Cherry langsung mengalihkan pandangannya. Dia melihat ke luar jendela. “Apa yang ingin kamu katakan?”Cahya baru teringat bahwa ucapannya dipotong oleh Cherry. “Aku ingin bertanya masalah semalam? Kenapa kamu … uhuk … kenapa bisa begitu?”Cahya tidak tahu bagaimana mengutarakannya. Hanya saja, dia tidak merasa risi dengan ciuman semalam. Dia merasa sangat gembira.Cherry menutup bibirnya dengan erat. Setelah terdiam beberapa saat, dia memegang cangkir tehnya. “Kamu ingin dengar?”Cahya menatap Cherry.Cherry menarik napas dalam-dalam, lalu tersenyum untuk menyembunyikan rasa canggungnya. “Semalam … aku … sepertinya aku sudah gila. Aku nggak bisa menahan diriku. Tentu saja, seandainya aku telah membuatmu merasa terbebani, anggap saja nggak pernah terjadi apa-apa.”Ketika Claire menguping ucapan itu, keningnya spontan berkerut. Padahal semalam nyalinya begitu besar, kenapa hari ini dia malah begitu penakut?Javier meletakkan sepotong daging ke atas piring Claire. “Sepertinya aku akan men
Mana mungkin Cherry benar-benar mengharapkannya? Apa Cahya juga memiliki maksud lain terhadapnya?Beberapa saat kemudian, Cahya meletakkan cangkir teh ke depan bibirnya. Dia mengangkat kepala untuk melihat Cherry. “Semalam aku memang … kepikiran untuk menciummu.”Cherry merasa sangat syok. Dia pun berusaha menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kamu mabuk, ‘kan?”“Bukan.” Beberapa saat kemudian. Cahya berkata, “Aku sangat sadar.”Cherry spontan terbengong di tempat. Dia curiga bahwa dirinya salah dengar. Cahya ingin menciumnya bukan karena sedang mabuk, melainkan karena sangat sadar.Ucapan Cherry semalam, bukannya ….Betapa inginnya dia bersembunyi saat ini!Pada akhirnya, kapal pesiar baru kembali ke Pelabuhan Lazen. Candice dan sekelompok orang berjalan menuruni kapal pesiar. Wajahnya tidak sebengkak sebelumnya lagi. Hanya saja, meski dia mengenakan masker, masih bisa terlihat bengkak di bagian matanya.Louis mengenakan topi di atas kepalanya. Candice pun terkejut. Saat dia memalingkan
Herman mengendarai mobil mengantar mereka kembali ke vila. Claire melihat Javier tidak berencana untuk memasuki mobil. Dia pun merasa bingung. “Kita nggak pulang?”Javier merangkul pinggangnya, lalu mendekati telinganya. “Bukankah aku pernah bilang ingin memberimu bunga?”Claire semakin kebingungan lagi. Bukankah hanya menghadiahkan bunga saja? Kenapa misterius sekali?Hanya saja, tebakan Claire salah. Setelah kembali ke Vila Blue Canyon, gambaran di dalam halaman sungguh mencengangkan.Mawar biru memenuhi satu halaman.Saking terkejutnya, Claire bahkan tidak sempat menutupi mulutnya. Kejutan ini datangnya terlalu mendadak.Javier memeluk Claire dari belakang. Dia menyandarkan dagu di atas pundaknya, lalu merendahkan nada bicaranya. “Apa kamu suka?”“Kamu … gimana ceritanya kamu bisa melakukannya?”Mawar biru adalah varietas mawar rekayasa genetika. Gen yang dimasukkan dapat merangsang produksi pigmen biru dari violet yang digunakan untuk pewarnaan mawar. Masa mekar mawar biru sebenarn
Charine membuka kotak cincin, lalu mengeluarkan cincin kuno itu. Saat dia hendak meninggalkan ruangan, dia tidak menyadari ada kelap-kelip cahaya merah dari atas kamera.Tanpa menunda waktu, Charine mengendarai mobil keluar rumah, lalu mengajak Karen ketemuan. Mereka pun janjian di kafe.Charine tiba duluan. Kemudian, disusul oleh Karen. “Cepat sekali Nona Charine mendapatkan uangnya?”Charine mengeluarkan kotak ke atas meja, lalu berkata, “Dibandingkan dengan uang tunai seratus miliar, lebih baik aku memberimu barang yang nilainya seratus miliar.”Karen mengerutkan keningnya. “Barang apa?”Ketika melihat Charine mengeluarkan cincin itu, raut wajahnya langsung berubah drastis. “Gimana kamu bisa mendapatkan cincin ini?”“Bagaimanapun, aku itu calon istri Keluarga Chaniago. Mertuaku sudah bercerai. Apa salahnya aku minta cincin ini dari Hardy? Sudahlah, jangan basa-basi lagi. Mau tukar, nggak?” Charine berlagak tidak sabaran. Dia sengaja bersikap seperti ini untuk menyembunyikan rasa ta
Sepertinya Claire harus berkunjung ke rumah Fendra.Di Kediaman Chaniago.Saat Charine pulang ke rumah, tampak Mario sedang duduk di ruang tamu. Dia spontan merasa gugup hingga air keringat membasahi kemejanya.Charine dengan terpaksa menyapanya, “Paman, kamu lagi di rumah, ya.”Mario sedang minum kopi. Dia memang tidak puas dengan menantunya ini, tetapi dia telah mengandung keturunan dari Keluarga Chaniago. Jadi, dia pun tetap menjaga sikapnya. “Kamu lagi hamil, jangan sering keluar. Besok suruh Hardy bawa kamu untuk melakukan pemeriksaan kandungan.”Menyadari Mario tidak menanyakan masalah cincin, sepertinya dia masih tidak mengetahuinya.Charine menghela napasnya, lalu mengangguk dengan tersenyum. “Oke, terima kasih, Paman Mario. Kalau begitu, aku kembali ke kamar dulu.”Charine langsung naik ke lantai atas.Mario menunduk. Ekspresinya seketika menjadi muram. Dia kepikiran masa kehamilan Bianca waktu itu, dia selalu pergi melakukan pemeriksaan kandungan sendiri ….Saat Charine naik
Fendra menyerahkan bayi kecil kepada Claire.Claire menggendong si kecil dengan lembut. Saat menyentuh si kecil, hati Claire langsung menjadi luluh. Dia menepuk-nepuk punggung Fendra dengan perlahan, lalu menghiburnya. Tak lama kemudian, si kecil tidak menangis lagi, malah tersenyum padanya.Ketika melihat gambaran ini, Fendra pun tersenyum. “Ternyata anak cuma bisa patuh ketika dijaga kalian.”Claire memasukkan dot ke dalam mulutnya, lalu membalikkan kepalanya dan berkata, “Paman Fendra, kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Anak ini ….”“Dia bukan anakku. Ceritanya panjang.” Fendra menghela napas. Dia berjalan duduk di sofa, lalu berkata, “Satu bulan lalu, aku memungut anak ini di tengah hujan ….”Claire terbengong. “Pungut?”Fendra mengangguk. Dia mulai mengatakan masalah hujan pada satu bulan lalu. Dia sedang pergi ke supermarket untuk belanja. Sewaktu di perjalanan, dia menemukan sebuah kardus rongsokan di depan sana. Awalnya Fendra tidak ingin meladeninya. Hanya saja, terdengar
“Entah apa yang dipikirkan orang tua dari anak ini. Padahal anak ini imut sekali, mereka malah mencampakkannya.” Claire dapat merasakan Bianca sangat menyukai anak-anak.Claire kepikiran dengan anaknya pada tiga tahun silam. Seandainya anak di dalam kandungannya tidak gugur akibat kecelakaan itu, mungkin anak itu sudah berusia dua tahunan.Fendra meletakkan barang kebutuhan bayi, lalu berjalan ke dalam dapur. “Belum makan siang, ‘kan? Aku pergi masak dulu.”Claire dan Bianca bermain dengan Emiko. Beberapa saat kemudian, Emiko pun lapar. Bianca pergi membuatkan susu untuk si kecil sebab tidak ada ASI yang bisa diberikan kepadanya.Melihat si kecil minum dengan lahapnya, Claire pun ikut tersenyum.“Apa kamu tahu gimana kondisi Hardy pada belakangan waktu ini?” Tetiba Bianca bertanya. Claire pun tertegun, lalu membalas, “Nggak jelas, hanya saja … dengar-dengar Hardy akan segera menikah.”Bianca pun terkejut, lalu tersenyum. “Benarkah?”Claire juga tidak tahu bagaimana mengatakannya. Seand
Cherry menatap kamar jenazah dengan terbengong. Pikirannya seketika menjadi hampa. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Emm … nggak mungkin.”Karen telah meninggal? Cherry tidak bisa memercayainya. Mana mungkin wanita licik seperti dia akan meninggal secepat ini?Kapten Juno menatapnya. “Nona Cherry, apa kamu bisa melakukan konfirmasi?”Cherry tidak bersuara. Dia bersama Juno berjalan ke depan rak pendingin. Juno menarik rak nomor 16. Wajah wanita yang berbaring di dalam memang adalah Karen.Raut wajah Cherry yang awalnya syok berubah muram. Dia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini.Beberapa saat kemudian, Cherry bersuara, “Aku akan beri tahu ayahku.”…Masalah kecelakaan Karen baru diketahui Claire setelah dua hari kejadian. Kabar itu pun didapat dari Javier.“Mendadak sekali?” Bahkan, Claire juga merasa syok. Bagaimanapun, dia kenal dengan wanita yang bernama Karen itu.Javier membalikkan majalah sembari mengangkat cangkir kopinya. “Kecelakaan selalu datang
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun
“Aku mengerti perasaan kamu ingin membantunya.” Diago mengenakan kacamatanya, lalu membereskan dokumen di atas meja. “Hanya saja, kalau kamu terlibat dalam masalah ini, nantinya malah akan mendatangkan kerepotan untukmu.”Dacia mengangguk. “Aku mengerti. Seorang tahanan diracuni di dalam tahanan. Pasti ada orang kuat di belakangnya. Tapi kekuatan orang itu akan mendatangkan ancaman bagi keluarga kerajaan.”Pengawasan di penjara sangat ketat. Jika ingin berbuat hingga tahap seperti ini, meski ada mata-mata di dalam, orang biasa juga tidak sanggup untuk melakukannya.Lagi pula, jika masalah pembunuhan di dalam penjara diselidiki, pasti akan mendatangkan kerepotan yang sangat besar. Hanya saja, berhubung orang itu berani melakukannya, dia pasti punya cara untuk menyingkirkan kerepotan.Sepasang tangan Diago saling bertautan. Dia pun bertanya, “Apa kamu sudah memutuskannya?”Dacia membalas dengan serius, “Sudah. Meskipun aku nggak bisa menduga siapa orang di belakang masalah ini, setidakn
“Aku juga berharap seperti itu.” Jules meletakkan cangkir teh, lalu berdiri. Dia mengancingi lengan pakaiannya dengan perlahan, lalu meninggalkan tempat.Reyhan menatap bayangan punggung Jules yang semakin menjauh dengan mengepal erat tangannya.Pengurus rumah menghela napas lega, hanya saja dia masih saja merasa trauma. “Tuan, apa yang harus kita lakukan kali ini ….”Reyhan berhenti di samping tubuh pengurus rumah, lalu memperingatinya, “Ini masalahmu. Pikirkan cara untuk selesaikan masalah ini. Kalau kamu tidak berhasil menyelesaikannya, aku akan habisi kamu.”Raut wajah pengurus rumah kelihatan panik. Dia tidak berani bersuara.Derrick yang sedang berdiri di depan pintu melihat Jules berjalan keluar Kediaman Keluarga Taylor. Dia membukakan pintu mobil belakang mempersilakan Jules ke dalam. Setelah mereka berdua memasuki mobil, Derrick langsung mengendarai mobil meninggalkan tempat.Di tengah jalan, Derrick melihat ke kaca spion luar jendela. “Tuan Muda, kunjunganmu kali ini pasti ak
Di Kediaman Keluarga Taylor.Sissae membuang makanan yang diantar pelayan. “Keluar! Keluar kalian semua!”Reyhan dan Risella sedang berdiri di depan pintu kamar. Ketika melihat makanan berantakan di atas lantai, Reyhan mengerutkan keningnya. Dia menyuruh pelayan untuk meninggalkan ruangan.Risella berjalan ke dalam kamar, lalu duduk di samping ranjang. Dia menatap wajah putrinya yang masih membengkak itu. “Sissae, kamu tenangkan dirimu dulu.”“Bagaimana aku bisa tenang? Wanita murahan itu suruh anggotanya untuk pukul aku. Dia bahkan berani suruh pengawal murahannya untuk turun tangan sama aku!”Sissae tidak pernah merasa dihina seperti ini. Wajar jika dia merasa sangat murka.Reyhan berjalan ke dalam kamar. Raut wajahnya kelihatan muram. “Aku rasa kamu masih belum belajar dari pengalaman sebelumnya. Sissae, kalau kamu berani bersikap semena-mena lagi, aku akan usir kamu dari rumah!”Mata Sissae langsung memerah. Padahal dia telah dipukul, Reyhan bukannya menghiburnya, melainkan malah m
Tatapan Jules menjadi serius. “Sepertinya pelajaran yang kuberikan terlalu ringan. Dia masih saja berani berulah.”Seandainya bukan karena Jules mengutus pengawal untuk mengikuti Jessie, sepertinya Sissae pasti akan turun tangan terhadap Jessie.“Nona Sissae bisa bersikap arogan juga karena mengandalkan ayahnya. Semua itu juga karena Keluarga Taylor.” Filbert paham bagaimanapun ada banyak anak yang bersikap semena-mena karena mengandalkan kekuatan keluarganya.Jules memutar pena di tangannya. Pada saat ini, Jules menerima pesan singkat dari Derrick.Di sisi lain, Derrick melakukan pengejaran ke sisi dua pengawal berpakaian hitam. Hanya saja, mereka menghilang di dalam kerumunan.Derrick berdecak sembari menggertakkan giginya. Dia segera kembali ke lokasi untuk memeriksa Brayden yang tertembak. Peluru menembus di bagian dadanya. Dia melebarkan matanya yang kosong itu. Brayden juga sudah kehabisan napasnya.Derrick segera lapor polisi.Derrick mengikuti polisi untuk memberi pernyataan di