35.
Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Ikhlas nggak nih?""Mau ikhlas atau enggak, kalau Mas udah berkehendak, Ara cuma bisa nurut."Tangannya menyeka air mata."Akhir-akhir ini emang Ara nggak bisa jauh sama Mas, pengennya liat, pengennya ditemenin. Dulu waktu hamil Zafran ..."Telunjukku mengarah ke bibir merahnya yang alami."Ssstttt.. Iya, Mas nggak akan tinggalin istri Mas yang cantik ini."Aku mengerti, duka lama yang pernah ia lalui, mungkin ada trauma dalam dirinya kehilangan sosok suami yang sangat ia cintai sekaligus ayah dari bayi yang pernah ia kandung.Ara tidak bisa bermanja ataupun didampingi Hisyam saat hamil dulu. Mungkin ini saatnya ia bisa merasakan kasih sayang ketika mengandung."Makasih, Mas. Tapi Ara sama sekali tidak ingin menjadi penghalang."Sebenarnya ingin kukatakan hal yang sesungguhnya pada Ara, atas niat kepulanganku menemui Alisa. Tapi, aku hanya khawKembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuPagi masih buta, mendadak sekali mengatur waktu untuk jenguk Ibu dan Mama Papa serta menjatuhkan talaq pada istri pertamaku.Suasana lenggang karena masih pagi, bisa diperkirkan perjalanan hanya dua jam lebih.Mengantar Ara dan Zafran serta pengasuhnya ke rumah Mama, tak lupa buah tangan kami bawakan untuk Mama dan Ibu."Jam sepuluh nanti bangunin Mas ya, Sayang. Mas mau selesaikan urusan dengan Alisa.""iya, Mas. Tidurlah! Pasti lelah habis safar."***"Mas, jam sepuluh."Suara lembutnya masuk ke dalam mimpi.Bangun, membersihkan diri dan bersiap. *Setelah sampai depan gerbang rumah Ibu Alisa, memarkirkan mobil dan masuk. Memencet tombol bel di samping pintu utama.Krek..Alisa membukakan pintu, akupun masuk.Kutepis tangan gempalnya yang hendak merangkul. Dia berangsur mundur. Wajah pias seketika muncul."Mas.
38Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuMelewati malam-malam sendiri tanpa kekasih hati, dingin tiada bersanding.Sampai pukul dua belas mata Hasyim baru bisa terpejam lekat.Sedangkan istrinya di tempat berbeda berkali-kali bangun untuk membuang air seni, karena kantong kemihnya sudah amat tertindih bayi yang masih dalam kandungan.Mata bulat dengan alis tebal itu mengerjap, melihat jarum jam sudah pukul setengah lima pagi, bergegas ia mandi seperti biasa dan menjalankan sholat subuh.Mukena putih bersih terjulur di tubuhnya, tangan menengadah memohon do'a. Sang jagoan kecil menghampiri, meminta pelukan sang Mama dan mengusap calon adik bayi."Afan ium dedek, Mah."(Zafran cium dedek, Mah)Bibir mungilnya sudah mulai berbicara.Ara meraih bocah yang menjadi hadiah dari alm suaminya dahulu dalam pelukan.Tak terasa, waktu begitu cepat bergulir, kini Ara merasakan kehamil
39Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamiku"Ssstttt! Jangan bersuara!"Bisik pria yang sedang menintip ke arah penjahat.Aku mengangguk tanda mengerti, dengan sigap kuambil gawai.Mengetik pesan untuk Mas Hasyim."Mas, tolong doakan Ara."Mencari kontak Mama dan Papa."Tolong Ma, Pa, Ara dalam bahaya."Kutekan tombol sharelok supaya lokasiku mudah dilacak."Hitungan ketiga, Mbak lari!"Ucapnya mengambil ancang-ancang. Mau tak mau aku harus mau, kudekap erat bayi dalam kandungan, buah cintaku dengan Mas Hasyim, jangan sampai bayiku kenapa-kenapa."Satu, dua, ti..ga!"Menguatkan kaki untuk berlari, lelaki itu melindungi dari belakang, sang penjahat botak lebih lincah karena tidak keberatan badan.Duar!"Jangan bergerak!"Lantang dan sigap suara sangat menghujam.Lima orang polisi datang dengan senjata. Langkahku dan pria taksi online tadi terhenti. Para penjahat
40Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuHasyim masih memakai jas serta pakaian yang ia pakai di kantornya. Semenjak mendapat pesan chat dari Ara, Hasyim bergegas melaju dan menghubungi Papa mertua.Karena pikiran yang amat kalut, perjalanan yang ia tempuh hanya mencapai tiga jam. Padahal normalnya memakan waktu tiga setengah jam bahkan lebih. Suasana padat merayap siang hari tak terhiraukan.Takdir Allah tiada yang tahu, saat kebahagiaan mereka dapatkan, kini ujian menimpa. Ara terbaring lemah di rumah sakit setelah kejadian yang tidak diinginkan itu.Setelah adzan maghrib, Ara didorong dengan brankar menuju ruang ultrasonografi.Penuh rasa khawatir keluarga itu menunggu hasil yang akan diberikan dokter.Penantian sang suami yang menginginkan anak dari wanita yang sekian lama ia damba.Hanya Ara dan dokter serta dua perawat yang ada dalam ruangan. Ara sendiri merasa ketakutan akan hasil
41Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuAlisa memunguti pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi, sedangkan Doni terlelap dengan dengkurannya di atas ranjang.Saat Doni mendekati Alisa, Alisa merasa dicintai. Sedang usahanya mencintai Hasyim tidak berbuah maksimal, cinta dan kasih yang ia dapatkan tidak sempurna. Ia begitu bahagia dengan perhatian Doni selama Hasyim mengajak Ara pindah ke JogjaKarena tidak ada cinta di hati Hasyim untuknya, ia tidak begitu puas saat bersenggama, Hasyim terlalu dingin padanya. Sedangkan Doni sangat lihai memperlakukannya.Cinta dalam sebuah hubungan memang sangat dibutuhkan. Namun hubungan Alisa salah. Harusnya ia lekas menikah, bukan kumpul kebo seperti saat ini.Selesai mandi dan berganti, Alisa pulang tanpa sepengetahuan Doni.Ia terperanjat saat membuka pintu rumah dengan kunci serep yang ia bawa.Ibunya tergeletak dengan obat asma semprot di tangannya.
36.Kembaran Suamiku#cerbung#Kembang_suamiku"Mas, bangun, Sayang. Udah adzan subuh."Tangan lembutnya menyapu pipiku.Mengerjapkan mata dan duduk. "Semalam begadang, ya? Biasanya udah bangun, Mas?""Hemm iya, Sayang. Semalem nyelesaiin urusan.""Urusan apa, Mas?""Keluarga, Mas siap-siap ke masjid dulu ya, Sayang."Mengecup keningnya dan beranjak ke kamar mandi.***Hari ini pulang lebih cepat, jadi bisa mengajak Ara jalan-jalan. Pasti dia sudah penat ada di dalam rumah yang tidak besar. Mengatur fikiran agar fokus, amanah dan tanggungjawab yang aku emban kini lebih berat. Jangan sampai aku termakan bayangan tak berguna tentang foto yang kulihat kemarin.Awal bulan, adalah waktu pembagian pendapatanku.Alhamdulillah, semenjak aku menikah dengan Ara, pendapatanku semakin meningkat begitu dengan jabatanku.Bonus dari pemilik perusahaan sudah cair. Diam-d
42Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuPov. Hasyim*Kulihat kedua netranya terpejam. "Sayang?"Panggilku padanya, mengusap pipi yang putih nan lembut."Dia ngantuk, Nak. Biar tidur. Semalaman nggak bisa tidur."Tukas Mama yang duduk di depan sampinga Papa yang mengemudi.Ara melenguh dan merintih kembali, menggigit bibir dan meremas tanganku yang menggenggam."Allaah! Sakit banget, Mas.""Banyak dzikir, Sayang.""Bentar lagi sampai."Papa menimpali."Tarik nafas, buang, gitu terus. Pikirannya jangan sedih. Bismillah kuat, Sayang!"Mama memberi support.Do'a bersalin yang berkali-kali kulafadzkan.هناه ولدت مريم، و مريم ولدت عيسىأخرج أيها المولد . بقدرة الملك المعبود.(Hanah waladat Maryam, wa Maryama waladat 'Iisa, ukhruj ayyuhal maulud biqudrotil malikil ma'buud)Lalu kutiupkan ke ubun-ubunnya.Alfatihah, surah Yasin, dan
44Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuTrauma?Ah, aku sama sekali tidak kepikiran tentang trauma Ara. "Oh, saya rasa tidak, Mas."Jawabku sekenanya."Ini tanda terimakasih saya, tidak seberapa, Mas."Kugenggamkan amplop cokelat berisi nominal untuknya."Tidak usah, Mas. Saya ikhlas menolong istri Mas.""Tolong diterima, Mas. Ini amanah dari istri saya.""Jika begitu, maka saya terima. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama. Saya pamit dulu, Mas Agung."Ia pun mengangguk dan menjabat tanganku.***"Pa, besok Mama kontrol ke klinik. Papa besok udah ke Jogja ya?" Ucap Ara saat di depan Zafran dan Afrina.Tapi panggilan itu lebih kusuka, kayak ada manis-manisnya gitu. Sampai lupa, besok jadwalku masuk setelah ambil cuti istri melahirkan."Apa Papa tunda dulu, Ma? Papa takut Mama pergi tanpa Papa."Kejadian itu menjadi trauma bagiku. Terlebih Ar