Irama napas keduanya saling berkejaran. Pagutan tubuh mereka semakin lekat.Air yang merendam tubuh Dypta dan Audry memang hangat, namun percintaan keduanya jauh lebih panas.Di saat Audry dan Dypta sama-sama larut dalam gelora, Jeff juga terbakar oleh kekhawatiran.Sudah sejak tadi Audry pergi dan hingga selarut ini masih belum kembali."Gimana, Dan?" tanyanya pada Dana begitu supirnya itu turun dari mobil. Tadi Jeff menyuruhnya mencari Audry."Bu Audry tidak ada, Pak, saya sudah cari ke mana-mana.""Kalau tidak ada kenapa pulang? Saya kan sudah bilang, jangan pulang tanpa majikan kamu!" bentak Jeff murka."Tapi, Pak, saya harus cari Bu Audry ke mana lagi?" tanya Dana kebingungan."Kalau saya tahu saya tidak akan menyuruh kamu!""Baik, Pak, saya akan cari lagi Bu Audry," ucap Dana pasrah. Jeff mengisap rokok sambil mondar-mandir di beranda. Ia tidak menduga kalau Audry benar-benar berani meninggalkan rumah.Jeff mengambil ponselnya lalu menghubungi Inggrid. Tapi tidak dijawab. Mungk
Itulah awal mula pertemuan Jeff dan Audry. Saat itu juga Jeff langsung menyukai Audry. Laki-laki itu jatuh cinta pada pandangan pertama pada wanita yang datang dari dunia lain kehidupannya.Selama ini Jeff yang gagah, kaya dan parlente selalu dikelilingi para wanita cantik, modis dan bependidikan tinggi. Begitu kontras dengan Audry yang baru pertama ini dilihatnya.“Bapakmu ada?” tanya Bayu pada Audry dengan gaya khas penagih utang.“Bapak sedang sakit, Pak.”Bayu jelas tidak percaya. Paling itu hanyalah akal-akalan saja. “Setiap ditagih ada saja alasannya. Panggilkan dia sekarang!”“Ba-baik, Pak,” jawab Audry terbata-bata mendengar suara keras Bayu membentaknya.Audry masuk ke dalam, lalu selang beberapa menit kemudian ia muncul dengan seorang pria dan wanita paruh baya. Pria itu terbatuk-batuk, napasnya sesak, begitu pun dengan bahunya yang naik turun.“Apa Bapak mencari saya?” tanya Harlan sambil terbatuk-batuk.“Tidak salah lagi. Aku ke sini menagih utangmu yang sudah menunggak b
Dypta mengajak Jeff duduk di kursi beranda.Jeff yang terlihat kacau membuat Dypta jadi bertanya di dalam hatinya, apa Jeff benar mengkhawatirkan Audry? "Gimana ceritanya Tante bisa pergi, Om?" Dypta mulai serius sambil memindai wajah Jeff. Kumis dan jenggot pria itu tampak kasar dan tumbuh tidak beraturan. Tampaknya Jeff belum bercukur. Kepergian Audry membuatnya kalang kabut.Jeff mengembuskan napas berat, lalu menjentikkan abu rokoknya ke asbak."Om dan tante bertengkar. Ya ... biasalah, yang namanya perempuan dikit-dikit ngambek," terang Jeff ringan seakan yang dilakukannya pada Audry bukanlah sesuatu yang besar."Aku ngerti maksud, Om. Tapi tante nggak akan pergi dari rumah kalau nggak ada yang membuatnya sakit.""Ya, Om yang salah. Kemarin Om menampar dia karena emosi." Jeff terpaksa mengaku karena menurutnya Dypta bisa dipercaya."Astaga, Om! Kenapa Om lakukan itu? Apa Om lupa kalau tante sedang mengandung? Perbuatan Om itu bisa membahayakan tante dan kandungannya," ucap Dypt
Audry terloncat dari tempat duduknya ketika mendengar suara pintu dibuka bersamaan dengan langkah kaki yang terdengar mendekat.Audry meremas ujung bajunya ketakutan. Sementara degupan di dadanya mulai tak terkendali. Ia sungguh sangat takut.“Jangan-jangan Jeff,” desisnya pelan sambil memejamkan mata.”Ry, kamu kenapa?”Suara itu terdengar lembut dan pelan. Bukan dalam dan berat. Membuat Audry kembali membuka mata.”Kamu, Dyp …,” gumamnya pelan. Merasa lega mengetahui jika yang datang adalah Dypta, bukan Jeff. Audry menjadi sangat paranoid. Ketakutan kalau Jeff akan menemukannya selalu menghantui. Bahkan hanya dengan mendengar pintu dibuka ia sudah merinding. Khawatir jika yang datang adalah Jeff.Dypta mengulas segaris senyum tipis di bibirnya. Ia paham apa yang dirasakan Audry. “Nggak usah takut, Om Jeff nggak mungkin kepikiran buat datang ke sini. Dia percaya sama aku, Ry.”“Tapi kita tetap harus jaga-jaga.””Iya, Ry, kamu benar. Aku lagi mikirin tempat buat nyimpan kamu di mana.”
Setelah memasukkan kalung yang ditemukannya ke dalam saku, Jeff meneruskan langkahnya ke kamar mandi.Sementara itu Audry masih bersembunyi di balik kitchen bar.Audry tidak tahu siapa yang datang, tapi ia tahu ada seseorang yang masuk ke kamar mandi.Siapapun yang ada di sana Audry harap orang itu bukan Jeff. Audry lebih suka jika yang berada di sana saat ini adalah makhluk jadi-jadian atau siluman apa. Karena menurut Audry Jeff lebih mengerikan dari mereka semua.Selesai buang air, Jeff keluar. Matanya mengedari ruangan memindai tempatnya berada sekarang. Ia mengagumi selera Dypta dalam pemilihan interior serta furniture-nya.Dypta yang sedang duduk sendiri di sofa ruang tamu memutuskan menyusul ke belakang karena Jeff belum juga menampakkan batang hidungnya. Ia khawatir jangan-jangan Jeff iseng memeriksa ruang belakang lalu menemukan Audry.Jeff sudah keluar dari kamar mandi saat Dypta berpapasan dengannya. "Mau ke kamar mandi juga, Dyp?" tanya Jeff lantaran Dypta menyusulnya."Ng
Welcome to Ibiza.Dan di sinilah mereka sekarang. Di Ibiza.Setelah menjalani penerbangan panjang lebih dari dua puluh empat jam, Dypta dan Audry mendarat dengan selamat.Ibiza selain terkenal sebagai destinasi wisata musim panas, juga merupakan surganya dunia malam. Bukan hal yang aneh lagi jika menemukan wisatawan topless saat berjemur di pantai.“Capek banget ya?” tanya Dypta yang sedang berbaring pada Audry di sebelahnya.Audry mengangguk lesu. Selain penerbangan yang panjang, kondisinya yang sedang berbadan dua juga memengaruhi keadaan fisiknya.“Mestinya kamu nggak usah ikut aku,” kata Dypta menyayangkan tindakannya dan Audry sambil mengelus perut perempuan itu.Setelah berdiskusi berdua, Dypta memutuskan untuk membawa Audry ikut bersamanya. Dypta memikirkan keadaan Audry jika tinggal sendiri. Namun kini ketika melihat Audry kelelahan, Dypta juga tidak tega.“Nggak apa-apa, Dyp, aku cuma capek sedikit. Paling nanti juga baikan,” ucap Audry agar Dypta tidak lagi mengkhawatirkanny
“Mommy kenapa belum pulang, Bi? Om Dypta bilang Mommy nggak lama, tapi kenapa masih belum pulang? Om Dypta juga nggak pernah ke sini lagi. Om Dypta ke mana, Bi?” tanya Tania sore itu. Sudah hampir seminggu dua orang tersayangnya menghilang tanpa ia tahu apa penyebabnya.Perempuan separuh baya itu hanya bisa memandang dengan kasihan pada anak perempuan yang baru saja selesai dimandikannya. Ia bingung harus menjawab apa karena ia memang tidak tahu apa-apa. Setiap malam majikannya meradang, terlebih ketika putrinya menangis karena ibunya pergi. Membuat rumah yang ia tempati semakin suram dan mencekam.“Mungkin Om Dypta lagi sibuk, Bibi juga nggak tahu. Nanti coba Tata tanya sama Papi ya.””Tata kangen Mommy, Bi. Mommy kapan pulang?” tanya Tania dengan mata berkaca-kaca. Membuat perempuan yang mengurusnya ikut sedih.Setelah Bi Dira memasangkan baju, menyisirkan rambut serta membedakinya, Tania berlari ke kamar Jeff. Tania membuka pintu dengan hati-hati. Begitu terbuka, ia melihat Jeff se
Jeff keluar dari kamar menemui Dana yang memberinya laporan."Saya sudah ke tempat kerjanya, Pak," ujar laki-laki itu."Mereka bilang apa?""Dypta sedang ada bisnis trip ke luar negeri, lebih tepatnya ke Ibiza.""Spain?""Benar, Pak.""Dengan siapa?""Sendiri, Pak. Dan rencananya besok baru pulang."Jeff terdiam setelah mendengar penjelasan Dana. Ia tidak yakin Dypta berangkat sendiri. Pasti membawa Audry bersamanya."Bapak tidak apa-apa?" tanya Dana melihat muka kusut majikannya. Ia tahu, Jeff pasti terguncang setelah mengetahui pengkhianatan istri dan ponakannya."Dana, rahasiakan ini semua dari siapa pun. Saya tidak mau ada yang tahu tentang masalah ini.""Baik, Pak. Saya bisa dipercaya," jawab Dana meyakinkan."Sekarang sini kuncinya," pinta Jeff meminta kunci mobil."Bapak mau ke mana? Biar saya yang antar Bapak.""Tidak usah, saya bisa sendiri."Dana terpaksa menyerahkan kunci mobil pada Jeff dan membiarkan majikannya itu berangkat entah ke mana."Papi! Papi mau ke mana? Tata ik