Javier mengangkat dagu Claire. “Tapi lelaki tua itu agak menyebalkan. Kelak jaga jarak dengan dia.”“Agak susah, sih. Dia itu adik tingkat Bu Gina. Bu Gina menganggapku sebagai cucu angkatnya.”Claire menyandarkan dagunya di atas pundaknya. “Bu Gina yang mengajakku. Aku nggak mungkin menolaknya karena keberadaan Pak Andreas, ‘kan?”Javier menegakkan tubuhnya, lalu mengusap alis Claire. “Apa kamu masih ingat teman sekolah Jerry dan Jessie yang bermarga Tanzil?Claire terbengong sejenak. “Anak itu?”Javier mengiakan dengan perlahan. “Anak itu adalah anak dari keponakannya Andreas.”Claire sungguh terkejut. Tak disangka anak itu adalah tuan muda dari Keluarga Tanzil. “Kenapa dia bisa sekolah di Negara Makronesia?”Javier berjalan ke sisinya. “Mungkin karena lebih aman untuk jauh dari Keluarga Tanzil.”…Di hotel.Saat Hardy menyadarkan diri, dia merasa kepalanya terasa sangat sakit. Ketika dia melihat ada seorang wanita tidak berbusana sedang tidur di sisinya, dia pun merasa sangat syok.
Charine hanya bisa menggunakan siasat mundur sementara supaya tidak terlalu kentara.Tetiba Hardy mengeluarkan seluruh uang tunai di dalam dompetnya, lalu membuangnya ke atas ranjang. “Aku cuma punya segini. Aku nggak bisa kasih kamu yang lain.”Charine tertegun di tempat. Dia sungguh merasa terhina. “Kamu … kamu kira aku itu apa?”“Menurutmu?” Hardy mengancing pakaiannya. “Di saat aku kehilangan kesadaranku, kamu malah naik ke ranjangku. Kamu sendiri yang ingin dijadikan wanita seperti itu. Kamu kira setelah kamu tidur sama aku, aku akan menikahimu? Hehe.”Setelah berbicara, Hardy langsung meninggalkan kamar dengan membanting pintu.Charine melihat uang yang diserakkan di atas ranjang. Saking emosinya, dia membuang bantalnya. “Hardy, kamu tunggu saja!”Saat Hardy pulang ke rumah, Mario sedang membaca koran sembari menyesap teh di ruang tamu. Menyadari putranya tidak menyapanya sama sekali, Mario langsung membanting cangkir di meja. “Semalam kamu ke mana saja?”“Aku mabuk, tidur di rum
Nada bicara Cherry sangatlah tenang. “Kamu hanya perlu jawab iya atau bukan saja.”“Memangnya kenapa kalau iya?” Karen berjalan ke dalam gedung, lalu mengeluarkan kunci dari tasnya. “Pamanmu sudah meninggal. Keluarga Martini malah ingin merahasiakan masalah ini. Mana mungkin aku akan mengabuli permintaan kalian?”Cherry membalas, “Heh, jangan-jangan kecelakaan pamanku ada hubungannya sama kamu?”Kening Karen berkerut. “Shelly, apa yang lagi kamu katakan? Apa hubungannya kematian pamanmu sama aku? Mungkin Tuhan nggak suka lihat sikap arogan keluarga kalian, makanya kalian diberi hukuman. Sekarang kamu malah ingin menyalahkanku?”Cherry tersenyum. “Mungkin kamu nggak tahu semua yang kamu alami ada hubungannya dengan Jony?”Karen sedang berjalan keluar lift. Ketika dia mendengar ucapan ini, langkah kakinya langsung berhenti. “Apa maksudmu?”“Mengenai masalah ini, mungkin kamu mesti nanya langsung sama Pak Jony.”Tanpa menunggu balasan dari Karen, panggilan langsung ditutup. Karen berdiri
Claire tersedak, spontan memalingkan wajahnya dan terbatuk-batuk.Candice mengambil gelas jus di tangannya. “Ngapain dia suruh aku pakai seragam anak sekolah? Jangan-jangan dia suka sama anak-anak?”Pada zaman sekarang ini, wanita yang berkostum pakaian seragam anak sekolah itu sangat diminati oleh lelaki. Buktinya, ada banyak selebgram yang mendapatkan banyak hadiah dari lelaki ketika melakukan siaran langsung mengenakan pakaian seperti itu.Claire berdeham, lalu berkata, “Memangnya kamu bukan anak-anak?”Candice terdiam. “Tutup mulutmu!”Claire permisi ke toilet. Dia berdiri di depan wastafel, lalu mengoles lipstik di bibirnya.Dari dalam cermin, tampak seorang wanita berjalan melintasi toilet. Orang itu bukanlah orang lain, melainkan adalah Ester.Sepertinya Ester juga tidak menyangka akan bertemu Claire di toilet. Tidak terlihat ekspresi apa-apa di wajahnya. Dia berjalan ke depan wastafel, lalu menaruh tas di atasnya.“Sepertinya aku berjodoh sekali dengan Nyonya Claire,” ucap Este
Claire tersenyum, lalu melepaskan tangannya. Dia membalikkan tubuhnya berjalan ke depan mobil.Di perjalanan Claire mengantar Candice kembali akademi, Candice pun menanyakan lelaki yang ditemui mereka tadi. “Claire, apa kamu kenal sama paman yang tadi?”“Nggak tergolong kenal.” Claire memandang ke depan. “Dia itu mitra kerja sama Pak Aditya. Aku juga baru mengetahuinya dari Bu Gina.”Akhirnya Candice mengerti. “Ternyata begitu. Pantas saja aku merasa paman itu cukup berwibawa, ternyata dia itu pebisnis. Kenapa paman itu baik banget sama kamu? Dia bahkan ingin traktir kamu makan? Jangan-jangan ….” Candice terdiam beberapa detik, lalu memalingkan kepalanya menatap Claire. “Anaknya suka sama kamu? Dia ingin kamu jadi menantunya?”Claire tertegun sejenak, lalu tersenyum. “Candice, kamu memang pintar berkhayal, ya. Dia kenal sama Javier, dia juga tahu aku itu istrinya Javier. Mana mungkin dia ingin aku jadi menantunya? Aku saja nggak tahu dia ada anak laki-laki atau nggak? Bisa jadi, anakny
“Ngomong-ngomong Nona Cherry ini siapanya Bos, sih? Kenapa Bos begitu menjaganya?”“Jangan banyak tanya! Apa kamu lupa cerita temannya Nona Cherry yang disukai Kak Freya? Waktu itu Nona Cherry menghalangi rencananya. Dia pun kesal pergi mengadu kepada Bos. Alhasil, dia malah ditampar sama Bos.”Kedua wanita memapah Cherry ke dalam kamar. Interior kamar ini didesain dengan model kuno dengan ada tungku api di bagian dinding. Mereka membaringkan Cherry di atas ranjang, lalu meninggalkan ruangan.…Netizen tidak tahu masalah Chery. Itulah sebabnya mereka gampang terbawa arus berita. Di sisi lain, Carlos juga sedang sibuk dengan urusan keluarganya. Dia tidak sempat mengurus berita viral di internet. Oleh sebab itu, Cherry kembali menjadi topik hangat.Claire menyilangkan kakinya duduk di sofa sembari membuka Facebook. Setelah itu, dia meletakkan ponsel ke samping dan memeluk bantal.Javier mengambil secangkir kopi berjalan menuruni tangga. Dia menyadari Claire sedang sendirian terbengong di
“Nggak usah, kamu jangan masuk!” Claire memperingati.Senyuman di wajah Javier semakin lebar lagi.Beberapa saat kemudian, pintu terbuka. Claire keluar dengan mengenakan seragam yang dipersiapkan Javier dengan canggung. “Kamu pasti sengaja, malah beli yang ….”Rok pendek yang kembang itu sangatlah pendek. Kerah pakaiannya juga sangat rendah memamerkan buah dada indah Claire. Kaos kaki hitam dikenakan sepanjang lutut. Claire yang sekarang memang kelihatan sangat menawan.Awalnya Javier hanya ingin melihat Claire mengenakan seragam pelayan saja. Namun siapa sangka Claire akan begitu menggoda. Ditambah lagi, sikap Claire yang malu itu membuatnya terlihat bagai anak gadis yang siap-siap untuk diserang saja.Javier menelan air liurnya. Tatapannya terlihat semakin tajam.Claire mengerti maksud dari tatapan Javier. Saat hendak berlari kembali ke kamar ganti, Javier langsung menarik pinggang Claire, lalu menindihnya di dinding. Kepala Claire ditahan, Javier pun mengecup bibirnya dengan gila.
Cherry mengambil flashdisk, lalu melihatnya dengan kaget. “Kamu ….”Claire duduk di hadapannya. “Apa kamu bisa menyelesaikan masalah ini sendirian? Sekarang kalau ada yang mengetahui sedikit kesalahan dari keluargamu, mereka pasti akan membesar-besarkannya. Meskipun kamu menjelaskan, apa mungkin orang-orang akan percaya tanpa bukti kuat?”Kening Cherry tampak berkerut. Beberapa saat kemudian, dia menghela napas lega. “Penyebab kematian pamanku masih belum diketahui. Ayahku masih sibuk dengan urusan lain. Jujur saja, aku memang nggak tahu harus berbuat apa.” Cherry mengangkat kepala menatap Claire. Dia terlihat sangat terharu. “Aku nggak sangka kamu akan membantuku.”Claire menunduk. Dia juga tidak tahu kenapa dia ingin membantu Cherry. Mungkin apa yang dialami Cherry sungguh mirip dengan apa yang dialaminya waktu itu.“Kita itu teman. Kalau teman lagi kesusahan, nggak mungkin aku tinggal diam saja.” Claire pun tersenyum.Cherry terbengong sejenak. Dia memasukkan flashdisk ke dalam tasn
“Suka, aku bagai berdiri di bawah langit saja. Begitu mengulurkan tanganku, aku sudah bisa menggapai bintang.” Ariel mengangkat tangannya, seolah-olah hendak meraihnya.Tiba-tiba Ariel kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya. “Berapa banyak uang yang sudah kamu habiskan?”Jodhiva berjalan di sisi Ariel, kemudian menghentikan langkahnya. “Aku tidak peduli. Yang penting kamu menyukainya.”“Hanya sebuah resepsi pernikahan saja, jangan menghamburkan uang yang terlalu banyak. Kalau sampai ayahku tahu, dia pasti akan memarahiku boros.”Jodhiva tersenyum, lalu merangkul Ariel ke dalam pelukannya. “Kalau Tuan Tobias tahu aku menghabiskan banyak uang untuk menyewa sepotong gaun pengantin, sepertinya dia bakal emosi hingga pingsan?”Ariel tertegun dan tidak berbicara lagi.Jodhiva mengusap kepalanya. “Pernikahan hanya sehidup sekali. Aku tidak ingin meninggalkan penyesalan untukmu.”Pada saat ini, direktur dekorasi pernikahan datang. Dia bertanya dengan tersenyum, “Tuan Jody, apa kamu suda
“Ayah pergi ke Kediaman Keluarga Gufree.”Pada saat yang sama, di Kediaman Keluarga Gufree.Javier sedang mengobrol dengan Louis di ruang baca. Saat Louis mengetahui masalah Jodhiva mengalami kecelakaan, dia pun bertanya, “Bagaimana kondisi Jody sekarang?”“Sudah istirahat selama seminggu. Kondisinya sudah membaik. Dia sudah diperbolehkan keluar minggu depan.”Louis mengangkat cangkir teh. “Keluar rumah sakit minggu depan? Seingatku, resepsi pernikahan Jody diadakan tanggal sembilan?”Javier mengangkat kelopak matanya. “Terpaksa diundur ke pertengahan bulan. Bukannya hari Valentine cocok untuk mengadakan hari pernikahan?”Louis tertegun sejenak, lalu tertawa dan menyesap teh dengan perlahan. “Betul juga, tanggal 14 Februari memang adalah hari bagus.”“Siapa yang mengadakan resepsi pernikahan di hari Valentine? Jody?” Caden membawa camilan ke dalam ruang baca.Louis tersenyum lebar. “Siapa lagi selain anak angkatmu?”“Bagus juga.” Candice meletakkan camilan di atas meja. “Kebetulan kami
Bastian tersenyum menyeringai. “Nyonya Herla, berhubung dia bukan sengaja ingin mengingkari janjinya, bisa tidak kamu meminjamkan gaun pengantin itu kepadanya?”Herla mengangkat kepalanya, lalu menaikkan gagang kacamatanya. “Kalau dia mau pinjam gaun pengantin, dia bisa datang sendiri. Kenapa kamu yang datang?”“Aku melakukan semua ini juga demi teman baikku. Sepertinya masih butuh setengah bulan lagi untuk dia bisa membahas masalah gaun denganmu. Waktu dengan jadwal resepsi pernikahannya terlalu mepet. Kalau kamu tidak meminjamkannya, dia pun tidak tahu bagaimana menjelaskan kepada istrinya.” Bastian menghela napas berat. “Demi gaun pengantin, dia hampir saja kehilangan nyawanya.”“Apa kamu merasa semua ini salahku?”“Bukan, mana mungkin aku berani ….” Bastian berjalan ke samping Herla. “Nyonya Herla, aku hanya ingin bilang, tolong pinjamkan gaun itu kepadanya. Meski cuma setengah hari, juga tidak masalah.”Selesai menyusun bunga, Herla meletakkan vas bunga di samping. Dia mengambil v
Raut wajah Jodhiva menjadi dingin. “Hanya karena dia mau balas dendam sama aku?”“Pokoknya, dia tidak suka sama kamu. Setelah kamu tahu semua ini ulahnya, dia pun tidak bisa melarikan diri lagi.”Pada saat ini, John yang tinggal di hotel juga tahu soal ulahnya telah terekspos. Setelah berhubungan dengan Oriana, dia pun menenangkan Oriana. “Kamu tenang saja. Dia bersikap sangat sadis terhadapmu. Aku pasti akan bantu kamu untuk beri pelajaran kepadanya.”Oriana membelakanginya, tidak berbicara sama sekali.Saat mendengar suara bel pintu berbunyi, John mengira anggotanya telah kembali. Dia membungkus tubuhnya dengan jubah mandi, lalu pergi membuka pintu.Belum sempat melihat jelas orang yang berdiri di luar sana, John pun ditendang oleh Darman.Darman membawa anggotanya menerobos ke dalam kamar, diikuti oleh Jerremy. Dia masih menyamar menjadi abangnya.Raut wajah Oriana menjadi terkaku. Dia menutup tubuhnya dengan selimut. “Jo … Jody.”Ketika Darman menyadari ternyata mereka berdua sedan
Darman berjalan mendekat. “Tuan Javier.”Javier mengatakan sesuatu di telinga Darman. Darman kembali ke ruang interogasi untuk berbicara dengan pihak kepolisian. Polisi mengangguk, lalu melihat ke sisi pria. “Tidak masalah kalau kamu tidak mengakuinya. Karena sudah ada yang mengatakan kamu pelakunya.”Si pria masih tidak percaya. “Tidak mungkin!”Polisi mengambil tablet dari tangan Darman, lalu meletakkannya di hadapan si pria. “Apa kamu mengenalnya?”Pria itu langsung tertegun di tempat. Terlihat foto dia sedang mengobrol dengan pria paruh baya di area parkiran! Jelas-jelas dia sudah sangat hati-hati!Pada saat ini, polisi berkata, “Aku merasa dalang di balik masalah ini pasti akan mengorbankan salah satu di antara kalian. Demi melindungi diri, dia memilih untuk mengorbankanmu. Lagi pula, kamu juga bersedia untuk menanggungnya, ‘kan? Kalau begitu, kami terpaksa melepaskannya.”Saat polisi hendak memberi amanah kepada anggotanya yang lain, akhirnya si pria berkata, “John yang mengutusk
Darman mengangguk, lalu mengadang pandangan Oriana. “Nona, maaf, Tuan Jody tidak ingin bertemu denganmu.”Alhasil, Oriana meninggalkan vila dengan kecewa. Dia duduk di dalam mobil dengan kedua tangan dikepal erat.Tadinya, jika Jodhiva memperlakukan Oriana dengan sikap baik, bisa jadi dia akan memberi tahu apa yang dilakukan John. Siapa sangka Jodhiva akan bersikap begitu sadis.Di dalam vila, Jerremy sedang duduk di sofa sembari mengangkat cangkir kopi. “Apa cewek itu terus mengganggu kakakku?”Darman membalas, “Bukan begitu. Setahu kami, Nona Oriana memang punya perasaan terhadap Tuan Jody. Waktu itu, saat Tuan Jody pulang bersama Nona Ariel, Nona Oriana melakukan sesuatu memancing emosi Tuan Jody, hingga tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan Hunter lagi.”Jerremy menyesap kopi dengan perlahan. “Bagaimana dia bisa tahu masalah kecelakaan Kak Jody?”“Aku juga penasaran. Jangan-jangan Bastian yang mengatakannya? Bastian tidak tahu apa yang sudah dilakukan Nona Oriana. Hubunganny
Setelah mengganti pakaian Jodhiva, Jerremy berjalan keluar kamar. Bastian pun merasa syok, terus mengamati Jodhiva. “Mirip sekali.”Anak kembar memang sangat mirip. Hanya dengan disamarkan sedikit, tidak lagi terlihat perbedaan di antara mereka.Jerremy merapikan pakaiannya. “Ke rumah sakit.”Bastian mengangguk. “Oke.”Siang harinya, Jerremy menyamar sebagai abangnya ke luar dari rumah sakit. Ada Darman dan Bastian yang mendampinginya. Darman membukakan pintu mobil mempersilakan Jerremy untuk duduk di baris belakang, kemudian Bastian dan Darman juga bergegas memasuki mobil.Saat mobil melaju pergi, pria yang bersembunyi di sekitar menunjukkan ekspresi kaget. Keningnya kelihatan berkerut. “Mana mungkin? Jelas-jelas cederanya begitu serius ….”Tiba-tiba si pria kepikiran sesuatu, lalu menghubungi seseorang. “Jody sudah keluar dari rumah sakit. Sepertinya kabar dia terluka itu palsu.”Di sisi lain, di kamar hotel eksekutif.Pria muda mengakhiri panggilan, lalu mengesampingkan ponselnya. T
Usai berbicara, Bastian juga merasa bersalah. “Seharusnya aku menghalanginya.”Claire terhuyung-huyung ke belakang. Javier segera memapahnya, lalu menatap Bastian dengan raut wajah datar. “Bagaimana kondisinya sekarang?”Bastian menjawab, “Dia masih lagi diselamatkan. Katanya, luka Kak Jody sangat serius, perlu melakukan operasi.”“Ada apa dengan kakakku?” Jerremy sedang berdiri di depan rak sepatu. Kebetulan dia mendengar perbincangan mereka.Bastian memutar tubuhnya untuk melihat Jerremy. Dia terbengong sejenak. Apa pria itu adalah adiknya Jodhiva?Wajah mereka mirip sekali.Jerremy berjalan mendekat. “Ayah, izinkan aku ke Negara Shawana. Telah terjadi sesuatu dengan Kak Jody, aku tidak mungkin tinggal diam.”Javier berkata, “Aku akan pergi bersamamu, sekalian aku ingin melihat kondisi kakakmu. Apa pun ceritanya, dokter mesti menyelamatkan kakakmu dari bahaya.”Jerremy naik ke lantai atas untuk membereskan koper. Javier menarik tangan Claire. “Claire, aku mesti pergi untuk beberapa s
Tiba-tiba Darman kepikiran sesuatu, lalu menarik si pria untuk bertanya, “Di mana pria itu?”“Dia masih diinterogasi di garasi mobil.”Darman menyuruh mereka untuk menunggu di rumah sakit. Dia pun segera kembali ke vila.Di dalam garasi, pria itu sedang diikat di bangku. Dua orang pria sedang menginterogasinya secara bergilir, tetapi dia tetap tidak bersedia untuk berbicara.Begitu Darman berjalan ke dalam, dia langsung melayangkan tinjuan, bahkan menjatuhkan bangku yang diduduki pria itu.“Darman!” Anggota lain menghalanginya.Darman mendorong mereka, kemudian menendang pria di lantai. Dia bagai ingin meluapkan amarah di diri orang itu.Ketika melihat orang yang ditendang tidak berhenti menjerit untuk meminta pengampunan, bahkan telah muntah darah, mereka berdua baru menghentikan langkah Darman. “Kalau kamu pukul seperti ini, dia akan mati!”Darman mendorong mereka berdua. Dia menarik pria di lantai dengan kedua mata memerah. “Apa kamu masih tidak ingin ngomong siapa yang memerintahmu