Candice menatap Claire dan membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa.Di Akademi Musik Royal. Freda meninggalkan gedung kantor dan menyusuri koridor yang sepi. Dia melihat ke sekeliling, lalu mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa pesan. Entah apa yang baru dibacanya, ekspresinya tiba-tiba berubah."Bu Freda."Suara yang tiba-tiba terdengar dari belakang mengejutkan Freda. Dia sontak mendongak dan melihat Louis berjalan mendekatinya. Dia buru-buru menyimpan ponsel dan menutupi kepanikan di matanya. "Pak Louis, ada urusan apa?" tanya Freda.Tanpa jejak emosi di wajahnya, Louis bertanya, "Apa kamu yang menyebarkan masalah ini?"Freda tertegun, lalu berusaha menutupi kepanikannya dengan bertanya balik, "Masalah apa?""Kamu tidak perlu pura-pura lagi. Kamu pikir rencanamu sempurna, tapi kamu lupa kalau tidak ada yang bisa lari selamanya dari kejahatannya. Dengan menyelidiki petunjuk yang ada, kita akan mengetahui kebenarannya," ujar Louis.Wajah Freda menjadi pucat, dia terhuy
Hal ini cukup untuk membuktikan bahwa Naomi memang tidak didorong jatuh dari tangga.Claire tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Javier lantas mencium kening Claire dengan lembut, lalu mengusap sudut matanya dengan ujung jari dan berkata dengan lembut, "Bukti ini sudah cukup."Claire mendongak dan bertanya, "Apa Tuan Aditya sudah tahu?"Javier memicingkan matanya, beberapa saat kemudian dia baru berkata, "Aku akan bicara dengannya.""Makasih, sayang," ujar Claire sambil memeluk pinggang Javier dan menggosokkan pipinya ke dada kokoh dan hangat pria itu.Javier tersenyum dan berkata dengan suara parau di telinga sang istri, "Kalau benar-benar mau berterima kasih padaku, kamu harus tunjukkan dengan aksi."Malam menyelubungi seluruh kota. Gelap yang pekat bercampur dengan terang lampu neon. Chelsea sedang duduk sendirian di bar sambil minum anggur. Dengan terungkapnya masalah Candice di internet, dia sudah tidak punya apa-apa untuk mengancam Claire. Bagaimanapun, dia juga telah melihatny
Masih dalam keadaan linglung, Chelsea menunduk dan berkata lirih, "Makasih."Charine menghampiri tempat tidur dan berkata, "Aku menangkap salah satu dari orang-orang itu. Tak kusangka, Claire sekejam itu sampai mengirim orang untuk menodaimu."Chelsea sontak tercengang mendengarnya. Sementara itu, Pedro langsung bertanya dengan cemas, "Nona, apa maksudmu? Apa istri Tuan Javier mengirim orang untuk menodai Nona Chelsea?"Awalnya, Charine menyuruh orang-orang suruhannya itu untuk menodai Chelsea, lalu memfitnah Claire. Selama Chelsea ikut membenci Claire, wanita itu tidak punya pilihan selain bekerja sama dengannya. Tak disangka, Chelsea begitu beruntung hingga bisa lolos tanpa terluka berkat pejalan kaki yang kebetulan lewat. Jadi, Charine hanya bisa berpura-pura menyelamatkannya dan menyalahkan Claire."Kalau kamu nggak percaya, aku akan bawa orang itu ke sini supaya kamu bisa menginterogasinya."Charine mengamati ekspresi Chelsea dan melanjutkan, "Aku sudah mengingatkanmu, Claire itu
Claire sontak tertegun, lalu buru-buru mengangguk. Dia mengikuti polisi itu ke ruang interogasi dan menjawab dengan jujur saat ditanyai. Dari jawaban dan ekspresi Claire, polisi menilai bahwa dia tidak berbohong. Lagi pula, tidak ada cara untuk membuktikan kebenaran hanya berdasarkan pernyataan Pedro. Jadi, Claire pun dibebaskan.Begitu Claire keluar dari kantor polisi, dia melihat mobil Javier terparkir di luar. Pasti Izza sudah memberi tahu Javier.Javier keluar dari mobil dengan mengenakan setelannya yang rapi. Angin mengacak-acak rambutnya, wajahnya tampak suram, dan sorot matanya dingin menusuk tulang. Ketika Claire mendekat, Javier langsung memeluknya erat-erat. Dia mencium bagian atas rambut wanita itu dan tidak berkata apa-apa.Claire membenamkan wajahnya di dada Javier seraya berkata, "Maafkan aku."Detak jantung pria itu sangat kencang, menunjukkan kekhawatiran dan kegugupannya dengan jelas. Javier mengecup kening Claire dan berkata dengan suara serak, "Syukurlah kamu baik-ba
Louis pun pergi tanpa menoleh lagi. Air mata di pipi Chelsea perlahan-lahan mengering. Dia mundur selangkah dan bersandar ke dinding, berusaha menenangkan dirinya pelan-pelan.....Di Grup Angkasa.Roger masuk ke kantor Javier, lalu menyerahkan sebuah dokumen sambil berkata, "Aku sudah meminta rekaman CCTV dari tempat parkir bawah tanah bar tempat Nona Chelsea berada tadi malam. Nona Chelsea memang hampir dinodai oleh beberapa orang preman."Javier hanya melihat sekilas dokumen itu sebelum menaruhnya di meja. Dia lantas berkata, "Cari orang-orang itu."Roger mengangguk dan segera keluar.Javier menyandar ke sandaran kursi dan mengusap keningnya. Saat mendengar dari Izza bahwa Claire hampir disiram asam sulfat, seluruh saraf dalam tubuhnya langsung tegang. Tidak peduli siapa pun yang ingin menyakiti Claire kali ini, dia tidak akan pernah diam saja.Dari rekaman CCTV, Roger segera menemukan para preman itu. Bersama Izza, Roger mendatangi orang-orang yang sering berjudi di tempat bermain
"Ini akibat dari perbuatannya sendiri, aku nggak bisa membantunya. Aku nggak mungkin membiarkan Keluarga Jetmadi hancur karena anak ini," ujar Guffin. Kemudian, dia langsung naik ke lantai atas tanpa ekspresi. Dia bahkan tidak menoleh pada Vilya dan Charine lagi.Sekujur tubuh Charine gemetar. Mungkinkah ayahnya bersikap seperti ini karena telah mengetahui perbuatannya?....Masalah Charine yang diusir dari Keluarga Jetmadi sudah tersebar di grup "Kumpulan Wanita". Claire mau tak mau juga mengetahuinya.Dari Izza, Claire juga tahu bahwa pelaku yang membayar orang-orang untuk menodai Chelsea adalah Charine. Sekarang, Charine telah menerima akibat dari perbuatannya sendiri. Claire merasa marah sekaligus geli dengan seluruh kejadian ini. Padahal dia tidak berbuat apa-apa, tetapi malah dijadikan kambing hitam.Seorang karyawan wanita mengetuk pintu dan berkata, "Bu Claire, Nona Chelsea ingin bertemu dengan Anda."Claire tertegun dan berpikir sejenak sebelum berkata, "Minta dia masuk."Chel
Roger ragu-ragu untuk beberapa saat sebelum akhirnya berkata, "Tuan Muda Jerry nggak apa-apa, dia hanya ... memukul gurunya."Claire menarik napas dalam-dalam, lalu menoleh pada Javier dan berkata, "Lihatlah anakmu itu."Javier berdeham ringan dan mengangguk. "Ya, ini salahku. Aku akan menghukumnya nanti," ucap Javier.Claire dan Javier bergegas ke sekolah. Saat ini, Jerry dan Jessie sedang berada di kantor bimbingan dan konseling sekolah. Jerry tidak terluka, tetapi guru paruh baya yang dipukuli mendapat memar di wajah dan luka berdarah di punggung tangannya.Begitu melihat Claire, Jessie langsung berlari dan memeluknya dengan ekspresi sedih. "Bu!" panggil Jessie.Claire memeluk Jessie dengan sayang dan bertanya, "Kamu dan Jerry kenapa?" Dia tahu bahwa Jerry dan Jessie tidak mungkin memukul guru tanpa alasan. Pasti ada alasan atau kesalahpahaman yang menyebabkannya.Ketika kepala sekolah melihat Javier masuk, dia langsung berdiri dari tempat duduknya dan berkata, "Tuan Javier, kenapa
Ekspresi Javier tampak datar, tetapi matanya bersinar sengit saat bertanya, "Kamu menyentuh putriku?""Sa ... saya nggak melakukan itu, Tuan. Ini hanya salah paham. Saya hanya ingin memberi bimbingan untuk Jessie. Putra Anda yang bertindak terlalu ekstrem," kilah Jason.Binar mata Javier menggelap. Meski dia hanya menatapnya tanpa berkata apa-apa, itu sudah cukup untuk membuat Jason bergidik.Jerry membalas, "Kamu jelas-jelas menindas adikku!"Jason berusaha menenangkan kepanikan di hatinya dan segera berkata, "Jerry, kamu nggak boleh memfitnah guru!"Saat Jason masih berusaha membela diri, Claire yang terus diam mendadak tersenyum dan berkata, "Menurutku itu bukan kesalahpahaman."Jason berujar, "Nyonya, Anda harus punya bukti sebelum bicara begitu.""Ada buktinya, 'kan? Bukannya aku melihatmu di taman belakang pada hari rapat wali murid diadakan?" ujar Claire. Dia sengaja menyebutkan kejadian di taman belakang sekolah. Hal ini membuat Jason terlihat gugup. Dia kira Claire tidak akan