Pelayan membawa Javier ke dalam kafe bagian luar. Tampak bayangan punggung seorang lelaki sedang duduk di balkon.Ketika mendengar suara langkah kaki, si lelaki baru membalikkan kepalanya untuk melihat Javier. “Aku sungguh merasa terhormat lantaran Tuan Javier bersedia menemuiku.”“Apa Paman Aditya yang memberimu nomor teleponku?”Javier menarik kursi, lalu duduk di hadapannya. Andreas memanggil pelayan. “Kamu ingin minum apa?”Nada bicara Javier sangat datar. “Terserah.”Andreas berkata pada pelayan, “Tambah secangkir kopi.”Pelayang mengangguk.“Benar, Aditya yang memberiku nomor teleponmu. Gimanapun, aku tergolong pamanmu.”“Paman?” Javier mengangkat-angkat alisnya dengan wajah tak berekspresi. “Keluarga Fernando tidak pernah memiliki saudara sepertimu.”Andreas pun tersenyum. “Apa kamu masih menyalahkanku karena masalah ibumu? Sebenarnya Keluarga Tanzil memperlakukan ibumu dengan cukup baik walau sebenarnya ibumu tidak memiliki hubungan darah dengan kami.”“Cukup baik?” Javier ter
Langkah kaki Javier seketika berhenti. Dia memalingkan wajahnya, menunjukkan ekspresi sinisnya.Aditya mengangkat cangkir kopinya. “Kebetulan sekali, anak keponakanku juga sekolah di sana.”…Karen yang diopname tidak makan sama sekali. Ketika melihat wajahnya yang hancur akibat dipukul itu, dia pun langsung membuang cermin ke lantai.Charine berjalan ke sisi pintu, lalu mengetuk pintu.Karen menatapnya. “Kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?”Hubungan Karen dengan Charine tidak tergolong bagus. Tentu saja dia juga tidak ingin menjalin hubungan baik dengan Charine. Hanya saja, malam itu dia yang memberi tahu Karen masalah Cherry bersekongkol dengan istrinya Javier.“Tentu saja datang untuk menjengukmu.” Charine berhenti di sisi ranjang sembari mengamatinya. “Pak Jony sadis juga.”Karen sungguh terkejut. “Kamu ….”Kenapa Charine bisa mengetahui hubungannya dengan Jony?Karen yang syok itu sesuai dengan dugaan Charine. “Nona Karen nggak punya latar belakang apa-apa, cukup sulit untuk bisa b
Charine terlihat kesal. “Kamu saja nggak pasti bisa mendapatkan Cahya, aku juga nggak ingin ambil risiko. Menurutku, Hardy adalah pilihan yang paling tepat.”Karen gagal dalam menggoda Cahya. Dia bagai biksu saja, yang tidak tergoda dengan pesona wanita mana pun. Jadi, Charine tidak berani mengambil risiko untuk mendekati Cahya. Dia khawatir rencananya akan hancur nantinya.Sebelumnya Charine pernah menyelidiki latar belakang Hardy. Hardy memang adalah lelaki yang terkenal dengan playboy-nya. Hanya saja, selama di kamp pelatihan, dia tidak pernah berhubungan dengan wanita.Lagi pula, Hardy juga tergolong tuan muda Keluarga Chaniago. Charine bisa mendapatkan semua yang dia inginkan setelah menikah dengan Hardy.Tetiba Karen membuka laci nakas, lalu mengeluarkan sebuah dompet.“Aku bisa bantu kamu, tapi ada syaratnya.”Charine menatapnya. “Syarat apa?”“Jangan khianati aku dalam kondisi apa pun. Inilah persyaratanku.” Karen menyerahkan sebungkus obat kepada Charine.Charine terbengong. “
Javier mengesampingkan sendok dan garpu dari tangan Claire. Dia menggendongnya, lalu berkata, “Nanti baru makan lagi.”“Javier!” Perlawanan tidak berguna.Langit di luar sana semakin menggelap. Suara musik di dalam pub memekakkan telinga. Di bawah pancaran cahaya lampu kelap-kelip, seorang wanita sedang menari di tengah tiang. Lelaki dan wanita yang berpakaian modis sedang menikmati minuman sembari mengocok dadu di bawah panggung.Malam ini, Hardy dan teman-temannya pergi ke pub untuk menikmati hiburan. Hanya saja, tidak ada wanita di sampingnya. Dia hanya fokus dengan minumannya saja.Seorang lelaki tersenyum lebar. “Tuan Hardy, gimana kalau aku panggilin wanita buat kamu?”Hardy mengibaskan tangannya. Dia menyandarkan tangannya di atas sofa. “Tidak usah! Aku tidak tertarik sama wanita.”“Lho! Tuan Hardy sudah bertobat, ya. Dulu ketika kita minum bareng, biasanya kamu yang perkenalkan wanita buat kami.”“Benar! Setelah kembali dari kamp pelatihan, Tuan Hardy malah tidak tertarik deng
Claire hanya tersenyum dan tidak berbicara.Andreas berkata dengan tersenyum, “Meski Kak Gina tidak memperkenalkannya, aku juga kenal dia. Dia adalah menantu dari Keluarga Fernando.”Sambil berbicara, Andreas melihat Claire. “Dua hari lalu, aku baru bertemu Tuan Javier di lapangan golf.”Claire tertegun sejenak, lalu tersenyum. “Oh ya? Javier nggak pernah mengungkit masalah ini.”Gina sungguh tidak habis pikir. “Ibunya Tuan Javier, Prisca, adalah adik dari adik tingkatanku. Aku juga baru mengetahuinya.”Aditya menimpali, “Kak Gina jangan salahkan aku tidak beri tahu kamu. Selama ini aku tinggal di Negara Hyugana. Prisca sendiri yang tidak pernah mengungkit hubungan kami kepada publik.”Gina mengangguk.Andreas melihat ke sisi Claire. “Kapan Tuan Javier ada waktu? Kita bisa berkumpul bersama.”Claire masih menunjukkan senyuman sopan di wajahnya. “Pak Andreas tenang saja. Aku akan sampaikan masalah ini kepada Javier.”Claire mengangkat gelasnya, lalu meminumnya. Sebelumnya Javier memang
Claire menggaruk keningnya dengan canggung, lalu melirik ke sisi Gina. Sepertinya hanya Gina yang masih belum mengetahui kacaunya hubungan mereka.Claire melirik Ester. Tampak Ester sedang menatap Andreas dengan ekspresi datar. Dia memang pantas dijuluki sebagai istri dari kepala keluarga.Claire kembali ke perusahaan. Begitu memasuki ruangan, tampak Javier sedang berdiri di depan jendela. Jelas sekali Javier sedang menunggunya.Javier membalikkan tubuhnya. “Sudah kembali.”Claire langsung berlari ke dalam pelukannya. “Bu Gina ajak aku untuk minum teh. Pak Andreas juga ada di sana.”Tangan Javier membelai rambut halus Claire. “Aku tahu.”Claire mengangkat kepalanya. “Aku juga ketemu dengan Pak Zefri dan Bu Ester. Mereka bertiga sempat ketemuan. Aku merasa canggung sekali.”Kali ini, Javier pun tersenyum. “Mereka saja tidak merasa canggung. Kenapa malah kamu yang merasa canggung?”Claire pun tersenyum. “Tadi mereka sempat mengungkitmu. Mereka tanya kenapa kamu nggak datang bareng aku. P
Javier mengangkat dagu Claire. “Tapi lelaki tua itu agak menyebalkan. Kelak jaga jarak dengan dia.”“Agak susah, sih. Dia itu adik tingkat Bu Gina. Bu Gina menganggapku sebagai cucu angkatnya.”Claire menyandarkan dagunya di atas pundaknya. “Bu Gina yang mengajakku. Aku nggak mungkin menolaknya karena keberadaan Pak Andreas, ‘kan?”Javier menegakkan tubuhnya, lalu mengusap alis Claire. “Apa kamu masih ingat teman sekolah Jerry dan Jessie yang bermarga Tanzil?Claire terbengong sejenak. “Anak itu?”Javier mengiakan dengan perlahan. “Anak itu adalah anak dari keponakannya Andreas.”Claire sungguh terkejut. Tak disangka anak itu adalah tuan muda dari Keluarga Tanzil. “Kenapa dia bisa sekolah di Negara Makronesia?”Javier berjalan ke sisinya. “Mungkin karena lebih aman untuk jauh dari Keluarga Tanzil.”…Di hotel.Saat Hardy menyadarkan diri, dia merasa kepalanya terasa sangat sakit. Ketika dia melihat ada seorang wanita tidak berbusana sedang tidur di sisinya, dia pun merasa sangat syok.
Charine hanya bisa menggunakan siasat mundur sementara supaya tidak terlalu kentara.Tetiba Hardy mengeluarkan seluruh uang tunai di dalam dompetnya, lalu membuangnya ke atas ranjang. “Aku cuma punya segini. Aku nggak bisa kasih kamu yang lain.”Charine tertegun di tempat. Dia sungguh merasa terhina. “Kamu … kamu kira aku itu apa?”“Menurutmu?” Hardy mengancing pakaiannya. “Di saat aku kehilangan kesadaranku, kamu malah naik ke ranjangku. Kamu sendiri yang ingin dijadikan wanita seperti itu. Kamu kira setelah kamu tidur sama aku, aku akan menikahimu? Hehe.”Setelah berbicara, Hardy langsung meninggalkan kamar dengan membanting pintu.Charine melihat uang yang diserakkan di atas ranjang. Saking emosinya, dia membuang bantalnya. “Hardy, kamu tunggu saja!”Saat Hardy pulang ke rumah, Mario sedang membaca koran sembari menyesap teh di ruang tamu. Menyadari putranya tidak menyapanya sama sekali, Mario langsung membanting cangkir di meja. “Semalam kamu ke mana saja?”“Aku mabuk, tidur di rum