40
Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuHasyim masih memakai jas serta pakaian yang ia pakai di kantornya. Semenjak mendapat pesan chat dari Ara, Hasyim bergegas melaju dan menghubungi Papa mertua.Karena pikiran yang amat kalut, perjalanan yang ia tempuh hanya mencapai tiga jam. Padahal normalnya memakan waktu tiga setengah jam bahkan lebih. Suasana padat merayap siang hari tak terhiraukan.Takdir Allah tiada yang tahu, saat kebahagiaan mereka dapatkan, kini ujian menimpa. Ara terbaring lemah di rumah sakit setelah kejadian yang tidak diinginkan itu.Setelah adzan maghrib, Ara didorong dengan brankar menuju ruang ultrasonografi.Penuh rasa khawatir keluarga itu menunggu hasil yang akan diberikan dokter.Penantian sang suami yang menginginkan anak dari wanita yang sekian lama ia damba.Hanya Ara dan dokter serta dua perawat yang ada dalam ruangan.Ara sendiri merasa ketakutan akan hasil41Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuAlisa memunguti pakaiannya dan bergegas ke kamar mandi, sedangkan Doni terlelap dengan dengkurannya di atas ranjang.Saat Doni mendekati Alisa, Alisa merasa dicintai. Sedang usahanya mencintai Hasyim tidak berbuah maksimal, cinta dan kasih yang ia dapatkan tidak sempurna. Ia begitu bahagia dengan perhatian Doni selama Hasyim mengajak Ara pindah ke JogjaKarena tidak ada cinta di hati Hasyim untuknya, ia tidak begitu puas saat bersenggama, Hasyim terlalu dingin padanya. Sedangkan Doni sangat lihai memperlakukannya.Cinta dalam sebuah hubungan memang sangat dibutuhkan. Namun hubungan Alisa salah. Harusnya ia lekas menikah, bukan kumpul kebo seperti saat ini.Selesai mandi dan berganti, Alisa pulang tanpa sepengetahuan Doni.Ia terperanjat saat membuka pintu rumah dengan kunci serep yang ia bawa.Ibunya tergeletak dengan obat asma semprot di tangannya.
36.Kembaran Suamiku#cerbung#Kembang_suamiku"Mas, bangun, Sayang. Udah adzan subuh."Tangan lembutnya menyapu pipiku.Mengerjapkan mata dan duduk. "Semalam begadang, ya? Biasanya udah bangun, Mas?""Hemm iya, Sayang. Semalem nyelesaiin urusan.""Urusan apa, Mas?""Keluarga, Mas siap-siap ke masjid dulu ya, Sayang."Mengecup keningnya dan beranjak ke kamar mandi.***Hari ini pulang lebih cepat, jadi bisa mengajak Ara jalan-jalan. Pasti dia sudah penat ada di dalam rumah yang tidak besar. Mengatur fikiran agar fokus, amanah dan tanggungjawab yang aku emban kini lebih berat. Jangan sampai aku termakan bayangan tak berguna tentang foto yang kulihat kemarin.Awal bulan, adalah waktu pembagian pendapatanku.Alhamdulillah, semenjak aku menikah dengan Ara, pendapatanku semakin meningkat begitu dengan jabatanku.Bonus dari pemilik perusahaan sudah cair. Diam-d
42Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuPov. Hasyim*Kulihat kedua netranya terpejam. "Sayang?"Panggilku padanya, mengusap pipi yang putih nan lembut."Dia ngantuk, Nak. Biar tidur. Semalaman nggak bisa tidur."Tukas Mama yang duduk di depan sampinga Papa yang mengemudi.Ara melenguh dan merintih kembali, menggigit bibir dan meremas tanganku yang menggenggam."Allaah! Sakit banget, Mas.""Banyak dzikir, Sayang.""Bentar lagi sampai."Papa menimpali."Tarik nafas, buang, gitu terus. Pikirannya jangan sedih. Bismillah kuat, Sayang!"Mama memberi support.Do'a bersalin yang berkali-kali kulafadzkan.هناه ولدت مريم، و مريم ولدت عيسىأخرج أيها المولد . بقدرة الملك المعبود.(Hanah waladat Maryam, wa Maryama waladat 'Iisa, ukhruj ayyuhal maulud biqudrotil malikil ma'buud)Lalu kutiupkan ke ubun-ubunnya.Alfatihah, surah Yasin, dan
44Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuTrauma?Ah, aku sama sekali tidak kepikiran tentang trauma Ara. "Oh, saya rasa tidak, Mas."Jawabku sekenanya."Ini tanda terimakasih saya, tidak seberapa, Mas."Kugenggamkan amplop cokelat berisi nominal untuknya."Tidak usah, Mas. Saya ikhlas menolong istri Mas.""Tolong diterima, Mas. Ini amanah dari istri saya.""Jika begitu, maka saya terima. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama. Saya pamit dulu, Mas Agung."Ia pun mengangguk dan menjabat tanganku.***"Pa, besok Mama kontrol ke klinik. Papa besok udah ke Jogja ya?" Ucap Ara saat di depan Zafran dan Afrina.Tapi panggilan itu lebih kusuka, kayak ada manis-manisnya gitu. Sampai lupa, besok jadwalku masuk setelah ambil cuti istri melahirkan."Apa Papa tunda dulu, Ma? Papa takut Mama pergi tanpa Papa."Kejadian itu menjadi trauma bagiku. Terlebih Ar
Kembaran Suamiku#cerbung#Kembaran_suamikuPagi masih buta, mendadak sekali mengatur waktu untuk jenguk Ibu dan Mama Papa serta menjatuhkan talaq pada istri pertamaku.Suasana lenggang karena masih pagi, bisa diperkirkan perjalanan hanya dua jam lebih.Mengantar Ara dan Zafran serta pengasuhnya ke rumah Mama, tak lupa buah tangan kami bawakan untuk Mama dan Ibu."Jam sepuluh nanti bangunin Mas ya, Sayang. Mas mau selesaikan urusan dengan Alisa.""iya, Mas. Tidurlah! Pasti lelah habis safar."***"Mas, jam sepuluh."Suara lembutnya masuk ke dalam mimpi.Bangun, membersihkan diri dan bersiap. *Setelah sampai depan gerbang rumah Ibu Alisa, memarkirkan mobil dan masuk. Memencet tombol bel di samping pintu utama.Krek..Alisa membukakan pintu, akupun masuk.Kutepis tangan gempalnya yang hendak merangkul. Dia berangsur mundur. Wajah pias seketika muncul."Mas...""Duduklah, Alisa." ia duduk di sofa."Kedat
Kembaran Suamiku 45. Teror untuk IbuSetelah 3 tahun menikah, aku bersama Mas Hasyim dengan bahagia merawat Zafran dan Afrina. Selama di Kota Gudeg ini, Mas Hasyim sangat menikmati pekerjaannya. Mas Hasyim libur, ia mengajak kami pesta kebun. Baru lekas menggelar tikar, dering ponsel Mas Hasyim berbunyi. "Syim, Ibu seperti diteror seorang lelaki berjaket dan bertopi hitam," ujar Ibu dalam telepon yang suaranya dikeraskan Mas Hasyim. "Astaghfirullah, Ibu telepon polisi dulu, Bu agar ada penjagaan," jawab Mas Hasyim yang kudengar. Semoga ibu tidak kenapa-napa. Aku sangat takut karena beliau sudah sepuh dan harus diawasi Bu Marni. "Suruh orangnya Mas untuk jaga Ibu," bisikku panik pada Mas Hasyim yang tengah menelpon ibunya. Tangan Mas Hasyim mengangkat jempolnya dan mengangguk padaku. Di saat suasana santai seperti ini ada saja keadaan yang membuat kami panik. Apalagi mengenai ibu yang tentu tak bsia berbuat ban
Kembaran Suamiku46. penculikan Bu Ratna"Ara, kamu yang tenang dulu ya.. Ini semua biar Mas yang urus. Ini bukan ranah kamu.. Okay!" titah Hasyim agar istrinya tidak banyak beban pikiran. Ara menghela napas perlahan dan menghembuskannya perlahan. Mencoba tenang atas kabar sang mertua tercinta. Sementara di kediaman sang ibu Hasyim, Bu Marni sibuk mencari majikannya itu. Ternyata di sebuah gudang, Ibu Ratna diikat tangan dan kakinya dan mulutnya dilakban oleh dua orang preman tidak tahu diri. Pasalnya sasaran mereka itu adalah wanita paruh baya yang tidak tahu apa-apa. "Siapa kalian?" Lemah Ibu Ratna bertanya pada kedua preman tersebut setelah lakban di mulutnya dibuka. "Tak perlu tahu, kamu, nenek tua!" gertak preman itu."Preman suruhan siapa kalian? Biar kubayar lebih tinggi kalian dari pada bayaran majikan kalian!" seru Bu Ratna menantang. "Kaya juga kau, nenek tua!" kata salah seorang preman itu k
Kembaran Suamiku#47"Apa? Preman, Bu Marni?" tanya Hasyim terkejut. "Iya, Pak Hasyim. Tapi untung Ibu sangat cerdas. Preman itu diajak ke sini untuk mengantar Ibu. Sekarang Ibu Ratna ada di kamarnya," terang Bu Marni sangat terharu dan senang karena majikannya dalam keadaan selamat. "Se-serius, Bu Marni? Masyaallah alhamdulillah." Hasyim pun saking senangnya berlari ke kamar ibunya. Bu Marni turut bahagia dan mengunci pintu rumah dengan cepat"Assalamualaikum, Ibu," sapa Hasyim setelah berdiri di ambang pintu. Tampak Bu Ratna usai salat dan basah netranya. Hasyim memeluk ibunya itu dengan erat. Bu Ratna justru menangis tersedu. Mengusap kepala putranya berkali-kali. "Alhamdulillah Ibu selamat," kata Hasyim sangat bahagia. Alhamdulillah Ibu sudah melewati semua ini nak tapi Ibu menghabiskan tabungan sebanyak 30 juta untuk membayar preman itu agar mau jujur dan mengantar Ibu pulang." Bu Ratna menje