Hanya saja, kebanyakan warganet merasa Alice tidak melakukan penjiplakan. Meski gaya desainnya sama, mereka memiliki ciri khas masing-masing. Hal ini tidak bisa dicap sebagai penjiplakan. Mereka malah bertanya atas dasar apa mereka merasa Alice telah melakukan penjiplakan.Sepertinya Perusahaan Etina melihat Perusahaan Soulna tidak mengambil langkah apa pun. Berita itu malah meningkatkan popularitas Perusahaan Soulna. Jadi, mereka pun ingin menghapus berita itu.Namun hal yang tidak terduga adalah mereka tidak sanggup menghapus berita itu. Sebab ada yang mengeluarkan uang banyak untuk membeli topik hangat ini. Perusahaan Etina bersedia mengeluarkan uang dua kali lipat, tapi pihak itu malah mengeluarkan empat kali ini. Claire duduk di depan komputer sembari melihat laman Twitter. Saat ini, Fendra berjalan ke dalam. “Claire, Perusahaan Etina menyerah untuk menghapus berita hangat ini. Sepertinya mereka tidak sanggup untuk mengeluarkan uang banyak lagi.”Claire menyipitkan matanya. “Mere
“Aku tidak sanggup melakukannya.” Suara Javier terdengar agak serak. Dia mencium si wanita dengan kuat dan panas.Mungkin karena sedang musim hujan. Malam hari ini udara terasa dingin. …Claire dan Javier baru saja mengantar anak-anak ke sekolah. Saat perjalanan ke Perusahaan Soulna, Claire yang mengantuk itu pun bersandar di tubuhnya.Javier memalingkan kepalanya untuk menatap Claire. Dia mengangkat tangannya untuk merapikan poni Claire. “Masih ngantuk?”“Emm.” Claire mengeluh dengan suara manja, “Gara-gara kamu.”Javier pun tersenyum, lalu mendekati telinganya. “Memangnya semua ini bukan salah kamu?”Claire mengangkat kepalanya, lalu menyandarkan dagunya di atas pundak Javier sembari melihatnya. “Tapi aku nggak minta dua kali.”Javier yang amnesia itu tidak bisa mengendalikan dirinya dan sangat energik. Nyawa Claire hampir saja melayang.Javier tidak berbicara. Dia malah tersenyum dengan puas.Saat ini, ponsel Claire berdering. Paman Fendra menelepon di pagi hari. Seharusnya ada mas
Fendra melihatnya. “Claire, hari ini penjualan Perusahaan Soulna turun 10% lagi. Ada juga yang membatalkan orderan mereka dan meminta pengembalian.”Claire memutar bola matanya. “Sepertinya mereka lagi memaksa kita.”“Jadi, apa rencanamu?” Fendra tahu Claire memiliki alasannya sendiri kenapa tidak membongkar identitasnya. Alangkah baiknya jika mereka kepikiran cara lain.Claire mengembalikan tablet kepada Fendra, lalu mengambil ponselnya. “Perusahaan Etina sengaja mengatakan aku melakukan penjiplakan. Sudah saatnya aku membalas mereka.”Saat berita penjiplakan heboh di media sosial. Muncul berita hangat baru lagi.[ Perhiasan palsu Perusahaan Etina. ]Perusahaan Etina diekspos melakukan penipuan menjual perhiasan palsu dengan harga tinggi. Mereka juga menyebar rumor tentang kematian Zora, bahkan gosip tentang pemilik Perusahaan Etina membawa wanita-wanita muda ke klub dan memaksa mereka minum alkohol juga telah terbongkar semuanya.Berita-berita ini meredakan kontroversi yang melibatka
Roger hanya tersenyum dan tidak bersuara lagi. Guffin dirawat di rumah sakit lantaran darah tinggi. Kali ini, giliran pemilik Perusahaan Etina.Sepertinya Javier akan menjadi mimpi buruk mereka.…Di Kediaman Chaniago.Baru saja Cahya masuk ke dalam rumah, pengurus rumah pun memberi tahu sesuatu kepadanya. Setelah itu, dia berjalan ke ruang baca dengan ekspresi dingin seperti biasa.Pintu diketuk, lalu dibuka. “Ayah, kamu mencariku?”Zefri meletakkan koran, lalu melepaskan kacamatanya. “Apa kamu yang menyuruh Javier untuk turun tangan terhadap Keluarga Jetmadi?”Tidak terlihat sedikit pun rasa kaget di wajah Cahya. “Apa Ayah dan Kakek benar-benar ingin aku menikahi putrinya Guffin?”“Kamu sudah umur 30 tahun.” Zefri menyesap kopi. “Waktu itu kamu bersikeras ingin masuk ke dunia hiburan. Aku dan kakekmu juga tidak menghalangimu. Tapi kamu sudah seharusnya mempertimbangkan masalah pernikahanmu.”“Aku akan mempertimbangkannya.” Cahya berjalan ke depan meja, lalu menopang kedua tangannya d
Candice merangkul lengan Claire berjalan ke depan meja. “Dia … dia istrinya Tuan Javier!”Kedua wanita langsung menunjukkan ekspresi syok.Pelayan datang menyajikan makanan. Candice memperkenalkan mereka berdua kepada Claire. Wanita yang mengenakan pakaian corak macan dengan rambut dikepang itu adalah Wendy. Ayahnya Wendy adalah pengacara ternama di Kantor Pengacara Royal.Wanita satunya lagi yang berpakaian agak seksi itu adalah Cherry. Keluarga Cherry sama dengan Keluarga Chaniago yang menggeluti dunia politik. Ayahnya yang merupakan rekan kerja Zefri Chaniago itu sudah pensiun saat ini. Selain Candice, orang di dalam grup WhatsApp tidak mengetahui latar belakang asli dari Wendy dan Cherry.Claire pun tersenyum. “Kalian merahasiakannya dengan sangat ketat.”Cherry mengambil makanan. “Sepertinya kamu yang pintar merahasiakan identitas. Aku dan Wendy sampai syok.”Wendy menatapnya. “Sekarang Perusahaan Etina sudah hancur di tanganmu. Jujur saja, aku memang nggak suka sama cowok itu. K
Tubuh Claire menempel dengan si lelaki. Dia pun memeluk leher Javier. “Bukannya aku lagi membujukmu?”Javier mengecup ujung bibir Claire, lalu membuka kancing pakaian Claire dengan satu tangannya. “Tidak cukup tulus.”Claire menarik kemeja Javier. “Sempit sekali hatimu. Padahal aku cuma makan sama teman cewek, kamu malah cemburuan.”Javier memeluk Claire, lalu menggendongnya ke atas meja. “Apa kamu malu untuk membawaku?”Kesadaran Claire mulai buyar. “Mana … mungkin ….”“Jadi, kenapa kamu tidak mempublikasikan hubungan kita?”Claire tertegun sejenak. Dia bertatapan dengan tatapan dingin si lelaki. Seketika dia merasa ingatan Javier telah kembali.Javier menghentikan aksinya, lalu menegakkan tubuhnya. “Apa kamu benar-benar tidak ingin mengumumkan hubungan kita?”Sejujurnya, Javier sungguh keberatan dengan masalah ini. Sepertinya orang-orang di luar sana tidak mengetahui masalah pernikahan mereka, seolah-olah Javier adalah lelaki simpanan saja.Hati Claire terasa gemetar. Dia melihat Jav
Lelaki berambut merah melempar sisa rokok ke lantai. Kemudian, beberapa lelaki di belakang mendorong Fendra ke dinding.Bungkusan makanan di tangan Fendra jatuh berserakan di lantai. Beberapa preman langsung mengayunkan tongkat di tangan untuk menghantam Fendra. Tongkat itu dipukulkan ke tubuh dan lengan Fendra.Fendra berbaring telungkup di atas lantai dengan tubuh berlumuran darah. Kedua tangannya terasa kebas dan gemetar. Hanya saja, dia masih tidak meminta pengampunan.Si lelaki berambut mereka berjalan ke hadapan Fendra, lalu menginjak punggungnya dan menendangnya ke dinding. Kemudian, si lelaki menginjak tangan Fendra dengan kuat. “Hei, Tua Bangka, nggak minta ampun?”Anggota si lelaki berambut merah menyerahkan tongkat ke tangannya. Dia pun menunjuk lengan kiri Fendra. “Aku disuruh untuk memukul tanganmu hingga cacat. Siapa suruh kamu menyinggungnya? Jadi semua ini bukan salahku.”Seusai berbicara, si lelaki berambut merah langsung mengangkat tinggi tongkat di tangan.Tetiba ada
Fendra tidak menjawab. Hanya saja, Claire bisa menebaknya. Raut wajahnya spontan menjadi muram. “Bagus! Aku akan balas dia!”Claire juga tidak akan diam begitu saja. Berhubung mereka berani menyentuh anggota Claire, Claire pasti akan membalasnya.Fendra sungguh mengkhawatirkannya. “Claire, dia bukanlah orang yang gampang dihadapi. Sepertinya bos Perusahaan Etina sadar berita itu diekspos oleh kita. Mungkin dia masih akan balas dendam lagi.”Claire pun tersenyum. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan.”Claire dan Javier berjalan meninggalkan rumah sakit. Hanya saja, dia tidak tenang meninggalkan Fendra seorang diri di kamar. “Javier, bisa nggak suruh Roger utus anak buahnya untuk menjaga Paman Fendra?”Javier tahu Claire khawatir saingan bisnisnya akan mempersulit Fendra di rumah sakit. Dia pun segera menghubungi Roger.Di perjalanan pulang.Saat mobil berhenti di lampu merah, Javier mencondongkan tubuhnya untuk melihat Claire. “Claire, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Mes
Yogi menurunkan kelopak matanya. “Pak Guru sudah berbudi terhadapku dan juga sangat memprioritaskanku. Seumur hidupku, aku tidak akan mengecewakan harapan Pak Guru. Kalau tidak, aku, Yogi, akan mati dengan mengenaskan.”Kemudian, Yogi melangkah mundur selangkah, lalu berlutut. Saat dia hendak bersujud untuk menyembah Tobias, Tobias langsung memapahnya. “Berdirilah, anak laki-laki jangan sembarangan berlutut. Aku merasa tidak cocok untuk mengatakan hal seserius ini dengan berlutut.”Yogi mengangkat kepalanya untuk menatap Tobias. “Pak Guru.”Tobias memapahnya untuk berdiri. “Panggil aku Ayah saja.”Yogi tersenyum. “Ayah.”“Patuh.” Tobias mengangguk dengan puas sembari menatapnya. “Besok aku dan Dessy akan temani kamu untuk pulang ke Yasia Tenggara.”“Ayah, aku bisa pulang sendiri.”“Tidak boleh. Kalau aku tidak berada di sana, orang-orang itu pasti akan menindasmu. Sekarang kamu itu putraku, aku mesti membelamu.”Devin dan yang lainnya ikut tersenyum. Mereka sungguh gembira atas masalah
Yogi tersenyum. “Sekarang sudah tidak tergolong benci.”“Semua ini juga bukan tergantung kemauanmu. Yogi, selama masih ada darah Keluarga Amkasa di dirimu, kamu mesti pulang bersamaku!”Benny langsung melayangkan perintah kasar. Meskipun dengan diculik, dia juga tidak akan mengizinkan Yogi menolak permintaannya.Devin dan yang lain juga tidak tinggal diam. Mereka takut orang-orang itu akan membawa Yogi secara paksa.Pada saat ini, Tobias yang berjalan dengan menopang tongkat dan juga dipapah Dessy berjalan ke dalam. Salah satu tangannya diletakkan di belakang punggung sembari memegang tasbih. “Lho, pagi-pagi malah sudah seramai ini. Ternyata Pak Benny juga lagi di sini.”Langsung terlukis ekspresi tidak bersahabat di atas wajah Yogi. “Pak Tobias, kenapa kamu juga ada di ibu kota?”“Ariel sedang berada di ibu kota. Tentu saja aku juga mesti bersamanya. Hari ini aku kepikiran untuk melihat muridku. Siapa sangka aku akan bertemu kamu di sini.”Tobias menunjukkan senyuman bersahabat. Dia m
Gerakan Hiro berhenti. Dia mengangkat kelopak matanya. “Kenapa kamu bertanya seperti ini?”Emilia menggaruk wajahnya. “Kamu sudah tinggal lama di penginapan ini, apalagi kamu juga sudah akrab dengan orang-orang di penginapan. Tiba-tiba kamu mau pergi, mungkin mereka akan nggak merelakanmu.”Tiba-tiba Hiro tertawa. “Terkadang aku masih akan kembali.”“Ah … begitu, ya?” Emilia tertawa canggung.Hiro melihat ke sisi Kiumi. “Kalau begitu, malam ini Kiumi tidur di tempatku saja.”Emilia mengangguk. “Oke, kalau begitu, aku nggak ganggu waktu istirahatmu lagi.”Emilia membalikkan tubuhnya untuk meninggalkan tempat. Langkah kakinya sangat cepat ketika menuruni tangga. Kebetulan dia bertemu dengan Mike, dia pun merasa kaget. “Bos?”Ketika Mike tidak melihat Kiumu, dia tahu apa yang telah Emilia lakukan. Mike spontan tersenyum. “Kenapa kamu malah merasa gugup? Apa kamu tidak merelakan kepergiannya?”“Nggak, ah!”“Sudahlah, aku sudah kenal lama sama kamu, apa mungkin aku tidak memahamimu? Apa kam
Orang yang berada di tepi menelepon polisi. Dia sekalian mengulurkan bantuan menarik mereka ke pinggir danau.Emilia segera berjalan ke belakang Hiro. Hiro membantu pria itu untuk melakukan CPR. Beberapa saat kemudian, pria itu terbatuk-batuk dan memuntahkan air. Kali ini, dia baru siuman.Setelah melihat kondisi ini, Emilia pun langsung menghela napas lega.Polisi juga segera tiba di lokasi. Setelah orang-orang di sekitar memahami kondisi, dia berjalan ke hadapan Hiro. “Permisi, Tuan, bisa ikut kami untuk melakukan catatan?”Hiro mengangguk.Di dalam kantor polisi, Emilia sedang menunggu di koridor. Ketika melihat Hiro keluar setelah memberi catatan, Emilia berjalan mendekatinya. “Apa kamu baik-baik saja? Gimana kalau kita kembali ke penginapan buat ganti baju?”Hiro membalas, “Oke.”Setelah kembali ke penginapan, Mike merasa bingung ketika mendengar kabar ada orang bunuh diri. “Kenapa malah bunuh diri?”“Siapa juga yang tahu? Mungkin dia lagi ada masalah, merasa tidak pantas untuk hi
Bukannya Ariel tidak ingin menggendong anak-anak, tetapi ayahnya dan Jodhiva tidak mengizinkannya. Tobias takut Ariel tidak bisa mengendalikan tenaganya, nantinya malah akan menyakiti anak-anak ….Dacia pun tertawa. “Aku mengerti. Tapi semuanya juga bukan masalah. Kamu mesti lebih banyak istirahat pada tiga bulan pertama. Selain memberi ASI, biasanya cuma perlu tiduran saja.”Ariel mengedipkan matanya. “Ternyata orang yang sudah jadi ibu lebih berpengalaman.”Jerremy dan Dacia tinggal beberapa saat sebelum meninggalkan tempat. Ariel berjongkok di samping ranjang bayi sembari menatap kedua bocah. Dia menggunakan jari tangannya untuk menoel pipi mereka. Rasanya empuk sekali. Kulit anak-anak memang lembut.“Kenapa tidak pakai sepatu?” Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di depan pintu. Ariel pun menoleh dan berkata, “Aku datang untuk lihat anak-anak saja.”Jodhiva mengambil sandal, lalu meletakkannya di hadapan Ariel. “Dipakai. Kamu lagi masa nifas, jangan sampai masuk angin.”Ariel memakai
Dessy juga berkata, “Iya, Nona. Kami semua ada di luar untuk menemanimu.”Ariel melihat ke sisi Jodhiva. Jodhiva mengangkat tangannya untuk merapikan rambut yang menempel di pipi Ariel. “Ariel sudah bekerja keras.”…Kabar Ariel melahirkan anak kembar telah tersebar sampai ke luar negeri. Jessie dan Jules langsung menelepon Jodhiva untuk memberi ucapan selamat.Setelah menutup telepon, Jodhiva membawa Ariel ke ruangan kaca untuk melihat kedua bayi itu.Ariel bersandar di jendela, menatap dua makhluk kecil yang masih keriput itu. Dia spontan tersenyum. “Mereka kecil sekali …. Kalau sudah besar nanti, pasti bakal mirip sama kamu.”Kalau anak-anak mirip ayah mereka, mereka berdua pasti akan sangat tampan.Jodhiva tersenyum dengan pelan, lalu merangkul bahunya. “Apa kamu mau istirahat?”“Nggak mau. Aku mau lihat mereka.”“Oke, kalau begitu, aku temani kamu.”Setelah selesai melihat anak-anak, mereka berdua kembali ke kamar. Mereka menyadari Jerremy dan Dacia datang dengan membawa banyak su
“Le … Levin?” panggil Yunita dengan suara kecil. Dia juga mengangkat tangan untuk mendorong Levin, tetapi dia tidak merespons sama sekali, tidurnya sangat nyenyak.Kali ini, giliran Yunita yang tidak bisa tidur. Dia hanya bisa bertahan hingga pagi hari.Saat matahari mulai bersinar, kegelapan di dalam kamar sudah mulai menghilang. Saat Levin membuka matanya dan melihat wajah yang begitu dekat dengan dirinya, dia spontan tertegun.Levin mengangkat kepalanya dan langsung menarik napas dalam-dalam. Selagi Yunita masih belum bangun, dia segera memindahkan tangannya dengan perlahan.“Pose tidurmu memang keren sekali.” Entah sejak kapan Yunita bangun. Dia sedang menatap Levin.Levin langsung duduk di tempat. Dia menekan keningnya dengan membelakangi Yunita. “Aku … aku sudah terbiasa untuk tidur sendirian.”Yunita juga ikut berdiri. Berhubung terus mempertahankan satu pose saja, lengannya terasa pegal. Dia menatap Levin. “Aku pergi mandi dulu.”Setelah Yunita memasuki kamar mandi, Levin langs
Levin mendorong pintu kamar, lalu berjalan ke dalam. Ketika melihat Yunita sedang mengambil foto albumnya, dia segera menghentikan Yunita. “Jangan dilihat!”Ketika melihat Levin begitu melindungi foto album itu, Yunita pun menyipitkan matanya. “Jangan-jangan ada foto yang nggak boleh dilihat di dalam album?”“Nggak ada hubungannya sama kamu. Ayahku suruh kamu tidur di kamarku, tapi aku tidak suruh kamu untuk sembarangan sentuh barangku!”“Malahan aku mau sentuh.” Yunita mengulurkan tangannya hendak merebut foto album. Levin menggenggam pergelangan tangan Yunita. “Apa kamu bersikeras ingin melihat fotoku? Jangan-jangan kamu suka sama aku?”Yunita terdiam membisu.Beberapa saat kemudian, Levin spontan kepikiran dirinya masih meraih tangan Yunita. Dia segera melepaskannya, lalu menggenggam foto album dengan erat. “Kamu boleh sentuh yang lain.”Levin membalikkan tubuhnya hendak berjalan pergi. Siapa sangka Girman malah memasuki kamar dengan santai. “Mau foto album? Ada banyak di tempatku.
Yunita bertanya, “Apa boleh aku menyentuhnya?”Girman mengangguk. “Tentu saja boleh. Kacang, kemari.”Setelah mendengar suara Girman, Kacang melompat menuruni sofa, lalu berjalan ke hadapan Girman.Girman mengelus kepalanya.Yunita juga mengulurkan tangannya dengan penuh hati-hati. Kacang mengangkat kepalanya untuk mengendus tangan Yunita. Ia juga tidak menolak untuk dibelai Yunita.Saat kepalanya dielus, Kacang menjulurkan lidahnya dan menyipitkan matanya. Ia kelihatan sangat menikmatinya.Girman berkata, “Kacang penurut sekali, ‘kan?”Yunita ikut tersenyum. “Iya, penurut sekali.”Levin berdeham, hendak memanggil Kacang ke sisinya. Siapa sangka Kacang hanya memalingkan kepalanya melirik Levin sekilas, tetapi tidak bergerak sama sekali.Kening Levin berkerut. “Dasar tidak patuh. Cepat ke sini.”Kacang mendengus. Ia kelihatan sangat penat.Girman memelototi Levin, lalu berkata pada Yunita, “Yunita, kalau kamu belum makan, malam ini kamu makan di rumah saja.”Yunita terdiam sejenak, lalu