Javier menunduk, lalu mendengus dingin. “Cerai? Kemudian?” Tetiba Javier menaikkan kepalanya, menunjukkan ekspresi dinginnya. “Kamu ingin aku menerima Sofie?”Berwin tertegun sejenak. Serum antibodi itu memang dicuri Sofie dari tangan Owl, tapi dia melakukannya juga demi menyelamatkan Javier. Seandainya mereka tidak menukar serum antibodi itu, nyawa Javier juga tidak akan dalam bahaya.Hanya saja, sekarang Berwin juga tidak sepenuhnya memercayai Sofie. Tentu saja dia tidak akan menjodohkan Sofie dengan Javier. “Kamu boleh bersama siapa pun, kecuali Claire.”Javier tersenyum. Ekspresinya semakin muram lagi. “Sudah tiga tahun. Kamu masih saja suka ikut campur dalam masalahku.”Berwin berkata dengan emosi, “Aku itu kakekmu. Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu. Meskipun masalah tiga tahun lalu tidak ada hubungannya dengan Claire, jika bukan karena Claire, kamu juga tidak mungkin akan terinfeksi virus. Kamu juga tidak akan masuk ke dalam jebakannya!”Berwin tahu Claire memang tidak bers
Melihat lelaki di atas ranjang tidak bergerak, Sofie duduk di samping ranjang, lalu menyentuh tangan dingin si lelaki. “Javier, kamu nggak boleh mati. Aku nggak pernah kepikiran untuk mencelakaimu. Aku benar-benar ingin menyelamatkanmu.”Air mata berlinang di dalam mata Sofie. Dia memang baru berhubungan dengan Javier dalam waktu pendek, tetapi dia dapat merasakan bahwa Javier tidak membencinya. Semua ini adalah permulaan yang bagus.Dengan tidak mudahnya Sofie memiliki kesempatan ini, kenapa dia masih tidak bisa menyelamatkan Javier?“Javier, maafkan aku. Semua ini salahku. Bukan! Semua ini karena Claire. Dia ingin mencelakaiku, makanya dia mengganti isi dari serum antibodi itu. Aku benar-benar tidak tahu serum itu memiliki efek samping sebesar ini. Javier, aku nggak ingin kamu mati ….”Tangan Sofie mengelus wajah Javier.“Apa yang sedang kamu lakukan?” Terdengar suara dari depan pintu yang mengagetkan Sofie. Dia memalingkan kepalanya, lalu tampak Claire sedang berdiri di depan pintu.
Dia adalah Sofie!Dia berusaha mengingatkan dirinya bahwa dirinya adalah Sofie!Sofie memalingkan kepalanya untuk bertatapan dengan mata Claire. Dia pun tersenyum. “Maaf, aku nggak kenal sama orang yang kamu maksud. Aku nggak tahu kenapa kamu bisa punya prasangka buruk sama aku dan apa maksudmu untuk memojokkanku, tapi perasaanku terhadap Tuan Javier itu tulus ….”“Plak!”Sofie langsung ditampar dengan kuat. Dia terbengong di tempat, lalu berucap dengan galak, “Beraninya kamu menamparku?”“Apa kamu pantas untuk mengatakan kata ‘tulus’?” Claire mengusap pergelangan tangannya. Terlihat kobaran api di alam tatapannya. “Nggak terima?”Sofie mengangkat tangan hendak membalasnya. Namun, Izza langsung meraih pergelangan tangannya dan menekannya, memaksanya untuk berlutut.Sofie menjerit, “Claire, kamu berani sekali!”“Kamu nggak mau bersandiwara lagi?”Claire mencondongkan tubuhnya untuk melihat Sofie sembari tersenyum tipis. “Kenapa kalau ditampar sama aku? Apa kulitmu tertarik?”Sofie menga
Raut wajah Claire berubah muram. “Seingatku, aku pernah beri kamu kesempatan untuk mengaku?”Sofie terisak-isak.Claire berdiri, lalu berhenti di hadapan Sofie. Dia menunduk untuk menatap Sofie. “Rosy, aku pernah beri kamu kesempatan waktu itu karena aku tahu kamu nggak ingin dengar apa kata Marco lagi. Tapi kamu nggak menghargai kesempatan ini.”“Kenapa aku bisa menjebakmu? Semua itu karena kamu ikut serta dalam rencana Marco. Kamu yang melakukan penembakan dan menculikku. Kamu memasukkan Javier ke dalam perangkap Marco. Ini yang dinamakan suka?”Claire mengangkat dagu Sofie. “Kalau kamu benar-benar mencintai Javier, kamu nggak akan biarkan dia dalam bahaya. Kamu juga nggak mungkin nggak menyelamatkan ibunya Javier!”Kedua mata Sofie seketika menyipit. Hatinya terasa tersayat-sayat saat ini.Kemudian, Claire melanjutkan, “Apa kamu tahu, karena kamu nggak menolong ibunya Javier dan merahasiakan informasi, Javier jadi kehilangan ibunya. Dengan masalah ini, atas dasar apa Keluarga Fernan
Napas semua orang di dalam ruangan pasien pun terhenti ketika melihat gambaran ini.Rosy telungkup di lantai dengan merintih kesakitan. Dia mengangkat kepalanya dan menatap wajah si lelaki dengan syok. “Javier … kenapa kamu memperlakukanku seperti ini?”Javier bahkan memukulnya? Sebelumnya dia tidak pernah bersikap kasar terhadap Rosy. Namun saat ini, wajah si lelaki malah tampak sangat mengerikan.“Itu karena kamu tidak sopan. Pukulan ini sudah tergolong ringan.” Javier melirik Rosy dengan dingin. “Sebenarnya aku ingin membunuhmu.”Ingin membunuhnya?Hati Rosy terasa sangat sakit. Dia menangis bagai orang yang sudah kehilangan kewarasannya saja. “Memangnya kenapa kalau aku marahin dia wanita jalang? Apa kamu sakit hati? Javier, kalau bukan karena kakekku, apa mungkin Keluarga Fernando bisa hidup sampai hari ini!”Rosy membangkitkan tubuhnya dengan kedua mata merona. “Kamu malah ingin membunuhku? Ayo bunuh aku sekarang! Aku ingin semua orang tahu bagaimana Keluarga Fernando memperlakuk
Rosy terkaku di tempat. Tiba-tiba dia memegang kepalanya dan tertawa. “Ternyata kamu datang untuk balas dendam sama aku? Claire, apa kamu datang untuk membunuhku? Memangnya apa yang bisa kamu dapatkan setelah membunuhku?”Tiba-tiba Rosy membelalaki Claire dengan galak. “Setelah membunuhku, apa orang-orang yang sudah mati bisa hidup kembali? Hahaha, ayo bunuh aku! Ada mereka yang menemaniku di neraka. Aku juga nggak akan kesepian.”Claire mengepal tangannya dengan erat. Dia memalingkan kepalanya untuk menatap Rosy. “Apa kamu berhak untuk menemani mereka?”“Ternyata kamu nggak berani untuk membunuhku.”Rosy merentangkan kedua tangannya, lalu berlagak gembira. “Kamu hanya berani mengancamku saja. Meskipun kamu benci aku, kamu juga nggak berani untuk bunuh aku.”Claire tersenyum. “Untuk apa aku mengotori tanganku demi membencimu?”Claire berjalan mendekati Rosy. “Marco, si dalang dari permasalahan ini saja nggak bisa hidup. Kalau aku membunuhmu, bukankah aku sudah menguntungkanmu?”Rosy me
Javier pun tersenyum sembari menggenggam tangan Claire. “Sudah tidak batuk lagi.”Saat Claire hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba ada sesosok bayangan berdiri di depan pintu.Orang itu tak lain adalah River. Dia mengenakan jaket berwarna cokelat berjalan ke dalam ruangan. “Seharusnya aku tidak mengganggu waktu kalian, ‘kan?”Claire segera berdiri. “Paman River, bagaimana kondisi Pak Aaron sekarang?”River berdiri di sisi mereka, lalu berkata, “Aaron baik-baik saja. Dia sempat disiksa, tapi tidak membahayakan nyawanya.”Owl membawa orang untuk menagih Aaron dari Regal. Sikapnya sangatlah tegas. Rega takut Owl akan memperbesar masalah. Jadi, dia pun melepaskan Aaron.“Sekarang posisi Rega sudah tidak seperti dulu lagi.” Javier menarik selimutnya. “Dia telah kehilangan Laurent dan Marco, Max dan Greg juga tidak bisa membantunya.”River mengangguk. Max hanyalah seorang pebisnis, dia hanya bisa menjadi anak buah Rega saja. Dia tidak memiliki latar belakang keluarga konglomerat dan merupaka
Raut wajah Claire berubah pucat. Dia menunduk, lalu mengeluarkan sebuah cincin emas dari dalam saku. “Ini peninggalan kakekku untukku. Orang itu mengatakan Kakek masih belum meninggal!” Claire mencengkeram lengan Javier. “Javier, kamu lagi bohongi aku, ‘kan? Kakekku, dia masih hidup. Dia belum mati!”Claire hanya tersisa satu anggota keluarga saja. Berhubung Wilson bisa menciptakan jebakan ini untuk mengalihkan perhatian orang-orang, itu berarti dia pasti baik-baik saja.Javier kembali memeluknya. “Claire, aku tahu kamu sedih. Tapi tujuan kakekmu memberikan cincin ini kepadamu sudah sangat jelas.”Claire terbengong. Tangan yang dikepalkan seketika terasa panas.Iya, kenapa Kakek menyerahkan cincin peninggalan Keluarga Gufree kepadanya? Itu berarti dia ingin menyerahkan identitasnya kepada Claire!Claire tidak tahu kenapa dirinya bisa bersedih. Padahal tiga tahun lalu, dia jarang berhubungan dengan kakeknya. Apa semua ini karena hubungan darah?Wilson adalah kakek luar Claire. Selain ay
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me