Roger hanya tersenyum dan tidak bersuara lagi. Guffin dirawat di rumah sakit lantaran darah tinggi. Kali ini, giliran pemilik Perusahaan Etina.Sepertinya Javier akan menjadi mimpi buruk mereka.…Di Kediaman Chaniago.Baru saja Cahya masuk ke dalam rumah, pengurus rumah pun memberi tahu sesuatu kepadanya. Setelah itu, dia berjalan ke ruang baca dengan ekspresi dingin seperti biasa.Pintu diketuk, lalu dibuka. “Ayah, kamu mencariku?”Zefri meletakkan koran, lalu melepaskan kacamatanya. “Apa kamu yang menyuruh Javier untuk turun tangan terhadap Keluarga Jetmadi?”Tidak terlihat sedikit pun rasa kaget di wajah Cahya. “Apa Ayah dan Kakek benar-benar ingin aku menikahi putrinya Guffin?”“Kamu sudah umur 30 tahun.” Zefri menyesap kopi. “Waktu itu kamu bersikeras ingin masuk ke dunia hiburan. Aku dan kakekmu juga tidak menghalangimu. Tapi kamu sudah seharusnya mempertimbangkan masalah pernikahanmu.”“Aku akan mempertimbangkannya.” Cahya berjalan ke depan meja, lalu menopang kedua tangannya d
Candice merangkul lengan Claire berjalan ke depan meja. “Dia … dia istrinya Tuan Javier!”Kedua wanita langsung menunjukkan ekspresi syok.Pelayan datang menyajikan makanan. Candice memperkenalkan mereka berdua kepada Claire. Wanita yang mengenakan pakaian corak macan dengan rambut dikepang itu adalah Wendy. Ayahnya Wendy adalah pengacara ternama di Kantor Pengacara Royal.Wanita satunya lagi yang berpakaian agak seksi itu adalah Cherry. Keluarga Cherry sama dengan Keluarga Chaniago yang menggeluti dunia politik. Ayahnya yang merupakan rekan kerja Zefri Chaniago itu sudah pensiun saat ini. Selain Candice, orang di dalam grup WhatsApp tidak mengetahui latar belakang asli dari Wendy dan Cherry.Claire pun tersenyum. “Kalian merahasiakannya dengan sangat ketat.”Cherry mengambil makanan. “Sepertinya kamu yang pintar merahasiakan identitas. Aku dan Wendy sampai syok.”Wendy menatapnya. “Sekarang Perusahaan Etina sudah hancur di tanganmu. Jujur saja, aku memang nggak suka sama cowok itu. K
Tubuh Claire menempel dengan si lelaki. Dia pun memeluk leher Javier. “Bukannya aku lagi membujukmu?”Javier mengecup ujung bibir Claire, lalu membuka kancing pakaian Claire dengan satu tangannya. “Tidak cukup tulus.”Claire menarik kemeja Javier. “Sempit sekali hatimu. Padahal aku cuma makan sama teman cewek, kamu malah cemburuan.”Javier memeluk Claire, lalu menggendongnya ke atas meja. “Apa kamu malu untuk membawaku?”Kesadaran Claire mulai buyar. “Mana … mungkin ….”“Jadi, kenapa kamu tidak mempublikasikan hubungan kita?”Claire tertegun sejenak. Dia bertatapan dengan tatapan dingin si lelaki. Seketika dia merasa ingatan Javier telah kembali.Javier menghentikan aksinya, lalu menegakkan tubuhnya. “Apa kamu benar-benar tidak ingin mengumumkan hubungan kita?”Sejujurnya, Javier sungguh keberatan dengan masalah ini. Sepertinya orang-orang di luar sana tidak mengetahui masalah pernikahan mereka, seolah-olah Javier adalah lelaki simpanan saja.Hati Claire terasa gemetar. Dia melihat Jav
Lelaki berambut merah melempar sisa rokok ke lantai. Kemudian, beberapa lelaki di belakang mendorong Fendra ke dinding.Bungkusan makanan di tangan Fendra jatuh berserakan di lantai. Beberapa preman langsung mengayunkan tongkat di tangan untuk menghantam Fendra. Tongkat itu dipukulkan ke tubuh dan lengan Fendra.Fendra berbaring telungkup di atas lantai dengan tubuh berlumuran darah. Kedua tangannya terasa kebas dan gemetar. Hanya saja, dia masih tidak meminta pengampunan.Si lelaki berambut mereka berjalan ke hadapan Fendra, lalu menginjak punggungnya dan menendangnya ke dinding. Kemudian, si lelaki menginjak tangan Fendra dengan kuat. “Hei, Tua Bangka, nggak minta ampun?”Anggota si lelaki berambut merah menyerahkan tongkat ke tangannya. Dia pun menunjuk lengan kiri Fendra. “Aku disuruh untuk memukul tanganmu hingga cacat. Siapa suruh kamu menyinggungnya? Jadi semua ini bukan salahku.”Seusai berbicara, si lelaki berambut merah langsung mengangkat tinggi tongkat di tangan.Tetiba ada
Fendra tidak menjawab. Hanya saja, Claire bisa menebaknya. Raut wajahnya spontan menjadi muram. “Bagus! Aku akan balas dia!”Claire juga tidak akan diam begitu saja. Berhubung mereka berani menyentuh anggota Claire, Claire pasti akan membalasnya.Fendra sungguh mengkhawatirkannya. “Claire, dia bukanlah orang yang gampang dihadapi. Sepertinya bos Perusahaan Etina sadar berita itu diekspos oleh kita. Mungkin dia masih akan balas dendam lagi.”Claire pun tersenyum. “Aku tahu apa yang harus aku lakukan.”Claire dan Javier berjalan meninggalkan rumah sakit. Hanya saja, dia tidak tenang meninggalkan Fendra seorang diri di kamar. “Javier, bisa nggak suruh Roger utus anak buahnya untuk menjaga Paman Fendra?”Javier tahu Claire khawatir saingan bisnisnya akan mempersulit Fendra di rumah sakit. Dia pun segera menghubungi Roger.Di perjalanan pulang.Saat mobil berhenti di lampu merah, Javier mencondongkan tubuhnya untuk melihat Claire. “Claire, kamu bisa melakukan apa pun yang kamu inginkan. Mes
Pemilik Perusahaan Etina bukanlah orang yang gampang dihadapi. Entah dari mana dia mencari pengacara, dia pun mengirim surat gugatan kepada Perusahaan Soulna. Mereka menggugat Perusahaan Soulna telah melakukan pemfitnahan.Kali ini, masalah menjadi heboh hingga diketahui semua orang di industri perhiasan.Warganet juga masih mengikuti berita hangat ini. Melihat kedua perusahaan saling bermusuhan, mereka semua menebak-nebak siapa sebenarnya yang akan memenangkannya. Ada yang menyindir Perusahaan Soulna terlalu arogan. Hanya saja, ada juga yang beranggapan pemilik Perusahaan Etina pantas menerima semua ini.Claire duduk di dalam ruangan kerjanya sembari membaca data di dalam tabletnya. Tetiba ada seorang karyawan mengetuk pintu masuk ke dalam. “Bu Claire, anggota Perusahaan Etina mengirim surat gugatan kepada kita. Mereka menggugat kita telah melakukan pemfitnahan.”Claire menjawab tanpa mengangkat kepalanya sama sekali. “Biarkan saja.”Pada saat ini, Izza menyeret seorang lelaki masuk k
Dennis segera keluar dari kolong meja, lalu melihat kedua wanita dengan wajah pucat. “Kalian … beraninya kalian membuat keonaran? Percaya tidak aku akan ….”“Apa Pak Dennis ingin lapor polisi?” Claire langsung menyela, “Boleh saja, aku juga penasaran apa Pak Dennis berani atau nggak.”“Apa … apa maksudmu?”Claire berdiri, lalu berjalan ke sisi pemuda yang terkejut itu. Dia menarik belakang kerah pakaian si lelaki, lalu membawanya ke depan meja, dan membuangnya ke sisi Dennis.Dennis terkejut spontan jatuh duduk di lantai. Dia menjambak rambut si lelaki memaksanya untuk bertatapan dengan Dennis. “Apa kamu kenal sama dia?”Dennis tidak bersuara.Claire melihat si lelaki muda. “Katakanlah, dia kasih kamu berapa untuk mematahkan lengan Fendra?”Si lelaki muda menjawab dengan merinding, “Dua … dua ratus juta.”“Kalau begitu, aku akan kasih kamu dua miliar untuk patahin satu kakinya.” Senyuman di wajah Claire sangatlah mengerikan.Wajah Dennis seketika menjadi pucat. “Kamu … apa kamu sudah g
Claire menyaksikan gambaran di luar sana dari dalam mobil, lalu berkata pada Izza, “Ayo, jalan! Kita ke kantor polisi. Serahkan dokumennya ke tangan polisi.”Dari tadi Claire tidak mengeluarkan bukti karena sedang menunggu momen ini. Meskipun tidak ada pengawal-pengawal itu, Claire juga akan menyuruh Izza untuk memberi pelajaran kepada Dennis. Dia ingin membalas semua yang diterima Fendra.Dennis pasti akan melempar semua kesalahan ini ke diri Claire. Namun dengan adanya dokumen ini, masih belum diketahui siapa pemenangnya.Mobil Javier berhenti di depan kantor polisi. Melihat Claire dan Izza berjalan keluar dari dalam, Javier pun menurunkan jendela mobil. “Apa masalahnya menjadi heboh?”Claire mencondongkan kepalanya bersandar di depan jendela kaca sembari mengedipkan matanya. “Iya, sudah heboh. Aku suruh orang untuk gebukin dia ….”Javier mencubit pelan hidung Claire. “Memang sudah sepantasnya dia digebuki. Gimana kalau dia suruh orang untuk balas dendam sama aku?” Claire berlagak ta
Carly berjalan ke sisi Dacia. “Dacia, kamu … apa kamu baik-baik saja?”Dacia menggeleng. Saat ini, dia sudah tidak bisa berkata-kata lagi.Carly berusaha menenangkan Dacia di samping hingga kedatangan Jerremy. Jerremy menebak Dacia sudah mengetahui kabar itu. Itulah sebabnya dia bergegas ke akademi untuk mencari Dacia.Jerremy merangkul Dacia. “Terima kasih. Serahkan saja dia kepadaku.”Carly mengangguk.Jerremy membawa Dacia ke dalam mobil, lalu bergegas meninggalkan akademi. Dia membawa Dacia ke istana. Saat Dacia merasa bingung, kebetulan Jessie dan Jules berjalan keluar istana. “Dacia, beri penghormatan terakhir kepada kakekmu.”Dacia mengepal erat kedua tangannya, lalu bergegas berlari ke dalam istana.Saat ini, istana kedatangan banyak pejabat dan politikus dari seluruh penjuru. Jasad Raja Willie diletakkan di dalam kotak kaca. Raut wajahnya terlihat sangat santai, seolah-olah sedang tidur saja.Dacia muncul di depan aula, kemudian disusul dengan Jules. Dia melangkahkan kakinya p
Jules menatapnya. “Bagaimana kondisi tubuhmu?”Willie membalas dengan tersenyum, “Tidak apa-apa. Namanya juga sudah tua, wajar kalau sering sakit. Aku sudah bekerja selama bertahun-tahun. Aku selalu mendedikasikan diriku dalam urusan negara. Aku tidak merasa bersalah terhadap rakyatku, tapi aku merasa aku bersalah terhadap kalian.”Jules menggigit bibirnya dan tidak berbicara.Tatapan Raja Willie tertuju pada luar jendela. Tatapannya kelihatan datar. “Aku bersalah terhadap nenekmu, juga bersalah terhadap ibumu, kamu, dan juga Dacia.”Willie merasa sakit hati dengan perbuatan yang dilakukan ibunya Dacia. Bagaimanapun, Lidya juga adalah putrinya. Terlebih, sebenarnya Dacia juga tidak bersalah.Jessie memutar sedikit bola matanya. “Kakek, kamu mesti jaga kesehatanmu dengan baik. Jadi, kamu bakal punya kesempatan untuk menebus kesalahanmu. Dacia juga nggak bakal salahin kamu.”Ketika mendengar ucapan Jessie, Willie pun tersenyum. “Semoga saja seperti itu.”Willie mulai terbatuk-batuk. Jule
Jules merangkul pundak Jessie. Dia menggigit bagian yang sudah digigit Jessie tadi. “Emm, manis sekali, seperti aroma Jessie.”Wajah Jessie terasa panas. “Kamu … aku suruh kamu coba ubinya. Kenapa kamu sembarangan bicara, sih?”Senyuman di wajah Jules semakin lebar lagi. “Tadi kamu baru makan di rumah Kak Jerry. Sekarang kamu malah mau makan ubi.”“Putramu lagi lapar, bukan aku.”“Putra kita jago makan juga, sepertinya kelak dia akan menjadi bocah gendut.”Jessie mengusap perutnya sembari tersenyum. “Bisa jadi dia itu gadis gendut.”Jules mengesampingkan rambut Jessie. Dia melihat Jessie yang semakin rakus itu dengan tersenyum. “Tidak masalah. Aku suka dua-duanya.”Pada saat ini, ponsel Jessie tiba-tiba berdering. Dia mengambil ponsel, lalu melihat sekilas. Ternyata ada panggilan masuk dari Silvia.“Ibu?”Silvia berkata dengan tersenyum, “Sayangku, malam ini aku dan ayahmu tinggal di istana, tidak pulang ke rumah. Ingat bantu aku sampaikan kepada Jules. Oh, ya, kalau Jules berani menin
Jules tersenyum. “Mereka semua baik-baik saja. Bagaimana dengan Paman?”Daniel mengangguk sembari mengangkat gelas teh. “Aku juga baik-baik saja.”Jerremy berjalan menuruni tangga. Ketika melihat keberadaan Jules, dia pun berkata, “Pintar juga, datangnya saat jam makan.”Jessie mencondongkan kepalanya keluar dapur. “Jangan tindas suamiku!”Jerremy terdiam membisu.Daniel pun tersenyum, lalu mengalihkan topik pembicaraan. “Hari ini kita makan hotpot saja?”Jessie segera menimpali, “Iya, hotpot enak, kok!”Jules mengatakan, “Aku ikut istriku saja.”Saat Daniel hendak berbicara, Jerremy malah menunjukkan rasa tidak puasnya. “Masa makan ….”Dacia langsung berdeham.Jerremy berlagak merenung, lalu memiringkan kepalanya. “Iya, makan hotpot saja.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi.Pada jam lima sore, meja makan sudah dipenuhi dengan bahan makanan, seperti daging sapi, daging ayam, daging ikan, daging udang, dan berbagai jenis sayur hijau. Bukan hanya itu saja, ada juga camilan di s
Jodhiva berjalan keluar. “Apa kamu tidak pernah berendam?”“Nggak ada musim dingin di Pulau Persia. Siapa juga yang akan berendam?” Ariel menoleh. Ketika melihat Jodhiva hanya membungkus setengah tubuhnya dengan handuk, dia segera mengalihkan pandangannya.Jodhiva berjalan ke belakang Ariel, lalu mengulurkan tangan untuk memeluk Ariel. “Bukannya kamu mau berendam air panas?”Ariel menarik napas dalam-dalam. “Aku memang mau berendam, tapi kamu malah menggodaku.”Jodhiva pun tersenyum. “Sekalian.”Usai berbicara, Jodhiva langsung menggendong Ariel.Ariel memeluk leher Jodhiva sembari memejamkan matanya. “Jangan ceburin aku!”Jodhiva membawanya turun ke dalam pemandian air panas. Seiring dengan suara “byur”, air memercik ke segala arah. Ariel muncul ke permukaan. Rambut panjangnya yang basah menempel di punggungnya.Ariel mengusap air di wajahnya dan berteriak, “Dasar berengsek!”Jodhiva memeluk Ariel di dalam pelukannya. “Ariel.”Ariel hanya merasa jari tangannya terasa dingin. Dia pun t
Di Grup Angkasa.Saat jam istirahat, para karyawan sedang membahas acara malam hari ini. Saat Edwin membawa kotak hadiah melewati sisi mereka, ada yang bertanya dengan tersenyum, “Tuan Edwin, itu hadiah buat kekasihmu?”Edwin merasa kaget. “Sejak kapan aku punya kekasih? Bukan punyaku, tapi punya Tuan Muda Jody.”Semua orang langsung mengerumuninya. “Apa isinya perhiasan?”“Apa Tuan Muda Jody menghadiahkannya untuk istrinya?”“Romantis sekali. Kenapa nggak ada yang kasih hadiah Natal buat aku?”Sebenarnya Edwin juga tidak tahu. Hanya saja, isinya memang adalah perhiasan dari suatu merek ternama.Entah sejak kapan Jodhiva berdiri di belakang mereka, dia pun tersenyum. “Apa kalian tidak mau cepat pulang kerja? Kalau begitu, kalian lembur saja?”“Tidak, tidak! Kami ingin pulang kerja tepat waktu. Kami semua punya acara nanti malam.” Mereka segera kembali ke tempat duduk mereka.Edwin berjalan ke sisi Jodhiva, lalu menyerahkan kotak hadiah kepadanya. Dia bertanya dengan penasaran, “Ini had
Ariel terdiam sejenak.Pemikiran Sulivan sangat jernih, tetapi terlalu blak-blakan. Bagaimana dia bisa memiliki pacar nantinya?Ariel berjongkok di hadapan Sulivan untuk bertatapan dengan matanya. “Nggak ada yang menentukan kamu mesti menyukainya dan kamu nggak boleh menolak. Tapi, hadiah ini niat baik dari orang lain. Nggak peduli kamu suka atau nggak, kamu mesti berterima kasih.”“Meski kamu nggak mau, kamu boleh mengatakan kamu nggak memerlukannya, terima kasih atas maksud baikmu. Ini yang dinamakan sopan santun.”Sulivan menatap Ariel dalam beberapa saat. “Kamu cerewet sekali.”Saat Ariel hendak mengatakan sesuatu, anak perempuan itu pun menangis. Kali ini, Ariel merasa kewalahan, segera membujuk.Yogi mendengar suara tangisan itu. Dia langsung mendekat. Dia menyadari Ariel sedang membujuk anak perempuan yang sedang menangis dengan penuh kesabaran. Namun, anak perempuan itu masih tidak berhenti menangis.Yogi mendekat, lalu menggendong si anak perempuan. “Kenapa malah menangis? Apa
Ariel tertegun. “Selain kamu, siapa yang bisa bawa aku pergi?”Jodhiva meletakkan sebutir telur ayam di atas piring Ariel. “Bagaimana kalau bukan aku?”Ariel menggigit bibirnya. “Lain kali aku nggak bakal minum sebanyak ini lagi.”Ketika melihat Ariel sedang merenung kesalahannya, Jodhiva pun tertawa. “Kamu cukup tulus ketika mengakui kesalahanmu.”Ariel mengupas kulit telur. “Semalam … aku nggak ngawur, ‘kan?”Jodhiva mengiakan. “Sedikit.”Ariel merasa syok, spontan mengangkat kepalanya. “Apa yang aku katakan?”Jodhiva tidak menjawab, melainkan mempermainkannya. “Coba pikir sendiri.”Ariel berpikir dalam waktu lama. Sepertinya dia ingat dengan apa yang dikatakannya semalam. ‘Jody, aku sangat menyukaimu.’Tiba-tiba kedua mata Ariel terbelalak lebar. Dia menutup wajah meronanya. Apa? Dia malah mengutarakan perasaannya di saat sedang mabuk?Jodhiva mengangkat-angkat alisnya. “Sudah ingat?”“Ergh … aku … aku mabuk.” Sekarang Ariel tidak sanggup mengatakannya lagi.Jodhiva membungkukkan tu
Yogi mengangkat kelopak matanya, lalu memalingkan kepalanya. “Masalah itu nggak ada hubungannya sama kamu.”Mengenai masalah dua orang wanita pendamping itu, Yogi tahu semua itu adalah ide Ariel.Ariel memang arogan, tapi dia tidak jahat hingga berencana menghancurkan reputasi seseorang. Sebenarnya Ariel dan dua wanita pendamping itu juga masuk jebakan orang lain.Ide buruk Ariel kebetulan melancarkan rencana orang lain. Itulah sebabnya setelah masalah terekspos, Yogi pun dijuluki sebagai “buaya darat”.Hanya saja, semuanya sudah berlalu lama. Yogi juga sudah tidak mempermasalahkannya lagi dan sudah tidak ada lagi “dendam” di hatinya.Beberapa saat kemudian, tidak lagi kedengaran suara Ariel, Yogi pun menatapnya.Ariel sedang tertidur bersandar di atas meja. Entah sejak kapan Ariel ketiduran? Sepertinya suara ribut di samping tidak bisa mengganggu tidurnya.Tatapan Yogi tertuju pada wajah Ariel. Dulu saat pertama kali bertemu dengan Ariel di Pulau Persia, dia merasa Ariel sungguh mirip