Jessie berlari ke hadapan Javier. “Ayah, apa kamu sudah sembuh?”Javier terbengong sejenak. Sepertinya dia masih belum mempersiapkan mentalnya. Alhasil, dia tidak tahu harus berbuat apa.Jessie memiringkan kepalanya. “Ayah?”Roger segera membawa Jessie ke samping, lalu membungkukkan tubuhnya untuk melihat si kecil. “Nona Jessie, telah terjadi sesuatu terhadap ayahmu. Sekarang dia tidak begitu ingat dengan orang-orang di sini.” Roger menunjuk kepalanya sendiri.Jessie mengejapkan matanya. “Maksudmu, Ayah jadi bodoh?”Ujung bibir Javier berkedut.Claire berjalan ke sisi Jessie, lalu berjongkok merapikan kepangan rambut putrinya. “Sekarang ingatan ayahmu hanya berhenti di usia 17 tahunnya. Jadi, dia nggak bisa mengingat kalian untuk sementara ini.”Jessie dan Jerry saling bertukar pandang, lalu melirik Javier. Jessie melihatnya dengan tatapan iba dan air mata berlinang di dalam matanya.Javier mengepal erat kedua tangannya, meletakkannya di depan mulutnya, lalu berdeham. Dia mengalihkan t
Jadi, Javier memang adalah “lelaki berengsek”?Melihat Steven menatap ke sisi Javier, Claire pun berkata, “Ayah, Javier, dia ….”“Aku sudah tahu masalah dia.” Steven mengangkat tangannya untuk memotong ucapan Claire. Dia menatap Claire, lalu berkata, “Kamu tidak perlu khawatir. Ayah tidak akan menyalahkanmu. Sudah syukur dia masih bisa hidup.”Javier terdiam sejenak. Apa dirinya adalah anak pungut?Setelah kembali ke kamar, Claire baru saja berjalan ke dalam, tetiba ada sesosok bayangan tubuh mendekatinya. Telapak tangan Javier menopang di atas dinding, lalu memasukkan Claire ke dalam pelukannya. “Kita bicara sebentar.”Claire terdiam sejenak, lalu tersenyum. “Apa yang ingin Tuan Javier bicarakan sama aku?”“Dulu aku … apa aku pernah melakukan hal yang bersalah sama kamu? Aku selingkuh atau …,” tanya Javier dengan penuh hati-hati.Lampu di atas plafon memancar ke atas wajah tampannya. Lekuk hidung mancung dan wajah tampan Javier terlihat sangat jelas. Tatapannya juga sangatlah tajam sa
“Emm.” Claire melipat koran, lalu mengangkat kepalanya. “Hari ini aku juga harus ke perusahaan. Aku nggak bisa temani kamu.”“Kamu kerja?”“Kalau nggak kerja, apa kamu mau biayai aku?” Claire mengangkat-angkat alisnya, lalu menghabiskan segelas susu di atas meja dan berdiri.“Memangnya aku tidak sanggup untuk biayai kamu?” Javier sungguh terkejut. Apa dirinya telah melarat hingga mengharuskan istrinya untuk bekerja?Ketika mendengar pertanyaan Javier, Claire spontan membalikkan tubuhnya berjalan ke sisi Javier. Salah satu tangan Claire menopang ke atas meja. Dia mencondongkan tubuhnya, lalu berlagak bersedih. “Kamu bilang aku nggak berguna, makanya aku pergi bekerja. Kamu bilang kamu suka wanita yang mandiri.”“Aku … apa aku pernah mengatakannya?” Kening Javier berkerut. Dia sedang merenungkan masalah ini.Claire menekan bibir Javier dengan salah satu jarinya. “Suamiku, aku pergi kerja dulu, ya. Jangan terlalu merindukanku.”Javier tertegun di tempat. Dia berusaha untuk menahan perasaa
Claire merasa kaget, sepertinya semua ini di luar dugaannya. Sebab, sangatlah wajar jika Gina menghentikan suplai tanzanite kepada Perusahaan Soulna.Bagaimanapun juga, Claire bisa mendapatkan kerja sama ini juga karena melakukan negosiasi dengan Gina. Setelah terjadi kecelakaan dengan Claire, wajar jika Gina menghentikan kerja sama lantaran mengira tidak bisa mendapatkan keuntungan apa-apa lagi.Kenapa Gina tidak mengakhiri kerja sama mereka? Apa Gina merasa Claire akan kembali?“Omong-omong, apakah semua orang di Makronesia mengira aku sudah meninggal dalam kecelakaan itu?” tanya Claire dengan tiba-tiba.Fendra menjawab, “Setelah kecelakaan pada waktu itu, Tuan Javier berusaha menekan berita itu. Jadi, seharusnya tidak banyak yang mengetahuinya.”Kemudian, Fendra menatap Claire sejenak dan berkata, “Claire, berhubung kamu sudah kembali, aku akan serahkan kembali Perusahaan Soulna kepadamu.”Di ruang baca dalam vila.Javier sedang membaca buku dengan tidak konsentrasi. Raut wajah ding
Candice langsung memeluk Claire.Claire juga telah menyadari kedatangan Javier. Belum sempat dia tersadar dari bengongnya, Candice pun menggoyangkan pundak Claire, lalu mengomel, “Sejak kapan kamu baikan sama si berengsek itu? Bukankah kamu sudah bilang nggak bakal maafin dia? Kenapa kamu malah diam-diam baikan sama dia?”Tubuh Claire digoyang hingga kepalanya terasa pusing. Saat dia hendak berbicara, Javier langsung menarik Claire masuk ke dalam pelukannya, seolah-olah sedang melindungi Claire saja. Dia lalu berkata pada Candice dengan sinis, “Kenapa goyang-goyang? Apa kamu tidak lihat dia sudah pusing?”Candice sungguh terbengong. Memang sudah tiga tahun dia tidak bertemu dengan Javier, hanya saja kenapa Javier menjadi seperti ini?Candice melipat kedua tangannya di depan dada. “Hei, sekarang kamu malah berlagak sok pengertian? Claire, jangan sampai kamu dikelabui dengan ucapan lelaki ini.”Hingga saat ini, Candice masih tidak mengetahui kenyataan. Tentu saja dia merasa Javier sangat
Tidak ada Claire di dalam ingatan Javier. Seharusnya dia tidak akan terpengaruh dengan keberadaan Claire. Hanya saja, entah kenapa Javier ingin memahami wanita ini dan ingin selalu menempel dengannya. Jantung Javier juga berdetak dengan kencang ketika berdiri di dekatnya.Claire tersadar dari bengongnya, lalu memeluk kedua pipi Javier dengan tersenyum. “Apa kamu lagi mengutarakan perasaanmu kepadaku?”Javier hanya menyipitkan matanya dan tidak berbicara.Claire langsung memeluk pinggang si lelaki dan menempelkan pipinya di atas dada Javier. “Javier, kamu harus mengingat kembali. Kamu masih belum menepati satu janjimu kepadaku. Jadi, kamu harus mengingatnya.”Javier menggigit bibir tipisnya. Tangannya membelai rambut panjang Claire dengan perlahan. Janji apa itu? Javier pasti akan mengingatnya.Setelah Javier pergi, Candice yang duduk di sofa itu merenungkan kesalahannya. “Claire, aku juga nggak tahu Tuan Javier amnesia, makanya aku bisa berkata kasar.”Claire membalikkan dokumennya. “E
Beberapa manajer merasa sangat syok. Selama tiga tahun ini, Javier tidak peduli dengan urusan perusahaan. Dengar-dengar dia sedang sakit parah. Ketika melihat kedatangan Javier, mereka merasa kondisi tubuhnya sudah membaik.Steven menutup dokumennya. “Kalian keluar dulu.”Mereka mengangguk, lalu berpamitan meninggalkan ruangan.Saat ini, Steven memutar kursi kulitnya menatap Javier. “Apa kamu yakin ingin ambil alih perusahaan saat ini?”Javier bersandar di sofa, lalu memegang ujung sofa. “Aku sudah membaca dokumennya. Yang bisa kuhafal juga sudah kuhafal. Aku bisa mengambil alih perusahaan.”Steven berdiri dengan perlahan. “Baiklah, aku juga tidak akan menghalangimu. Kondisi perusahaan sekarang tidak seperti pertama kali kamu mengambil alih dulu. Kalau kamu tidak ingat, kamu bisa tanya sama Roger.”Saat Javier pertama kali mengambil alih perusahaan dulu, dia juga baru berusia 16 atau 17 tahun. Dia belajar sembari mengelola perusahaan.Sekarang ingatannya hanya berhenti pada saat itu. U
Langkah kaki Candice seketika terhenti. Belakangan ini ayahnya selalu membahas masalah pernikahannya dengan Keluarga Kenata. Vincent mengira putrinya sudah memutuskan untuk melangsungkan pernikahan ini.Jika tiba-tiba Candice berubah pikiran, bisa jadi dia akan diusir dari rumah?Candice kembali duduk, lalu menatap Louis. “Tapi kalau Keluarga Kenata yang membatalkan pernikahan ini, ayahku nggak mungkin paksa aku untuk menikah.”Mata Louis bergerak. “Semua orang di ibu kota tahu masalah kita berdua. Apa kamu kira gampang untuk membatalkannya? Meskipun Keluarga Kenata ingin membatalkannya, yang malu juga Keluarga Suryono, ‘kan?”Kali ini, Candice sungguh kehabisan kata-kata.Claire dan Liliana berjalan menuruni tangga. Menyadari ternyata mereka berdua juga datang ke rumah, Liliana pun tersenyum. “Candice, apa yang lagi kamu obrolkan dengan Louis?”“Tante, aku ….”“Tentu saja membahas masalah pernikahan.” Tatapan Louis sangatlah tajam. “Bukankah pernikahan ini sudah ditetapkan?”Raut waja