Apalagi, Jony masih harus mengandalkan keluarga mertuanya. Jadi, dia tidak mungkin mengizinkan istrinya mengetahui simpanannya di luar sana. Jony pun berkata, “Aku, Jony, tidak pernah mengingkari janjiku. Dia hanyalah seorang wanita pendamping saja, aku pasti tidak akan ikut campur dalam masalahnya dengan Keluarga Martini.”Seusai berbicara, Jony langsung meninggalkan ruangan.Roger berjalan ke dalam ruangan. Pencahayaan di dalam ruangan seketika menjadi lebih terang.Claire melepaskan topeng, lalu kembali duduk di samping Javier. “Tak disangka Karen malah menjadi simpanan dari Jony yang punya konflik dengan Keluarga Martini. Seharusnya dia nggak dendam sama kita gara-gara kita ancam, ‘kan?”Javier memalingkan wajahnya untuk melihat Claire sembari tersenyum tipis. “Sejak kapan kita mengancam?”Roger berkata di samping, “Tenang saja, Nyonya. Kita menggunakan identitas orang lain ketika masuk ke Klub Garzia. Paling-paling Jony hanya akan curiga kita itu utusan Keluarga Martini saja.”De
Roger mengangguk. “Ruangan itu bukan ruangan Jony. Sepertinya orang di ruangan sebelah kenal dengan Tuan Javier.”Javier memicingkan matanya. “Sepertinya ada yang tahu aku lagi di Klub Garzia sekarang.”Javier memasukkan Claire ke dalam pelukannya, lalu mengecup keningnya. “Tunggu aku di sini, jangan pergi ke mana-mana. Apa kamu mengerti?”Claire ragu sejenak, baru mengangguk. “Kalau begitu, kamu cepat kembali, ya.”Javier tersenyum, lalu membawa Roger meninggalkan ruangan.Claire duduk sendirian di dalam ruangan VIP. Pengawal masih berjaga di luar sana. Saat ini, Claire menerima panggilan dari Cherry. “Apa kamu lagi ke Klub Garzia?”“Emm, aku ketemu dengan Jony. Sekarang dia itu lelakinya Karen.”Cherry terdiam, baru berkata, “Aku kenal dengan Jony. Sebelumnya ayahku pernah menyegel resor pemandiannya. Itu berarti Karen ingin memperalatnya untuk turun tangan terhadap keluargaku.”“Jony sudah berjanji nggak akan bantu dia.” Claire menyandarkan tubuhnya di sofa. “Jony takut sama istriny
Suara hancur botol minuman terdengar keras. Dalam seketika, si lelaki bertubuh kekar jatuh bergelinding di lantai sembari memegang luka di bagian kepalanya.Orang-orang di samping juga terkejut dengan kesadisan Claire. Mereka pun tidak berani untuk bertindak gegabah.Jony langsung memaki, “Dasar sekelompok orang tidak berguna! Kalian bahkan tidak sanggup menghadapi seorang wanita! Cepat tangkap dia!”Bukanlah masalah bagi Claire untuk menghadapi dua atau tiga orang sekaligus, tetapi masih tersisa tujuh atau delapan orang lagi.Claire yang mengenakan sepatu hak tinggi sudah kehilangan tenaganya. Kepingan kaca pun jatuh berserakan di atas lantai.Seorang lelaki berjalan menghampiri Claire hendak menindihnya di atas sofa. Claire mengangkat lututnya untuk menendang si lelaki. Alhasil, si lelaki meringkuk kesakitan.Kedua lelaki lainnya datang untuk menahan Claire, lalu menindihnya di atas sofa. Jony bersuara, “Lepaskan topengnya.”Saat ini, Karen hanya melipat kedua tangan di depan dada se
Jony berkata dengan sungkan, “Terima kasih atas pengertian Pak Zefri.”Seusai berbicara, Jony berkata pada kedua lelaki kekar yang terluka, “Serahkan wanita kurang ajar ini kepada bos Klub Garzia. Biar dia diberi pelajaran.”“Pak Jony, aku nggak berani lagi! Serius, aku nggak berani lagi!” Karen diseret dari atas lantai.Jony juga segera membawa anggotanya untuk berpamitan.Javier dan Roger segera berlari ke depan pintu ruangan. Ketika melihat isi ruangan yang berantakan dan Claire yang sedang tertegun di tempat akibat terkejut, kening Javier langsung berkerut.Javier berjalan ke hadapan Claire, lalu memeluknya dengan erat. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke sisi Zefri. “Terima kasih banyak, Paman Zefri.”Zefri melambaikan tangannya. “Tidak usah berterima kasih. Kamu hanya perlu mengingat janjimu padaku saja.”Javier memeluk Claire berjalan keluar Klub Garzia. Angin malam hari ini cukup dingin. Dia melepaskan jasnya untuk membungkus tubuh Claire, lalu memerintah Roger untuk membawa
Claire teringat masalah ini juga karena bertemu dengan Zefri tadi malam.Javier memeluk kedua pipi Claire, lalu tersenyum padanya. “Claire sengaja menggantungku?”“Bukan ….” Claire menggenggam pergelangan tangan Javier. “Aku melihat Bu Ester bersama lelaki lain. Bu Gina juga kenal sama lelaki itu, namanya Andreas.”Claire teringat sesuatu, lalu menambahkan, “Oh ya, kata Bu Gina dia datang jauh-jauh dari luar negeri untuk bekerja sama dengan Perusahaan Esterna, katanya ada proyek luar negeri.”Perusahaan Esterna adalah perusahaan milik Aditya Mahendra.Tetiba Javier membaringkan Claire ke atas ranjang. Dia berdiri, lalu melepaskan kancing pakaiannya dengan perlahan. “Namanya Andreas?”Claire berbaring di atas ranjang. “Emm, aku dengar Bu Gina panggil dia dengan nama itu.”Javier melepaskan kemejanya, lalu mulai melepaskan tali pinggangnya. Tiba-tiba Javier menggendong Claire.Claire pun merasa kaget. “Kamu lagi ngapain?”Javier menggendong Claire ke dalam kamar mandi. “Mandi.”Wajah Cla
Claire menundukkan kepalanya dengan perlahan.Pantas saja, sikap Ester menjadi dingin ketika mengetahui Claire adalah istrinya Javier. Bagaimanapun, Claire adalah menantu dari wanita yang dicintai suaminya. Zefri masih tidak bisa melupakan Prisca. Istri mana yang sanggup menerima suaminya terus memikirkan wanita lain? Hanya saja, apa hubungannya Ester dengan lelaki yang bernama Andreas itu? Claire kembali bertanya, “Apa kamu kenal dengan lelaki yang bernama Andreas itu?”Tatapan Javier tertuju pada wajah Claire. “Ada dua keluarga besar di Negara Hyugana, Keluarga Tanzil dan juga Keluarga Tanaka. Sebelas tahun silam, cucu sulung Keluarga Tanzil, Hengky Tanzil, menikah dengan tuan putri dari keluarga kerajaan Negara Hyugana. Jadi, kedudukan Keluarga Tanzil saat ini juga termasuk sanak keluarga kerajaan Negara Hyugana.”Saat berbicara sampai di sini, Javier terlihat semakin dingin saja. “Dulu ibuku pernah diasuh oleh Keluarga Tanzil. Dia tergolong tantenya Hengky, si Andreas itu tergolon
“Jawab, dong.” Claire mendorong lengannya.Javier tersenyum. “Tanggal 23 bulan Oktober.”Claire mengedipkan matanya. “Berarti bulan depan, ya?” Kemudian, dia melanjutkan, “Aku nggak pernah melewati musim dingin bersamamu. Nanti kita pergi ke Kota Jimbar buat lihat salju, ya? Biasanya Kota Jimbar turun salju di bulan Oktober. Setahuku di sana ada lapangan ski alami di sana. Musim dingin di Kota Jimbar sangat ramai. Gimana kalau kita bawa Jerry dan Jessie ke ….”Belum sempat Claire menyelesaikan omongannya, Javier mendekatinya. Javier mengusap wajahnya, lalu mengecup bibir Claire yang masih terbuka itu.Beberapa saat kemudian, Javier melepaskan Claire, lalu mengusap ujung bibir wanitanya. “Dulu kita memang tidak pernah melewati musim dingin bersama. Tapi mulai sekarang, aku akan menemanimu melewati musim dingin bersama untuk selamanya.”Selama tiga tahun ini, Claire melewati musim dinginnya di Kota San Pegas. Dia sendirian di musim dingin yang dipenuhi salju itu. Claire melewati 1.095 ma
Latar belakang keluarga istrinya Jony sangatlah hebat. Ditambah lagi, dia adalah istri sah Jony. Meskipun Jony merasa marah, dia juga tidak berani melampiaskan amarah ke diri istrinya. Tentu saja simpanannya yang akan dikorbankan.Cherry mengangkat cangkir kopinya. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya.Claire menatap Cherry. “Apa kamu menyesal?”Cherry terdiam sejenak sembari melihat kopi kental di dalam cangkir. “Nggak menyesal. Aku hanya merasa kasihan dengan apa yang menimpanya.”“Sebelumnya aku juga pernah kasihan sama orang seperti itu.” Claire mengambil pena di atas meja, lalu memutarnya. “Terkadang aku berpikir, seandainya mereka tahu apa akibat yang akan mereka terima, apa mereka akan menyesal?”Cherry tersenyum. “Kedua wanita itu yang kamu maksud … mantannya Tuan Javier?”Claire langsung melempar pena di tangan, lalu segera menimpanya agar pena tidak jatuh ke lantai.“Kenapa kamu terus terang sekali?” Claire sungguh canggung.Cherry menyilangkan kedua kakinya. Dia duduk
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me