Para pelayan mengira Claire tidak mengerti bahasa mereka, mereka pun merasa tenang. Saat para pelayan merasa kegirangan, terdengar suara dari belakang, “Sebelum Pak Henry marah, aku sarankan kalian untuk tutup mulut.”Beberapa pelayan wanita pun gemetar. Ucapan juga terhenti. Mereka membalikkan kepala mereka, lalu tampak Pengurus Rumah Marry di belakang mereka. Mereka spontan memberi hormat dan menunduk. Bahkan, tidak ada yang berani berbicara lagi dan langsung berjalan pergi.Pengurus rumah mendorong kacamatanya ke atas, lalu berjalan ke belakang Claire. “Nona, ternyata kamu di sini. Pak Henry mencarimu.”Claire memalingkan kepala untuk melihat Marry. Marry adalah pengurus Istana Hawana. Dia berumur sekitar 30-40 tahun. Menyadari Marry masih menunggu, Claire pun berjalan perlahan ke hadapannya. Sepasang mata indah itu tidak terlihat berkilauan lagi. “Bawa aku ke sana.”Marry membawa Claire ke ruang baca. Di depan sana ada dua pengawal yang sedang berjaga.Begitu pintu dibuka, tampak
Owl tersenyum. “Dengan kemampuanmu saat ini, apa yang bisa kamu lakukan?”Claire menggigit bibirnya dengan erat.Kemudian Owl kembali berkata, “Kenapa River tidak beri tahu kamu masalah itu? Itu semua karena dengan kemampuanmu sendiri, kamu tidak akan bisa melawan orang-orang itu. Kecelakaan di Negara Shawana hanyalah peringatan awal mereka saja.”“Kamu mengetahui masalah itu?”Claire mengangkat kepalanya untuk melihat Owl. Dia terlihat sangat kaget.Kedua tangan Owl saling bertautan. Dia menyipitkan matanya. “Tidak ada yang tidak aku ketahui, termasuk masalah kamu dengan Keluarga Fernando.”Raut wajah Claire terlihat sedikit berubah. Dia tahu mungkin semua itu diberi tahu oleh River. River pernah berkata, demi kebaikan Claire, dirinya tidak bisa memberi tahu Claire terlalu banyak. Sebab, dia tidak bisa menilai apakah Claire bisa menghadapinya atau tidak.Masalah di Negara Shawana pada beberapa bulan lalu telah membuat Claire paham. Orang-orang itu sangatlah kejam, tidak menghargai nya
Tiga tahun kemudian.Malam hari, di ibu kota Negara Makronesia. Louis masuk ke dalam pub, lalu mengamati sekeliling. Tatapannya kemudian tertuju pada seorang wanita yang sedang duduk di depan meja bar. Dalam sekilas mata, Louis langsung bisa mengenali Candice.Si lelaki berjalan ke sisi Candice, lalu merampas gelas alkohol di tangan. Sepertinya Candice sudah mabuk. Dia memalingkan kepalanya untuk melihat Louis dan muncul bayangan ganda di hadapannya.“Kenapa kamu bisa ada di sini? Aku mau minum! Kenapa kamu ambil minumanku?”Candice mengulurkan tangannya dengan terhuyung-huyung. Louis meraih pergelangan tangannya. “Mentang-mentang Claire tidak ada di sini, hidupmu selama tiga tahun ini semakin bebas saja. Kerjaannya cuma mabuk saja?”Ketika mengungkit Claire, Candice segera mengalihkan pandangannya. “Ngapain kamu cari aku?”Louis meletakkan gelas ke atas meja sembari menatapnya. “Selama tiga tahun ini, apa kamu pernah berhubungan dengan Claire?”Sejak kecelakaan tiga tahun silam, Clai
Semua ini dilakukan demi mengalihkan perhatian orang-orang itu. Supaya mereka merasa nyawa Javier tidak panjang lagi.Keluarga Kenata dan Keluarga Gufree juga sedang mencari Claire. Javier, satu-satunya orang yang mengetahui jejak kaki Claire, malah tidak pergi mencarinya. Bukannya Javier tidak ingin mencarinya, lebih tepatnya tidak berani mencarinya.Tatapan Javier terlihat dingin. Dia tidak memberi jawaban apa-apa.Subuh hari.Candice merasa kepalanya sangatlah sakit bagai akan meledak saja. Pancaran cahaya matahari menyilaukan matanya. Candice mengangkat tangan untuk menutupi matanya. Saat Candice membuka matanya, dia pun teringat sesuatu dan segera membangkitkan dirinya.Kedua tangannya menggaruk rambutnya yang berantakan. Candice sungguh tidak ingat bagaimana dia bisa pulang semalam.“Sudah bangun?”Tiba-tiba terdengar suara. Gerakan Candice pun tertegun. Dia spontan memalingkan kepalanya dengan terkejut.Tampak Louis sedang duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya. Raut wajahnya
Ucapan itu ditujukan kepada si lelaki paruh baya.Jelas sekali Kimi sudah dipecat, tapi dia juga tidak berkata lain. Dia sudah merasa cukup beruntung bisa meninggalkan tempat itu dalam keadaan hidup.Claire mengambil ponselnya untuk membalas pesan Candice. Selama tiga tahun ini, dia memang telah menghubungi Candice secara diam-diam. Hanya saja, dia tidak pernah memberi tahu di mana keberadaannya saat ini. Candice hanya tahu dirinya sedang berada di luar negeri saja.Melalui percakapannya bersama Candice, Claire dapat mengetahui bahwa Keluarga Kenata dan kakek sedang mencarinya. Anak-anak juga melewati hari mereka dengan baik di Kediaman Fernando. Jody dididik untuk menjadi penerus Keluarga Fernando. Dia pun selalu berada di sisi Berwin.Namun hingga detik ini, Claire tetap tidak berani bertanya mengenai masalah Javier.Kenapa Jody yang masih begitu kecil bisa menggantikan Javier? Kenapa Keluarga Fernando tiba-tiba mulai membina anak-anak menjadi bibit penerus ….Claire mengambil bebera
Claire membalas, “Aku juga nggak yakin. Karena sebelum kecelakaan, sepertinya aku melihat Rosy. Tapi aku nggak yakin dia itu Rosy atau bukan.”Nama “Rosy” juga sudah menghilang selama tiga tahun. Selama tiga tahun ini, bukannya Claire tidak pernah menyuruh orang untuk menyelidikinya. Namun, anak buahnya tidak menemukan informasi apa-apa di Negara Shawana.River meletakkan gelasnya, lalu mengeluarkan selembar foto dan meletakkannya di atas meja. “Satu tahun silam, aku menerima foto ini. Sepertinya mereka ingin aku menyelidikinya.”Claire melihat foto itu. Wanita yang muncul di kerumunan lokasi kecelakaan. Dia mengenakan masker dan topi. Dari bentuk tubuhnya, dia memang sangat persis dengan Rosy!Rosy mengangkat kepalanya dengan kaget. “Paman River, siapa yang mengirim foto ini kepadamu?”River hanya mengatakan, “Dia.”Claire juga tidak bertanya panjang lebar. Tatapannya sedikit muram. Claire juga tidak yakin apakah orang itu adalah dia. Apa dia masih menyelidiki masalah kecelakaan tiga
“Kalau kamu pergi menanyakan masalah ini, mungkin dia akan beri tahu kamu.” River tersenyum sambil mengangkat-angkat alisnya. “Tapi dengan identitasmu sekarang, apa kamu masih peduli dengan orang-orang di masa lalu? Sekarang dia hanyalah bocah berpenyakitan yang akan segera mati. Hidupnya tidak panjang lagi. Lagi pula, dia sudah mengajukan untuk bercerai. Apa kamu masih ingin kembali?”Ucapan River membuat Claire terbengong di tempat. Hatinya mulai terasa kalut.…Candice masih bekerja di kafe sebelumnya. Tidak ada begitu banyak tamu di pagi hari. Ketika mendengar ada yang memasuki kafe, dia pun menyambut tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, “Selamat datang. Mau minum apa?”“Latte.”Tangan Candice spontan gemetar. Setelah mendengar suara ini, dia pun baru mengangkat kepalanya dan tampak Louis sedang berada di hadapannya. Melihat lelaki itu terus menghantuinya, Candice pun tersenyum sinis. “Kenapa kamu lagi?”“Apa aku tidak pantas untuk beli kopi?” Louis mengerutkan keningnya.Candic
Namun saat Candice hendak membalas pesan, tiba-tiba ponselnya dirampas. Candice terkejut hingga ekspresinya berubah. “Louis, kembalikan ponselku!”Candice berlari keluar meja kasir hendak merebut ponselnya. Louis sedang melihat sesuatu, tiba-tiba ada bayangan yang mendekatinya. Louis spontan mengangkat tinggi ponsel itu.Si lelaki memiliki tinggi badan 1,9 meter. Candice tidak sanggup untuk menjangkau tangannya.“Ayo, loncat!” Louis sengaja memancing emosinya. “Dasar kerdil.”Candice bagai sudah kehilangan kesabarannya saja. Dia langsung menendang lutut Louis. Berhubung Louis tak sempat mengelak, dia pun spontan berjongkok akibat kesakitan. “Candice!”Kali ini Candice berhasil mengambil ponselnya dan berjalan mundur dengan tersenyum. “Siapa suruh kamu sok?”“Hehe.” Louis menegakkan tubuhnya. “Bagus sekali! Candice, jangan lupa dengan tendanganmu hari ini. Kamu pasti akan datang mencariku.”Setelah itu, Louis pergi dengan wajah muramnya.Melihat Louis sudah berjalan jauh, Candice baru m