar-benar mengantuk. Bagaimana tidak. Dypta hanya tidur beberapa jam setelah pulang kerja pukul tiga malam. Lalu paginya harus bangun lagi.Audry memejamkan mata ketika tiba-tiba bayangan Jeff berkelabat yang membuatnya bergidik. Apa jadinya kalau Jeff tahu semua pengkhianatannya dengan Dypta?Audry menggelengkan kepala kuat-kuat. Menolak pemikirannya sendiri. Ini bukan pengkhianatan. Ia sama sekali tidak berkhianat dengan Dypta. Yang mereka lakukan adalah …Huffftt … Perempuan itu mengembuskan napas. Bahkan ia tidak tahu menamakan apa hubungannya dengan laki-laki itu.Ini bukan pengkhianatan atau perselingkuhan. Audry hanya sedang menikmati kebahagiaan yang tidak ia dapatkan dari suaminya. Kebahagiaan yang hanya ditemukannya pada diri Dypta.Tanpa terasa sudah hampir dua jam berlalu. Melihat muka Dypta yang tampak pulas dalam tidurnya membuat Audry tidak tega untuk membangunkan. Namun ia harus melakukannya.
Sudah sejak tadi Inggrid berada di toilet dan terpaku menyaksikan pemandangan di hadapannya. Ia sangat terkejut dan tidak mengira akan menyaksikan dengan matanya sendiri pemandangan yang sama sekali tidak pernah melintas dalam pikirannya.Tadi, Inggrid sengaja mendatangi toilet untuk mengantar ponsel Audry yang berbunyi. Jeff menelepon dan tampaknya tidak akan berhenti sebelum seseorang menjawab panggilan darinya.”Sorry, Ry, gue nggak sengaja. Tadi handphone lo bunyi, dari Jeff.” Inggrid memberikan ponsel Audry.Perempuan itu menerimanya dengan tangan kaku. “Thanks, Rid.”Inggrid tersenyum kecut dan segera keluar dari toilet meninggalkan keduanya.Tanpa berkata apa-apa pada Dypta, Audry juga keluar dari toilet dan bergegas menyusul Inggrid setelah menerima telepon dari Jeff. Inggrid sudah duduk di tempatnya tadi ketika Audry bertemu dengannya. Perempuan itu bersikap seolah tidak terjadi apa-apa. Dia tidak membahasnya dan hanya tersenyum sekilas saat melihat Audry muncul.“Rid,” pang
Perempuan itu masih memeluk Dypta, bahkan dekapannya terasa semakin erat. Sedangkan Dypta masih berdiri membelakangi perempuan itu.“Dypta …,” panggil perempuan itu dengan suara yang terdengar bagai desahan.Pelan-pelan Dypta memutar tubuhnya sambil menepis tangan perempuan itu. Benar dugaannya. Ternyata dia yang datang. Inggrid.“Ngapain kamu, Rid?” Nada tidak suka tertangkap dengan jelas dalam suara Dypta.”Kamu kok ngomongnya gitu sama aku?” Inggrid memberengut.“Aku tanya, kamu sedang apa di sini?” ulang Dypta dengan lebih formal.“Aku lagi kangen kamu aja, makanya datang ke sini.” Inggrid mencoba memeluk Dypta sekali lagi. Namun sebelum itu terjadi Dypta dengan cepat menahan tangan perempuan itu hingga menggantung di udara.“Pulang, Rid, aku lagi sibuk,” usir laki-laki itu terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya.Inggrid menatap laki-laki di hadapannya dengan tatapan sedih. Namun sepertinya laki-laki itu tidak menangkap kesedihan di wajahnya karena memalingkan muka ke arah l
Pukul satu malam Dypta sampai di apartemennya. Kali ini ia sengaja pulang lebih awal dari biasanya. Bukan apa-apa, setelah kedatangan Inggrid tadi otomatis membuat dirinya terguncang. Iya, terguncang. Kejadian itu sudah berlalu sekian tahun dan sudah ia kubur dalam-dalam karena hanya menyisakan rasa sakit. Tapi siapa sangka ada yang ingin menggali lagi kuburan lukanya.Ditinggal saat sedang sayang-sayangnya merupakan definisi dari seorang Dypta kala itu. Ia memang hancur, tapi untung saja tidak sampai terpuruk. Hanya saja pandangannya pada cinta jadi berubah drastis. Membuatnya memutuskan untuk tidak akan lagi mempercayai satu hal itu di dalam hidupnya.Dan Dypta juga sudah bertekad dan membuat perjanjian abadi dengan dirinya sendiri bahwa ia tidak akan pernah menyisakan sekeping pun hatinya untuk perempuan bernama Inggrid Nefertary. Kalau pun suatu saat harus mencinta, bukan Inggrid orangnya yang akan ia cintai.Setelah mengganti pakaian dengan baju harian, Dypta menjatuhkan dirinya
Pagi itu berlangsung seperti biasa.Jeff dengan sikap kaku dan dinginnya. Laki-laki itu tidak peduli apa yang telah dilakukan pada sang istri kemarin malam. Jeff tidak akan mengerti bagaimana menderitanya perempuan itu.Audry sedang melayani Jeff di meja makan ketika terdengar seruan Tania.“Mommy, Om Dypta sudah datang!”Perkataan Tania membuat darah Audry berdesir. Ekspresinya yang tegang sejak tadi berganti rileks mendengar nama laki-laki itu digaungkan. Sebelum Jeff menyadari perubahan wajahnya Audry kembali bersikap biasa.“Pi, boleh aku ajak Dypta sarapan bersama kita?” tanyanya hati-hati.Anggukan dari Jeff membuat Audry melangkahkan kaki ke ruang depan.Di sana ia menemukan Dypta sedang duduk sendiri. Pria itu tidak menyadari kehadiran Audry. Mungkin karena terlalu larut dalam lamunan.“Dyp …”Laki-laki itu refleks memandang pada Audry ketika mendengar suara perempuan itu dan tersenyum hangat. “Good morning, Angel,” sapanya lembut.Audry membalas sapaan Dypta dengan senyum mal
Audry mengerang pelan ketika Dypta membelai rongga mulutnya. Ini jelas bukan yang pertama. Akan tetapi sensasinya seperti first kiss.Audry ingat, dulu first kiss-nya direnggut paksa oleh Jeff dengan cara yang tidak menyenangkan. Membuatnya dihantui penyesalan tidak berujung. Bahkan laki-laki itu kerap membuat bibirnya bengkak. Sariawan pun sudah menjadi penyakit langganannya.Dypta melepaskan pagutan bibir hanya untuk mengetahui ekspresi perempuan yang terpenjara di bawah tubuhnya. Dan ketika mendapati tatapan penuh protes, laki-laki itu sontak tertawa.”Lagi, Dyp …” Suara Audry terdengar bagaikan seorang anak kecil yang merengek agar dibelikan mainan.”Lagi apa?” tatap Dypta mesra dengan suara yang lembut.“Kiss.”Mengemas tawanya, Dypta kembali menyatukan bibir mereka. Awalnya hanya di permukaan. Audry jadi tahu jika Dypta sangat suka menggigit bibir bawahnya, melepaskan, menggigitnya lagi, begitu berulang kali.Kecupan di permukaan bibir itu lamat-lamat menjadi lumatan penuh gaira
Audry tampak gugup. Terlebih ketika menyadari keadaannya yang berantakan setelah bercinta tadi.Rambut kusut, tidak mengenakan pakaian dalam serta kekalutan yang mungkin terlihat jelas di wajahnya.Audry berpikir cepat. Alasan apa yang harus ia sampaikan?“Rid, lo kok bisa di sini?” tanya Audry pada Inggrid, si tamu tak diundang. Sama seperti Audry, perempuan itu juga terkejut mengetahui sahabatnya ada di apartemen mantan kekasihnya.“Gue nggak sengaja lewat sini jadi sekalian mampir,” jawab Inggrid.Alasan Inggrid membuat Audry mengerutkan keningnya. Inggrid terkesan sudah mengenal dan akrab dengan Dypta sejak lama. “Mampir?” “Sorry, maksud gue, tadi ke sekolah Tania mau ketemu sama lo, tapi dia bilang mungkin lo lagi sama Dypta jadinya gue ke sini.”Perkataan sahabatnya membuat Audry bertambah bingung. Alasan yang terkesan mengada-ngada.“Kenapa nggak telfon gue aja, Rid, kalo mau ketemu? Terus lo tahu Dypta tinggal di sini dari mana?”Inggrid menggaruk leher belakang. Ia mulai keb