Audry terloncat dari tempat duduknya ketika mendengar suara pintu dibuka bersamaan dengan langkah kaki yang terdengar mendekat.Audry meremas ujung bajunya ketakutan. Sementara degupan di dadanya mulai tak terkendali. Ia sungguh sangat takut.“Jangan-jangan Jeff,” desisnya pelan sambil memejamkan mata.”Ry, kamu kenapa?”Suara itu terdengar lembut dan pelan. Bukan dalam dan berat. Membuat Audry kembali membuka mata.”Kamu, Dyp …,” gumamnya pelan. Merasa lega mengetahui jika yang datang adalah Dypta, bukan Jeff. Audry menjadi sangat paranoid. Ketakutan kalau Jeff akan menemukannya selalu menghantui. Bahkan hanya dengan mendengar pintu dibuka ia sudah merinding. Khawatir jika yang datang adalah Jeff.Dypta mengulas segaris senyum tipis di bibirnya. Ia paham apa yang dirasakan Audry. “Nggak usah takut, Om Jeff nggak mungkin kepikiran buat datang ke sini. Dia percaya sama aku, Ry.”“Tapi kita tetap harus jaga-jaga.””Iya, Ry, kamu benar. Aku lagi mikirin tempat buat nyimpan kamu di mana.”
Setelah memasukkan kalung yang ditemukannya ke dalam saku, Jeff meneruskan langkahnya ke kamar mandi.Sementara itu Audry masih bersembunyi di balik kitchen bar.Audry tidak tahu siapa yang datang, tapi ia tahu ada seseorang yang masuk ke kamar mandi.Siapapun yang ada di sana Audry harap orang itu bukan Jeff. Audry lebih suka jika yang berada di sana saat ini adalah makhluk jadi-jadian atau siluman apa. Karena menurut Audry Jeff lebih mengerikan dari mereka semua.Selesai buang air, Jeff keluar. Matanya mengedari ruangan memindai tempatnya berada sekarang. Ia mengagumi selera Dypta dalam pemilihan interior serta furniture-nya.Dypta yang sedang duduk sendiri di sofa ruang tamu memutuskan menyusul ke belakang karena Jeff belum juga menampakkan batang hidungnya. Ia khawatir jangan-jangan Jeff iseng memeriksa ruang belakang lalu menemukan Audry.Jeff sudah keluar dari kamar mandi saat Dypta berpapasan dengannya. "Mau ke kamar mandi juga, Dyp?" tanya Jeff lantaran Dypta menyusulnya."Ng
Welcome to Ibiza.Dan di sinilah mereka sekarang. Di Ibiza.Setelah menjalani penerbangan panjang lebih dari dua puluh empat jam, Dypta dan Audry mendarat dengan selamat.Ibiza selain terkenal sebagai destinasi wisata musim panas, juga merupakan surganya dunia malam. Bukan hal yang aneh lagi jika menemukan wisatawan topless saat berjemur di pantai.“Capek banget ya?” tanya Dypta yang sedang berbaring pada Audry di sebelahnya.Audry mengangguk lesu. Selain penerbangan yang panjang, kondisinya yang sedang berbadan dua juga memengaruhi keadaan fisiknya.“Mestinya kamu nggak usah ikut aku,” kata Dypta menyayangkan tindakannya dan Audry sambil mengelus perut perempuan itu.Setelah berdiskusi berdua, Dypta memutuskan untuk membawa Audry ikut bersamanya. Dypta memikirkan keadaan Audry jika tinggal sendiri. Namun kini ketika melihat Audry kelelahan, Dypta juga tidak tega.“Nggak apa-apa, Dyp, aku cuma capek sedikit. Paling nanti juga baikan,” ucap Audry agar Dypta tidak lagi mengkhawatirkanny
“Mommy kenapa belum pulang, Bi? Om Dypta bilang Mommy nggak lama, tapi kenapa masih belum pulang? Om Dypta juga nggak pernah ke sini lagi. Om Dypta ke mana, Bi?” tanya Tania sore itu. Sudah hampir seminggu dua orang tersayangnya menghilang tanpa ia tahu apa penyebabnya.Perempuan separuh baya itu hanya bisa memandang dengan kasihan pada anak perempuan yang baru saja selesai dimandikannya. Ia bingung harus menjawab apa karena ia memang tidak tahu apa-apa. Setiap malam majikannya meradang, terlebih ketika putrinya menangis karena ibunya pergi. Membuat rumah yang ia tempati semakin suram dan mencekam.“Mungkin Om Dypta lagi sibuk, Bibi juga nggak tahu. Nanti coba Tata tanya sama Papi ya.””Tata kangen Mommy, Bi. Mommy kapan pulang?” tanya Tania dengan mata berkaca-kaca. Membuat perempuan yang mengurusnya ikut sedih.Setelah Bi Dira memasangkan baju, menyisirkan rambut serta membedakinya, Tania berlari ke kamar Jeff. Tania membuka pintu dengan hati-hati. Begitu terbuka, ia melihat Jeff se
Jeff keluar dari kamar menemui Dana yang memberinya laporan."Saya sudah ke tempat kerjanya, Pak," ujar laki-laki itu."Mereka bilang apa?""Dypta sedang ada bisnis trip ke luar negeri, lebih tepatnya ke Ibiza.""Spain?""Benar, Pak.""Dengan siapa?""Sendiri, Pak. Dan rencananya besok baru pulang."Jeff terdiam setelah mendengar penjelasan Dana. Ia tidak yakin Dypta berangkat sendiri. Pasti membawa Audry bersamanya."Bapak tidak apa-apa?" tanya Dana melihat muka kusut majikannya. Ia tahu, Jeff pasti terguncang setelah mengetahui pengkhianatan istri dan ponakannya."Dana, rahasiakan ini semua dari siapa pun. Saya tidak mau ada yang tahu tentang masalah ini.""Baik, Pak. Saya bisa dipercaya," jawab Dana meyakinkan."Sekarang sini kuncinya," pinta Jeff meminta kunci mobil."Bapak mau ke mana? Biar saya yang antar Bapak.""Tidak usah, saya bisa sendiri."Dana terpaksa menyerahkan kunci mobil pada Jeff dan membiarkan majikannya itu berangkat entah ke mana."Papi! Papi mau ke mana? Tata ik
Ibiza saat ini mencapai suhu tertingginya di musim panas. Namun tak lantas mengurungkan niat para wisatawan untuk mengunjungi pulau eksotik berpenduduk padat itu. Tak terkecuali para selebriti dunia seperti Christiano Ronaldo hingga Madonna.Di salah satu kamar hotel kawasan itu, sepasang sejoli asyik masyuk memadu kasih.Mereka adalah Audry dan Dypta. Hari ini adalah hari terakhir mereka di sana sebelum penerbangan nanti siang.Seakan sudah menjadi kebutuhan, keduanya mengisi waktu dengan bercinta lagi dan lagi."Aku udah nggak sabar pengen ketemu Tania, Dyp. Perasaanku nggak enak. Apa menurutmu kita terlalu egois?" "Bisa iya, bisa enggak. Tergantung kita ngeliatnya dari segi mana," jawab Dypta sambil membelai lembut rambut Audry."Nanti kalau kita udah pulang ke Indonesia kita harus gimana, Dyp?" Membayangkannya saja Audry sudah cemas."Aku akan antar kamu ke rumah.""Kalau Jeff nanya gimana? Aku takut ...""Aku akan bilang selama ini kamu menghilang karena butuh waktu untuk me ti
“Kamu yakin kita bakal ngelakuin ini, Dyp?”Audry masih merasa ragu ketika Dypta ingin mengantarnya pulang. Mereka sudah tiba di Indonesia dan saat ini sedang berada di apartemen Dypta.”Saat ini hanya itu jalan satu-satunya. Kamu nggak mungkin terus bersembunyi dan berharap Om Jeff akan tetap diam. Itu mustahil, Ry.”Audry mengembuskan napas cemas. Kekhawatiran mengenai apa yang akan dilakukan Jeff setelah ia tiba di rumah begitu membayanginya. Jeff mungkin bisa membunuhnya.“Kamu nggak usah takut, Om Jeff nggak akan berani macam-macam. Aku sudah bicara baik-baik dengannya,” ujar Dypta sambil menangkup kedua pipi Audry.”Kamu nggak kenal dia, Dyp. Dia bisa ngelakuin apa aja,” desis Audry lirih.“Sekeras apa pun dia, tapi aku yakin dia nggak akan tega menyakiti kamu sampai sebegitu ekstrem. Karena apa? Karena kamu sedang hamil. Dan yang ada di pikirannya adalah bahwa anak yang kamu kandung adalah anaknya. Dia pengen banget punya anak laki-laki. Karena hal itu dia masih bisa berpikir d
Hujan turun semakin deras di luar sana. Angin bertiup kencang. Disusul oleh petir yang terdengar saling bersahutan tanpa henti.Audry mencoba memejamkan mata, tapi sungguh sulit. Meskipun ia tidur dalam dekapan hangat suaminya, namun pikirannya melanglang buana ke luar sana. Memikirkan Dypta.Sudah sejak tadi Audry menghubunginya, tapi ponsel Dypta tidak aktif. Pesannya tidak terkirim. Mungkin Dypta langsung tidur karena terlalu lelah. Audry mencoba untuk tetap memelihara pikiran positif.Sambil mencoba untuk tenang, Audry memutar badan. Jeff tidur di tengah-tengah setelah Tania terlelap. Jeff memindahkan putri mereka tepat ke sebelah dinding.Setengah jam kemudian karena masih belum berhasil memejamkan matanya, Audry bergerak turun dari tempat tidur setelah sebelumnya menepis pelan tangan Jeff yang melingkari tubuhnya dengan begitu berhati-hati. Audry tidak ingin membuat Jeff terbangun.Membuka lemari, ia menemukan pakaiannya tersusun dengan rapi. Tidak ada tanda-tanda seseorang meme