Suara hancur botol minuman terdengar keras. Dalam seketika, si lelaki bertubuh kekar jatuh bergelinding di lantai sembari memegang luka di bagian kepalanya.Orang-orang di samping juga terkejut dengan kesadisan Claire. Mereka pun tidak berani untuk bertindak gegabah.Jony langsung memaki, “Dasar sekelompok orang tidak berguna! Kalian bahkan tidak sanggup menghadapi seorang wanita! Cepat tangkap dia!”Bukanlah masalah bagi Claire untuk menghadapi dua atau tiga orang sekaligus, tetapi masih tersisa tujuh atau delapan orang lagi.Claire yang mengenakan sepatu hak tinggi sudah kehilangan tenaganya. Kepingan kaca pun jatuh berserakan di atas lantai.Seorang lelaki berjalan menghampiri Claire hendak menindihnya di atas sofa. Claire mengangkat lututnya untuk menendang si lelaki. Alhasil, si lelaki meringkuk kesakitan.Kedua lelaki lainnya datang untuk menahan Claire, lalu menindihnya di atas sofa. Jony bersuara, “Lepaskan topengnya.”Saat ini, Karen hanya melipat kedua tangan di depan dada se
Jony berkata dengan sungkan, “Terima kasih atas pengertian Pak Zefri.”Seusai berbicara, Jony berkata pada kedua lelaki kekar yang terluka, “Serahkan wanita kurang ajar ini kepada bos Klub Garzia. Biar dia diberi pelajaran.”“Pak Jony, aku nggak berani lagi! Serius, aku nggak berani lagi!” Karen diseret dari atas lantai.Jony juga segera membawa anggotanya untuk berpamitan.Javier dan Roger segera berlari ke depan pintu ruangan. Ketika melihat isi ruangan yang berantakan dan Claire yang sedang tertegun di tempat akibat terkejut, kening Javier langsung berkerut.Javier berjalan ke hadapan Claire, lalu memeluknya dengan erat. Kemudian, dia memalingkan kepalanya ke sisi Zefri. “Terima kasih banyak, Paman Zefri.”Zefri melambaikan tangannya. “Tidak usah berterima kasih. Kamu hanya perlu mengingat janjimu padaku saja.”Javier memeluk Claire berjalan keluar Klub Garzia. Angin malam hari ini cukup dingin. Dia melepaskan jasnya untuk membungkus tubuh Claire, lalu memerintah Roger untuk membawa
Claire teringat masalah ini juga karena bertemu dengan Zefri tadi malam.Javier memeluk kedua pipi Claire, lalu tersenyum padanya. “Claire sengaja menggantungku?”“Bukan ….” Claire menggenggam pergelangan tangan Javier. “Aku melihat Bu Ester bersama lelaki lain. Bu Gina juga kenal sama lelaki itu, namanya Andreas.”Claire teringat sesuatu, lalu menambahkan, “Oh ya, kata Bu Gina dia datang jauh-jauh dari luar negeri untuk bekerja sama dengan Perusahaan Esterna, katanya ada proyek luar negeri.”Perusahaan Esterna adalah perusahaan milik Aditya Mahendra.Tetiba Javier membaringkan Claire ke atas ranjang. Dia berdiri, lalu melepaskan kancing pakaiannya dengan perlahan. “Namanya Andreas?”Claire berbaring di atas ranjang. “Emm, aku dengar Bu Gina panggil dia dengan nama itu.”Javier melepaskan kemejanya, lalu mulai melepaskan tali pinggangnya. Tiba-tiba Javier menggendong Claire.Claire pun merasa kaget. “Kamu lagi ngapain?”Javier menggendong Claire ke dalam kamar mandi. “Mandi.”Wajah Cla
Claire menundukkan kepalanya dengan perlahan.Pantas saja, sikap Ester menjadi dingin ketika mengetahui Claire adalah istrinya Javier. Bagaimanapun, Claire adalah menantu dari wanita yang dicintai suaminya. Zefri masih tidak bisa melupakan Prisca. Istri mana yang sanggup menerima suaminya terus memikirkan wanita lain? Hanya saja, apa hubungannya Ester dengan lelaki yang bernama Andreas itu? Claire kembali bertanya, “Apa kamu kenal dengan lelaki yang bernama Andreas itu?”Tatapan Javier tertuju pada wajah Claire. “Ada dua keluarga besar di Negara Hyugana, Keluarga Tanzil dan juga Keluarga Tanaka. Sebelas tahun silam, cucu sulung Keluarga Tanzil, Hengky Tanzil, menikah dengan tuan putri dari keluarga kerajaan Negara Hyugana. Jadi, kedudukan Keluarga Tanzil saat ini juga termasuk sanak keluarga kerajaan Negara Hyugana.”Saat berbicara sampai di sini, Javier terlihat semakin dingin saja. “Dulu ibuku pernah diasuh oleh Keluarga Tanzil. Dia tergolong tantenya Hengky, si Andreas itu tergolon
“Jawab, dong.” Claire mendorong lengannya.Javier tersenyum. “Tanggal 23 bulan Oktober.”Claire mengedipkan matanya. “Berarti bulan depan, ya?” Kemudian, dia melanjutkan, “Aku nggak pernah melewati musim dingin bersamamu. Nanti kita pergi ke Kota Jimbar buat lihat salju, ya? Biasanya Kota Jimbar turun salju di bulan Oktober. Setahuku di sana ada lapangan ski alami di sana. Musim dingin di Kota Jimbar sangat ramai. Gimana kalau kita bawa Jerry dan Jessie ke ….”Belum sempat Claire menyelesaikan omongannya, Javier mendekatinya. Javier mengusap wajahnya, lalu mengecup bibir Claire yang masih terbuka itu.Beberapa saat kemudian, Javier melepaskan Claire, lalu mengusap ujung bibir wanitanya. “Dulu kita memang tidak pernah melewati musim dingin bersama. Tapi mulai sekarang, aku akan menemanimu melewati musim dingin bersama untuk selamanya.”Selama tiga tahun ini, Claire melewati musim dinginnya di Kota San Pegas. Dia sendirian di musim dingin yang dipenuhi salju itu. Claire melewati 1.095 ma
Latar belakang keluarga istrinya Jony sangatlah hebat. Ditambah lagi, dia adalah istri sah Jony. Meskipun Jony merasa marah, dia juga tidak berani melampiaskan amarah ke diri istrinya. Tentu saja simpanannya yang akan dikorbankan.Cherry mengangkat cangkir kopinya. Tidak terlihat ekspresi apa pun di wajahnya.Claire menatap Cherry. “Apa kamu menyesal?”Cherry terdiam sejenak sembari melihat kopi kental di dalam cangkir. “Nggak menyesal. Aku hanya merasa kasihan dengan apa yang menimpanya.”“Sebelumnya aku juga pernah kasihan sama orang seperti itu.” Claire mengambil pena di atas meja, lalu memutarnya. “Terkadang aku berpikir, seandainya mereka tahu apa akibat yang akan mereka terima, apa mereka akan menyesal?”Cherry tersenyum. “Kedua wanita itu yang kamu maksud … mantannya Tuan Javier?”Claire langsung melempar pena di tangan, lalu segera menimpanya agar pena tidak jatuh ke lantai.“Kenapa kamu terus terang sekali?” Claire sungguh canggung.Cherry menyilangkan kedua kakinya. Dia duduk
Pelayan membawa Javier ke dalam kafe bagian luar. Tampak bayangan punggung seorang lelaki sedang duduk di balkon.Ketika mendengar suara langkah kaki, si lelaki baru membalikkan kepalanya untuk melihat Javier. “Aku sungguh merasa terhormat lantaran Tuan Javier bersedia menemuiku.”“Apa Paman Aditya yang memberimu nomor teleponku?”Javier menarik kursi, lalu duduk di hadapannya. Andreas memanggil pelayan. “Kamu ingin minum apa?”Nada bicara Javier sangat datar. “Terserah.”Andreas berkata pada pelayan, “Tambah secangkir kopi.”Pelayang mengangguk.“Benar, Aditya yang memberiku nomor teleponmu. Gimanapun, aku tergolong pamanmu.”“Paman?” Javier mengangkat-angkat alisnya dengan wajah tak berekspresi. “Keluarga Fernando tidak pernah memiliki saudara sepertimu.”Andreas pun tersenyum. “Apa kamu masih menyalahkanku karena masalah ibumu? Sebenarnya Keluarga Tanzil memperlakukan ibumu dengan cukup baik walau sebenarnya ibumu tidak memiliki hubungan darah dengan kami.”“Cukup baik?” Javier ter
Langkah kaki Javier seketika berhenti. Dia memalingkan wajahnya, menunjukkan ekspresi sinisnya.Aditya mengangkat cangkir kopinya. “Kebetulan sekali, anak keponakanku juga sekolah di sana.”…Karen yang diopname tidak makan sama sekali. Ketika melihat wajahnya yang hancur akibat dipukul itu, dia pun langsung membuang cermin ke lantai.Charine berjalan ke sisi pintu, lalu mengetuk pintu.Karen menatapnya. “Kamu? Apa yang ingin kamu lakukan?”Hubungan Karen dengan Charine tidak tergolong bagus. Tentu saja dia juga tidak ingin menjalin hubungan baik dengan Charine. Hanya saja, malam itu dia yang memberi tahu Karen masalah Cherry bersekongkol dengan istrinya Javier.“Tentu saja datang untuk menjengukmu.” Charine berhenti di sisi ranjang sembari mengamatinya. “Pak Jony sadis juga.”Karen sungguh terkejut. “Kamu ….”Kenapa Charine bisa mengetahui hubungannya dengan Jony?Karen yang syok itu sesuai dengan dugaan Charine. “Nona Karen nggak punya latar belakang apa-apa, cukup sulit untuk bisa b