“Javier, kamu ….” Louis ingin sekali maju untuk meninjunya lagi. Namun, Candice terus menahannya. Dia juga tidak mungkin mendorong Candice.Biasanya Louis jarang bersikap gegabah, apalagi memukul orang. Hanya saja, Javier sudah keterlaluan!“Cukup.”Ekspresi Claire sangatlah tenang bagai sudah kehilangan semangat hidupnya saja. Kedua tangan yang dikepal erat juga terasa dingin dan sedikit gemetar.Claire mengangkat kepalanya untuk menatap Javier. Pada akhirnya, kedua matanya merona. Air mata yang berlinang di dalam matanya pun mulai menetes.Namun, Javier tidak melihatnya sama sekali, sepertinya Javier tidak berani menatapnya.“Javier, kalau aku nggak mau cerai, apa yang bisa kamu lakukan?” Claire bahkan sudah tidak memedulikan harga dirinya lagi. Dia masih ingin mengalah dan berusaha untuk berbaikan dengan Javier. Meski dia sudah diusir, dia juga tidak ingin pergi.Sewaktu di Negara Shawana, Javier bahkan rela mengorbankan nyawanya untuk melindungi Claire. Jadi, mana mungkin Javier ti
Waktu yang diberikan … tidaklah panjang.Pintu mobil ditutup dengan kuat. Mobil hitam melaju kencang dan menghilang di dalam kegelapan.Claire berdiri di tempat. Saat menunduk, tatapannya menjadi buram dan air mata menetes ke atas sepatunya.Candice segera berlari ke sisinya dan menahan pundaknya. “Claire, kenapa kamu nggak bersedia untuk melepaskannya? Padahal dia sudah begini ….”“Kalian nggak bakal mengerti.” Claire memotong ucapan Candice. Beberapa saat kemudian, Claire berkata, “Antar aku kembali ke Kediaman Adhitama.”Claire tidak mengangkat kepalanya sama sekali.Cahya menatap Claire sejenak, lalu berkata, “Aku bawa mobilku ke sini.”Saat perjalanan pulang ke Kediaman Adhitama, Claire menggenggam ponselnya, lalu berterima kasih pada Cahya, kemudian menuruni mobil.Tatapan Cahya tertuju pada bayangan punggung si wanita. Setelah Claire masuk ke dalam rumah, kening Cahya spontan berkerut. Dia seolah-olah kepikiran sesuatu, lalu mengirim pesan kepada seseorang.Saat ini, di vila Jav
“Kamu nggak usah kerja?”“Haih, bisa minta cuti, ‘kan? Paling-paling gajiku dipotong,” balas Candice sembari melambaikan tangannya.Claire mengangkat gelas kopi, lalu menyesapnya. Tiba-tiba dia merasa sangat mual. Dia segera meletakkan gelas kopi ke atas meja, kemudian berlari ke toilet.“Claire?” Candice juga ikut berdiri.Setelah Claire masuk ke kamar mandi, dia langsung membuka tutup kloset, lalu muntah ke dalamnya.“Claire, apa kamu baik-baik saja?”Candice melihat Claire sedang muntah. Dia pun merasa kaget. “Claire, jangan-jangan kamu ….”Claire pun kepikiran sesuatu. Dia tertegun sejenak. Belakangan ini, Claire memang sering mual, tidak selera makan, dan juga belum datang bulan. Jangan-jangan?Setelah keluar dari bilik toilet, Claire memegang perutnya sembari terbengong di tempat. Wajahnya terlihat agak pucat saat ini.Candice sungguh mencemaskannya. “Gimana kalau aku temani kamu untuk periksa ke rumah sakit?”Kali ini, Claire juga tidak menolak. Bagaimana jika Claire mengandung
“Javier nggak mungkin akan bercerai tanpa sebab!” Claire tidak bisa menahan amarah di hatinya. Kedua matanya juga sudah memerah. “Pak, aku mohon sama kamu, biarkan aku bertemu sama dia?”Raut wajah Berwin masih tidak berubah. “Dia sudah membulatkan tekadnya untuk bercerai sama kamu. Kenapa kamu masih mengganggunya? Claire, apa kamu masih ingin mencelakainya lagi? Keluarga Fernando tidak akan merebut hak asuh anak. Javier bahkan akan memberikan saham kepadamu. Apa semua ini masih belum cukup?”Tangan dingin Claire juga sudah memucat.Apa Claire menginginkan semua ini?Tidak!Suara Claire menjadi gemetar. “Aku ingin ingin minta penjelasan dari Javier.”Tangan yang diletakkan di belakang tubuh Berwin dikepal erat. Ketika kepikiran apa yang dialami cucunya saat ini, tatapannya berubah sinis. “Penjelasan? Sejak awal, aku sudah tidak setuju dengan hubungan kalian. Aku yang memaksa Javier untuk bercerai sama kamu. Dia tidak cocok denganmu.”Berhubung Javier tidak cukup tegas, biarkan Berwin s
Bau disinfektan rumah sakit yang familier membuat Claire mulai melebarkan kedua matanya. Kemudian, tampak langit-langit putih di dalam pandangannya.“Claire, kamu sudah bangun?” Menyadari Claire sudah bangun, Candice langsung berdiri dan bertanya.Saat ini, masih ada Rendy dan Yvonne di dalam kamar pasien. Setelah Rendy mendengar kabar Claire jatuh pingsan, dia pun bergegas ke rumah sakit. “Claire, kata dokter kamu mesti banyak istirahat. Kamu … sudah mengandung. Kamu hampir saja keguguran.”Claire pun terkejut segera memegang perutnya. Sebenarnya, dia juga merasa bersalah lantaran hampir mencelakai anaknya.Kali ini Claire berkata dengan lemas, “Siapa yang antar aku ….”Seingat Claire, sepertinya ada yang datang memeluknya tadi.Candice mencemberutkan bibirnya. Dia tahu apa yang diharapkan Claire. “Kakak sepupuku. Dia baru saja dipanggil pulang sama asistennya.”Claire menggigit erat bibirnya dan mengernyitkan dahinya.Menyadari Claire ingin membangkitkan tubuhnya, Yvonne pun segera m
Selama tiga hari ini, Javier juga tidak mengirim satu pesan maupun meneleponnya. Bahkan, dia tidak pernah menampakkan diri.Yvonne meletakkan bekal makanan di atas nakas, lalu menjawab, “Kata dokter, kondisimu sangat lemah. Janinmu juga masih belum stabil. Jadi, kamu masih harus banyak istirahat.”Claire tidak membalas.Yvonne berjalan ke hadapan Claire, lalu membawanya kembali duduk di atas ranjang. “Kak, cepat makan dulu. Nggak enak kalau sudah dingin.”Berhubung beberapa hari ini Claire tidak memiliki selera makan dan selalu muntah setelah makan, Rendy pun sengaja memasak makanan bergizi untuknya.Sebenarnya Claire tidak memiliki selera makan, tapi demi janin di dalam kandungannya, Claire tetap harus makan.Kali ini Claire mengangkat kepalanya. “Terima kasih, ya. Kamu sudah menjagaku dan membantu mengantar makanan selama beberapa hari ini.”“Haish, masalah sepele. Kak Claire, kamu nggak usah sungkan sama aku.” Yvonne juga tidak memedulikannya.Claire tersenyum datar. “Kelak, kamu bi
Si wanita tua terlihat sangat gembira. Dia segera mengeluarkan ponselnya. “Bolehkah? Terima kasih, Nak.”Cahya foto bersama wanita tua. Setelah itu, si wanita tua pun berpamitan. Cahya kembali mengenakan kacamata. “Hampir saja ketahuan.”Claire pun tersenyum. “Namanya Tuan Cahya itu terkenal sekali. Wajar kalau ada yang mengenalimu.”Untung saja wanita itu adalah lansia yang tidak mengikuti perkembangan dunia hiburan. Jika tidak, Cahya pasti tidak bisa merahasiakannya.Jika masalah ini sampai heboh, sepertinya semua orang di rumah sakit akan berlari untuk meminta tanda tangan. Cahya hanya tersenyum saja. Dia juga tidak tinggal lama. Cahya menemani Claire kembali ke kamar pasien, lalu berkata, “Sudah saatnya aku pulang. Kamu istirahat, ya.”“Emm.” Claire mengangguk.Saat Cahya hendak keluar, dia pun kepikiran sesuatu, lalu berkata, “Kalau ada masalah, kamu bisa hubungi Candice.”Maksud Cahya adalah jika Claire ada masalah, dia bisa mencari Candice. Nanti Candice akan memberitahunya.Cl
Claire pun terbengong. Meskipun si wanita menutupi wajahnya dengan masker, rasa benci dan dingin dari tatapannya pun membuat Claire bisa menebak siapa si wanita itu.Rosy!Bukankah Rosy berada di Negara Shawana? Dia sudah kembali!“Claire?” Di dalam mobil, Rendy menyadari Claire masih belum memasuki mobil dan terus menatap ke sisi lain. Jadi, dia pun memanggil.Claire melihat orang di dalam mobil, lalu berkata, “Sepertinya aku melihat ….”Namun saat Claire kembali memalingkan kepalanya, tidak tampak lagi bayangan tubuh wanita itu.Rendy mengikuti arah pandangannya. Namun, dia tidak bisa melihat siapa-siapa. Rendy pun bertanya, “Siapa?”Claire melongo sejenak, lalu berkata, “Nggak.”Apa Claire salah lihat?Rosy sedang berada di Negara Shawana. Lagi pula, Javier telah mengetahui semua yang diperbuatnya, mana mungkin dia berani kembali lagi? Seharusnya tidak mungkin.Setelah Claire memasuki mobil, Yvonne baru menyalakan mesin mobil dan mobil pun melaju pergi.Namun sewaktu di mobil. hati