Si lelaki membalas dengan lemas, “Aku nggak celakai kamu. Jelas-jelas kamu yang suruh.”“Jangan sembarangan bicara! Bukan aku!”Reaksi berlebihan Rosy memancing rasa curiga di hati Berwin. Dia mulai mengerutkan keningnya.Rosy meraih lengan Berwin. “Kakek, aku difitnah. Aku begitu menyukai Javier. Mana mungkin aku melakukan hal yang akan melukai Javier?”Nada bicara Javier terdengar dingin. “Siapa lagi kalau bukan kamu?”Rosy memegang dadanya sembari menjelaskan dengan mata merona, “Javier, kamu tahu sendiri betapa sukanya aku sama kamu. Mana mungkin aku melakukan hal yang akan membahayakan dirimu? Kalau ada yang ingin mencelakaimu, orang itu pasti adalah Keluarga Gufree!”Tiba-tiba Rosy berjalan mendekati sisi ranjang, lalu bertanya, “Sebenarnya kalian anggota siapa? Kenapa kalian malah ingin mencelakaiku!”Roger segera menarik Rosy. Sepertinya Rosy merasa sangat panik saat ini, itulah sebabnya reaksinya begitu berlebihan. Hanya saja, dia tetap bersikap layaknya seorang korban saja.T
Rencana Javier bukan ingin membongkar wajah asli Rosy di hadapan Kakek Berwin, melainkan mencari anggotanya untuk bersandiwara?Roger membalas dengan tersenyum, “Nona Claire, semua ini bukan skenario kami. Kami memang diintai di saat perjalanan pulang tadi. Jalanan di saat hujan sangatlah licin. Jika bukan karena teknik mengemudiku cukup bagus, sepertinya kami yang akan mengalami kecelakaan. Cedera orang-orang itu tidak serius. Mereka juga sudah dibawa ke kantor polisi.”“Apa benar seperti ini?” Claire melihat ke sisi Javier. “Tapi apa orang-orang itu benar adalah utusan Rosy?Bukankah Rosy menyukai Javier?Kenapa Rosy berbuat seperti itu?Javier tersenyum, lalu membalas sembari menatap Claire, “Orang-orang di penjara itu sudah mengaku. Ada yang mengutus mereka untuk mengambinghitamkan Keluarga Gufree.”Claire berpikir kembali ucapan Rosy tadi. Dia bersikeras merasa masalah ini erat berhubungan dengan Keluarga Gufree. Ternyata Rosy ingin melempar kesalahan kepada Keluarga Gufree untuk
Rasa panas di bagian perut si lelaki membuat wajah Claire menjadi sedikit panas. “Rambutmu masih belum kering!”Javier tersenyum. “Sebentar lagi juga kering.”Belum sempat Claire merespons, Javier langsung menunduk untuk mengecup bibirnya. Jubah tidur yang tipis merosot dari tubuh Claire. Kedua tubuh jatuh ke atas ranjang. Mereka sedang larut dalam keindahan dan kelembutan malam ini.Suara rintik hujan terdengar semakin mengecil. Bekas rintik air hujan di jendela menetes.Pagi harinya, cahaya matahari memancar dari celah gorden ke atas ranjang.Claire dibangunkan oleh bunyi dering ponsel. Dia mengulurkan tangan untuk mencari-cari keberadaan ponselnya. Sepertinya Claire masih belum membuka kedua matanya. Dia langsung mengangkatnya, “Halo?”“Ini aku.”Suara ini ….Claire langsung membangkitkan tubuhnya. Dia spontan melihat tampilan ponselnya. Meski itu adalah nomor tidak dikenal, Claire juga tahu siapa yang menelepon. “Tuan Louis, ada urusan apa?”“Kakek ingin bertemu sama kamu. Jam dela
Claire menunduk. “Kakek Buyut Javier memang hampir mati di tangan ayahmu, tapi bukankah ibunya Javier juga sudah jatuh ke tangan kalian? Semuanya impas, jadi kenapa mesti benci?”Semua itu adalah dendam dari generasi sebelumnya. Atas dasar apa generasi berikutnya mesti menanggungnya?Tatapan Wilson menjadi muram. “Impas?” Raut wajahnya sangatlah serius. Dia berkata, “Masalah keluargaku dan Keluarga Fernando masih belum berakhir. Apa kamu tahu apa yang telah dilakukan Keluarga Fernando terhadap Keluarga Gufree waktu itu?”Claire tidak berbicara. Dia hanya mengepal erat kedua tangan yang diletakkan di atas pahanya.Pada saat ini, tiba-tiba Wilson memiringkan tubuhnya, lalu mengangkat ujung celananya. Tidak terlihat kaki yang utuh di dalam celana itu, melainkan sebuah kaki palsu.Claire sungguh terkejut saat ini.“Kamu sudah lihat, ‘kan? Ini adalah hasil karya Armada. Demi mendesak ayahku mundur dari pemerintahan, dia menyuruh orang untuk mematahkan satu kakiku.”Nada bicara Wilson sangat
Tak peduli ucapan Wilson tadi adalah ancaman atau hanya sekadar peringatan. Claire tidak sedikit pun merasa takut.Claire tersenyum, lalu berkata, “Pak Wilson harap tenang. Meski semua orang di dunia ini adalah musuh Javier, setidaknya aku tidak akan menjadi musuhnya.”Claire tidak bermaksud untuk makan bersama. Dia berpamitan dengan kedua orang di dalam ruangan, lalu berjalan keluar ruangan. Siapa sangka, dia malah bertemu dengan Rosy dan Berwin.Sepertinya Rosy tidak peduli dengan masalah semalam. Tatapannya ketika melihat Claire masih sangat sinis. “Kebetulan sekali bisa ketemu Nona Claire di sini. Apa Nona Claire janjian sama orang di sini?”Claire tersenyum tipis. “Iya, aku sudah selesai makan. Aku pamit dulu.”Berwin sedang berada di sini. Jika Louis dan Wilson keluar dari ruangan, Rosy pasti akan menabur minyak di atas kobaran api. Pada saat itu, Claire juga tidak tahu bagaimana menjelaskan masalah ini.Jadi, Claire menganggukkan sedikit kepalanya kepada Berwin dan hendak mening
“Sudahlah.” Berwin mengangkat tangannya memotong penjelasan Claire. “Bagus kalau kamu masih ingat dengan kata-kataku.”Kemudian, Berwin berjalan masuk ke dalam ruangan.Rosy menyadari ekspresi muram dan tidak puas dari wajah Claire. Dia pun mendekati Claire dengan senyum gembira. “Claire, ternyata Kakek lebih sayang sama aku. Kamu nggak usah buang-buang waktu lagi, deh.”Claire melihatnya, lalu mendengus dingin. “Iya, Nona Rosy bisa mendapat kasih sayang Pak Berwin juga karena memprovokasi hubungan kami. Kalau kamu ingin tinggal di Kediaman Fernando, gimana kalau kamu ganti namamu jadi Rosy Fernando saja? Dengan begitu, kamu resmi bisa jadi adiknya Javier.”Raut wajah Rosy langsung berubah. Dia menggertakkan giginya. “Claire, kamu jangan bangga dulu.”Rosy menabrak pundak Claire, lalu segera mengejar langkah Berwin.Claire berjalan keluar gedung, lalu tampak Yvonne sedang menunggunya di dalam mobil. Claire segera memasuki mobil. Suara tutup pintu terdengar agak kuat. Menyadari ekspresi
Meskipun tidak ada orang di dalam perusahaan, siapa tahu tiba-tiba Paman Fendra menampakkan diri. Jadi Claire segera mengalihkan pembicaraan, “Ngomong-ngomong, apa kalian sudah menemukan siapa orang yang ingin dilindungi lelaki itu?”Javier mengangkat kepalanya. Tatapannya seketika berubah dingin. “Anggota kamp pelatihan.”“Anggota kamp pelatihan. Jangan-jangan ….”“Kamu juga kenal.” Javier menundukkan kepalanya untuk mencium leher putih si wanita. Dia sengaja meninggalkan bekas merah di atasnya.Kedua tangan Claire diletakkan di atas pundaknya. Dia sedang larut dalam kelembutan ini. “Apa dia satu tingkatan sama Yvonne dan yang la … ergh.”“Ergh?” Gerakan Javier terhenti, sepertinya dia sedang sengaja.Claire menggigit bibirnya, lalu mengalihkan pandangannya dengan canggung. “Bisa nggak jawab pertanyaanku dengan baik!”Javier tersenyum. “Kamu jangan asal keluar suara aneh. Berbahaya sekali.”Claire hampir emosi setengah mati.Namun, Javier juga tidak berani bercanda lagi. Dia membalas,
Tiba-tiba lampu di dalam ruangan dinyalakan. Dia berusaha membuka kedua matanya melihat Roger yang berjalan ke dalam ruangan dengan membawa laptop.“Aku … aku nggak akan mengatakan apa-apa.”Meskipun si lelaki kelaparan setengah mati, dia tetap memilih untuk bungkam.Roger berkata, “Aku bukan datang untuk interogasi kamu.”Si lelaki terbengong. Dia sudah kehabisan tenaga untuk berbicara lagi.Roger menarik bangku, lalu duduk di atasnya. Dia meletakkan sebotol air mineral di ujung kakinya. “Sebenarnya tidak masalah kamu ingin mengatakannya atau tidak. Meski kamu tidak ingin mengatakannya, ada orang lain yang akan mengatakannya.”Tatapan si lelaki tertuju pada botol minuman itu. Wajahnya sangat pucat saat ini. Dia merasa dirinya bagai sedang berada di gurun pasir yang mendambakan setetes air saja. Saking hausnya, tenggorokannya bahkan terasa sakit ketika menelan ludah.Roger membuka laptop, lalu memperlihatkan layar kepadanya. “Aku penasaran, apa nyali orang ini juga sebesar kamu?”Sekuj