Mana mungkin Cherry benar-benar mengharapkannya? Apa Cahya juga memiliki maksud lain terhadapnya?Beberapa saat kemudian, Cahya meletakkan cangkir teh ke depan bibirnya. Dia mengangkat kepala untuk melihat Cherry. “Semalam aku memang … kepikiran untuk menciummu.”Cherry merasa sangat syok. Dia pun berusaha menunjukkan senyuman di wajahnya. “Kamu mabuk, ‘kan?”“Bukan.” Beberapa saat kemudian. Cahya berkata, “Aku sangat sadar.”Cherry spontan terbengong di tempat. Dia curiga bahwa dirinya salah dengar. Cahya ingin menciumnya bukan karena sedang mabuk, melainkan karena sangat sadar.Ucapan Cherry semalam, bukannya ….Betapa inginnya dia bersembunyi saat ini!Pada akhirnya, kapal pesiar baru kembali ke Pelabuhan Lazen. Candice dan sekelompok orang berjalan menuruni kapal pesiar. Wajahnya tidak sebengkak sebelumnya lagi. Hanya saja, meski dia mengenakan masker, masih bisa terlihat bengkak di bagian matanya.Louis mengenakan topi di atas kepalanya. Candice pun terkejut. Saat dia memalingkan
Herman mengendarai mobil mengantar mereka kembali ke vila. Claire melihat Javier tidak berencana untuk memasuki mobil. Dia pun merasa bingung. “Kita nggak pulang?”Javier merangkul pinggangnya, lalu mendekati telinganya. “Bukankah aku pernah bilang ingin memberimu bunga?”Claire semakin kebingungan lagi. Bukankah hanya menghadiahkan bunga saja? Kenapa misterius sekali?Hanya saja, tebakan Claire salah. Setelah kembali ke Vila Blue Canyon, gambaran di dalam halaman sungguh mencengangkan.Mawar biru memenuhi satu halaman.Saking terkejutnya, Claire bahkan tidak sempat menutupi mulutnya. Kejutan ini datangnya terlalu mendadak.Javier memeluk Claire dari belakang. Dia menyandarkan dagu di atas pundaknya, lalu merendahkan nada bicaranya. “Apa kamu suka?”“Kamu … gimana ceritanya kamu bisa melakukannya?”Mawar biru adalah varietas mawar rekayasa genetika. Gen yang dimasukkan dapat merangsang produksi pigmen biru dari violet yang digunakan untuk pewarnaan mawar. Masa mekar mawar biru sebenarn
Charine membuka kotak cincin, lalu mengeluarkan cincin kuno itu. Saat dia hendak meninggalkan ruangan, dia tidak menyadari ada kelap-kelip cahaya merah dari atas kamera.Tanpa menunda waktu, Charine mengendarai mobil keluar rumah, lalu mengajak Karen ketemuan. Mereka pun janjian di kafe.Charine tiba duluan. Kemudian, disusul oleh Karen. “Cepat sekali Nona Charine mendapatkan uangnya?”Charine mengeluarkan kotak ke atas meja, lalu berkata, “Dibandingkan dengan uang tunai seratus miliar, lebih baik aku memberimu barang yang nilainya seratus miliar.”Karen mengerutkan keningnya. “Barang apa?”Ketika melihat Charine mengeluarkan cincin itu, raut wajahnya langsung berubah drastis. “Gimana kamu bisa mendapatkan cincin ini?”“Bagaimanapun, aku itu calon istri Keluarga Chaniago. Mertuaku sudah bercerai. Apa salahnya aku minta cincin ini dari Hardy? Sudahlah, jangan basa-basi lagi. Mau tukar, nggak?” Charine berlagak tidak sabaran. Dia sengaja bersikap seperti ini untuk menyembunyikan rasa ta
Sepertinya Claire harus berkunjung ke rumah Fendra.Di Kediaman Chaniago.Saat Charine pulang ke rumah, tampak Mario sedang duduk di ruang tamu. Dia spontan merasa gugup hingga air keringat membasahi kemejanya.Charine dengan terpaksa menyapanya, “Paman, kamu lagi di rumah, ya.”Mario sedang minum kopi. Dia memang tidak puas dengan menantunya ini, tetapi dia telah mengandung keturunan dari Keluarga Chaniago. Jadi, dia pun tetap menjaga sikapnya. “Kamu lagi hamil, jangan sering keluar. Besok suruh Hardy bawa kamu untuk melakukan pemeriksaan kandungan.”Menyadari Mario tidak menanyakan masalah cincin, sepertinya dia masih tidak mengetahuinya.Charine menghela napasnya, lalu mengangguk dengan tersenyum. “Oke, terima kasih, Paman Mario. Kalau begitu, aku kembali ke kamar dulu.”Charine langsung naik ke lantai atas.Mario menunduk. Ekspresinya seketika menjadi muram. Dia kepikiran masa kehamilan Bianca waktu itu, dia selalu pergi melakukan pemeriksaan kandungan sendiri ….Saat Charine naik
Fendra menyerahkan bayi kecil kepada Claire.Claire menggendong si kecil dengan lembut. Saat menyentuh si kecil, hati Claire langsung menjadi luluh. Dia menepuk-nepuk punggung Fendra dengan perlahan, lalu menghiburnya. Tak lama kemudian, si kecil tidak menangis lagi, malah tersenyum padanya.Ketika melihat gambaran ini, Fendra pun tersenyum. “Ternyata anak cuma bisa patuh ketika dijaga kalian.”Claire memasukkan dot ke dalam mulutnya, lalu membalikkan kepalanya dan berkata, “Paman Fendra, kamu masih belum menjawab pertanyaanku. Anak ini ….”“Dia bukan anakku. Ceritanya panjang.” Fendra menghela napas. Dia berjalan duduk di sofa, lalu berkata, “Satu bulan lalu, aku memungut anak ini di tengah hujan ….”Claire terbengong. “Pungut?”Fendra mengangguk. Dia mulai mengatakan masalah hujan pada satu bulan lalu. Dia sedang pergi ke supermarket untuk belanja. Sewaktu di perjalanan, dia menemukan sebuah kardus rongsokan di depan sana. Awalnya Fendra tidak ingin meladeninya. Hanya saja, terdengar
“Entah apa yang dipikirkan orang tua dari anak ini. Padahal anak ini imut sekali, mereka malah mencampakkannya.” Claire dapat merasakan Bianca sangat menyukai anak-anak.Claire kepikiran dengan anaknya pada tiga tahun silam. Seandainya anak di dalam kandungannya tidak gugur akibat kecelakaan itu, mungkin anak itu sudah berusia dua tahunan.Fendra meletakkan barang kebutuhan bayi, lalu berjalan ke dalam dapur. “Belum makan siang, ‘kan? Aku pergi masak dulu.”Claire dan Bianca bermain dengan Emiko. Beberapa saat kemudian, Emiko pun lapar. Bianca pergi membuatkan susu untuk si kecil sebab tidak ada ASI yang bisa diberikan kepadanya.Melihat si kecil minum dengan lahapnya, Claire pun ikut tersenyum.“Apa kamu tahu gimana kondisi Hardy pada belakangan waktu ini?” Tetiba Bianca bertanya. Claire pun tertegun, lalu membalas, “Nggak jelas, hanya saja … dengar-dengar Hardy akan segera menikah.”Bianca pun terkejut, lalu tersenyum. “Benarkah?”Claire juga tidak tahu bagaimana mengatakannya. Seand
Cherry menatap kamar jenazah dengan terbengong. Pikirannya seketika menjadi hampa. Beberapa saat kemudian, dia pun berkata, “Emm … nggak mungkin.”Karen telah meninggal? Cherry tidak bisa memercayainya. Mana mungkin wanita licik seperti dia akan meninggal secepat ini?Kapten Juno menatapnya. “Nona Cherry, apa kamu bisa melakukan konfirmasi?”Cherry tidak bersuara. Dia bersama Juno berjalan ke depan rak pendingin. Juno menarik rak nomor 16. Wajah wanita yang berbaring di dalam memang adalah Karen.Raut wajah Cherry yang awalnya syok berubah muram. Dia tidak tahu bagaimana mendeskripsikan perasaannya saat ini.Beberapa saat kemudian, Cherry bersuara, “Aku akan beri tahu ayahku.”…Masalah kecelakaan Karen baru diketahui Claire setelah dua hari kejadian. Kabar itu pun didapat dari Javier.“Mendadak sekali?” Bahkan, Claire juga merasa syok. Bagaimanapun, dia kenal dengan wanita yang bernama Karen itu.Javier membalikkan majalah sembari mengangkat cangkir kopinya. “Kecelakaan selalu datang
Cahya spontan menangkap Cherry. Namun, lebih mirip seperti sedang memeluk Cherry saja. Wajah Cherry bersandar di atas pundak lebarnya. Rambutnya pun mengenai bagian leher Cahya.Cahya duduk tertegun di tempat. Dia menelan air liurnya, lalu menekan kepala Cherry.Seketika, Cherry menyandarkan kepalanya tidur di atas pundak Cahya. Napas hangat diembuskan ke bagian leher. Hati Cahya seketika terasa bergejolak.Cahya menghela napas tanda tidak berdaya. Dia menggendong Cherry ke dalam kamar, lalu membaringkannya ke atas ranjang dan menyelimutinya.Cahya duduk di samping ranjang sejenak, baru meninggalkan ruangan.Rina menghentikan mobil di samping pintu gerbang Apartemen Genting. Setelah Cahya memasuki, Rina melihatnya dari kaca spion tengah. “Kak Cahya, apa Nona Cherry baik-baik saja?”Rina tahu Cherry diterpa gosip bersama Cahya. Cahya membantu Cherry untuk mencari rumah baru dan juga datang menjenguknya. Sepertinya hubungan mereka tidaklah sederhana.Cahya sudah bukanlah idola muda. Dia