Riasan Rosy hari ini sangat elegan dan pakaiannya juga mewah."Apa Javier nggak memberitahumu?" ujar Rosy.Claire terdiam sejenak sebelum bertanya, "Beri tahu apa?""Aku asisten Javier sekarang. Javier nggak bilang padamu, ya?" ujar Rosy sambil menatap Claire.Claire mencibir dan bersedekap sambil berkata, "Rupanya hal ini. Aku pikir masalah besar apaan."Setelah menjadi asisten Javier, Rosy berniat untuk pamer padanya?"Jangan terlalu dipikirkan ya, Nona Claire. Bagaimanapun, ini diatur oleh kakek. Kakek ingin aku belajar sama Javier. Seharusnya Nona Claire nggak keberatan, 'kan?" ujar Rosy.Rosy sengaja mengungkit kakek Javier supaya Claire tahu bahwa pria tua itu lebih menyukai dirinya. Selama kakek Javier memihak dirinya, Claire mustahil bisa menjadi anggota Keluarga Fernando.Tanpa memikirkan maksud Rosy, Claire tersenyum cerah dan berkata, "Kenapa aku harus keberatan? Kamu cuma jadi asisten, 'kan? Hubungan kalian cuma atasan dan bawahan, jadi kamu nggak perlu lapor padaku."Ucapa
Kedua anak Claire itu sudah pandai memenangkan hati orang.Fendra mengangguk, lalu berkata, "Begitu, ya? Tapi, Cahya sudah banyak membantu kita lewat promosinya. Kita nggak bisa menerima kebaikannya tanpa membalas apa-apa.""Ya, aku mengerti." Claire menyilangkan tangannya dan tersenyum seraya berkata, "Waktu aku luang nanti, aku akan coba ajak Cahya makan."Orang biasa tidak akan berani berpikir untuk mengajak Cahya makan malam. Namun, Claire tidak bisa menerima bantuan Cahya begitu saja. Setelah memikirkannya sejenak, dia hanya bisa membalas budi pria itu dengan mengajaknya makan bersama.Bicara tentang balas budi, Claire jadi teringat dengan Hardy di kamp pelatihan. Claire jadi kesal sendiri. Entah mengapa dia jadi berutang budi pada Chaniago bersaudara.Siang itu, semua orang keluar untuk makan siang, kecuali Claire yang masih menggambar desain di ruangannya. Pikirannya yang tidak fokus membuat inspirasinya tiba-tiba menghilang. Setelah meremas kertas desainnya menjadi bola-bola ke
Javier menatap Claire dengan pandangan lembut. Hatinya terasa puas, "kucing liar kecilnya" sudah dijinakkan olehnya. Javier mengecup ujung jari Claire dan berkata dengan sorot mata yang berbahaya, "Kamu masih berani pergi ke bar lagi, nggak? Hm?""Nggak, aku nggak berani lagi!" jawab Claire dengan cepat."Benaran?" ujar Javier.Claire menarik tangannya sambil tersenyum jengkel, lalu berkata, "Iya, apa kita bisa makan sekarang?"Tok, tok. Terdengar suara ketukan di pintu kantor."Masuk," ujar Javier dengan nada dingin dan mata menyipit.Rosy membuka pintu dan masuk dengan membawa dokumen. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi saat melihat Claire duduk di sebelah Javier dan hidangan makan siang lezat di atas meja, kilatan kebencian muncul di matanya."Ada apa?" tanya Javier. Sikapnya masih tetap sangat dingin pada Rosy.Rosy menekan kebencian di hatinya dan memaksakan senyuman sambil berkata, "Aku ingin menyampaikan kalau rapat untuk membahas proyek dengan Grup Makmur akan segera dimulai
Jika ini adalah zaman kuno, orang seperti Javier mungkin hanya akan menjadi seorang penguasa yang tidak kompeten. Selain itu, putra Berwin yang tidak berguna juga tidak ada bedanya. Ayah dan anak ini benar-benar sejalan dan bekerja sama untuk mengacaukan segalanya!Rosy memberi nasihat dengan suara lembut, "Kakek, jangan marah lagi. Menurutku, masalahnya mungkin bukan terletak pada Javier, tapi pada Nona Claire." Berwin bertanya, "Apa maksudmu?"Rosy mengerucutkan bibirnya seraya menjawab, "Kakek, kalau aku mengatakannya, Javier pasti akan curiga bahwa aku mengadu lagi.""Jangan khawatir. Kakek berada di pihakmu, jadi katakanlah dengan berani," ucap Berwin yang bermaksud mendukungnya.Barulah Rosy mengatakan dengan hati-hati, "Sebenarnya, Nona Claire yang selalu merayu Javier dan memaksanya untuk membawanya ke rapat itu. Selain itu, sikap Nona Claire terhadapku juga nggak terlalu baik, mungkin karena dia menganggapku sebagai ancaman.""Dia tiba-tiba menargetkanku tanpa alasan di kamp p
Claire menggeleng sembari menjawab, "Nggak ada. Orang-orang yang menemui Wanda di pagi hari bisa bersaksi bahwa dia baik-baik saja. Masalahnya adalah bagaimana pisau itu bisa berada di tangan Wanda.""Apakah nggak ada yang berjaga?" tanya Claire. Yvonne pun menjawab, "Nggak ada." Claire berpikir sejenak setelah mendapatkan jawaban itu. Jika tidak ada yang berjaga, itu artinya siapa pun bisa pergi ke ruang interogasi untuk menemui Wanda.Melihat Claire yang masih terus memikirkan masalah Wanda, Yvonne pun berkata sambil tersenyum, "Sudahlah, Kak. Kamu nggak perlu terlalu khawatir tentang Wanda. Kami akan menyelidikinya."Setelah Yvonne pulang, Claire bersandar di kursinya sambil memegang cincin giok yang retak itu. Meskipun agak keberatan dengan Rosy yang telah "menodai" cincin ini, bagaimanapun juga, itu adalah hadiah yang dibelikan oleh Javier. Dia pun memutuskan untuk memperbaiki cincin giok tersebut.Pada sore hari, Claire pergi ke parkiran bawah tanah. Ketika dia tiba di depan mobi
Mata Jessie tampak memerah, tetapi dia enggan berbicara. Jerry memeluk Jessie untuk menghiburnya, lalu dia menatap tajam ke arah Berwin seraya berkata, "Kami nggak tertarik untuk makan makanan yang diberikan oleh wanita jahat."Bagi mereka, wanita yang mencoba untuk merebut ayah mereka dari ibu mereka adalah wanita jahat. Meskipun Rosy merasa kesal, dia tetap menunjukkan sikap yang lapang dada dengan berkata, "Kakek, aku baik-baik saja. Jangan salahkan anak-anak." Rosy pasti akan membalas dendam kepada ketiga bocah sialan itu.Berwin mengetuk meja dengan aura yang sangat menakutkan sembari berkata, "Aku bukan kakek atau ayah kalian. Karena mereka membiarkan kalian menjadi anak yang manja, aku tentu harus mengubah perilaku buruk kalian. Minta maaflah pada Tante Rosy!"Jerry dan Jessie jelas ketakutan oleh aura kuat Berwin, tetapi mereka tetap bersikeras dan tidak mau meminta maaf. Jody menatap Berwin dengan pandangan yang tidak ramah sambil berkata, "Kami nggak perlu minta maaf kepada w
Setelah Jody tumbuh dewasa, dia pasti akan menjadi sosok yang luar biasa. Aroma harum dari mi yang sedap itu pun tercium oleh Berwin. Hal itu membuatnya tiba-tiba merasa lapar.Jessie menyadari sesuatu sehingga mendorong mangkuknya, lalu bertanya dengan sorot mata yang penuh ketulusan dan kepolosan, "Kakek Buyut, apa kamu ingin makan mi?"Berwin terdiam sejenak. Dia baru saja marah pada gadis kecil ini beberapa saat yang lalu, tetapi sekarang Jessie malah bersedia memberinya mi? Berwin adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Dia pun berdeham, lalu memalingkan wajahnya seraya berkata, "Jangan kira dengan cara ini, aku akan melepaskan kalian."Jessie menundukkan kepalanya dengan ekspresi sedih, lalu menarik mangkuknya kembali sambil berkata, "Kami tahu, Kakek Buyut nggak menyukai kami." Berwin menghela napas seraya membelalakkan matanya. Kemudian, dia berkata, "Bagaimana mungkin aku nggak menyukai kalian ....""Kalau kamu ingin makan mi, masih ada di dalam panci. Kalau nggak ma
"Jody, kamu nggak pergi dengan adikmu hari ini?" tanya Rosy yang tersenyum dan mencoba mendekatinya.Namun, Jody hanya melemparkan pandangan dingin ke arahnya. Ketika melewati Rosy, dia berkata dengan suara anak-anak yang bernada rendah dan kesal, "Jangan buang-buang waktu, kalaupun mencoba menghasut kakek buyut, kamu nggak akan pernah bisa menggantikan ibuku."Rosy membeku di tempat. Dia memperhatikan sosok kecil yang naik ke lantai atas itu dengan ekspresi terkejut. Perlu diakui bahwa melihat anak berusia lima tahun dengan pandangan tajam dan kejam seperti itu adalah hal yang mengejutkan. Apalagi, bisa-bisanya Jody tahu bahwa dia bermaksud untuk menghasut Berwin?Wanita itu tanpa sadar mengepalkan tangan yang ada di sampingnya erat-erat. Bocah ini memang anaknya Claire, sama-sama tidak bisa dianggap remeh. Pada saat ini, Rosy menerima pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal di ponselnya.[ Bukannya kamu mengaku punya cara untuk mengeluarkanku dari pasar ilegal? Aku sudah memberim
Benn mengerti apa maksud ucapan Jerremy. Dia mengangkat gelas anggur, lalu menyesapnya dengan perlahan dan bertanya, “Apa kamu mencurigainya?”Jerremy tersenyum. “Dia menerima pukulan di saat mengetahui kabar penobatan. Apa mungkin aku tidak curiga?”Lidya telah mengetahui kabar kekuasaan jatuh ke tangan anggota Keluarga Tanzil. Apa mungkin dia akan merasa rela?Seorang wanita yang sudah kehilangan akal sehatnya bisa melakukan apa pun. Meskipun dia memiliki kesempatan untuk keluar dari penjara dan menerima pengobatan, apa dia benar-benar sedang fokus dalam pengobatannya atau dia sedang menyusun rencana selanjutnya? Siapa juga yang mengetahuinya?Benn menghela napas ringan. “Jerry, aturan di Negara Hyugana memang seperti itu. Seandainya narapidana mengidap penyakit mental, dia akan dibebaskan dari masa hukumannya untuk menerima pengobatan.”“Aku mengerti.” Tatapan Jerremy semakin serius. “Jadi, apa pun ceritanya, aku tidak boleh membiarkannya memiliki kesempatan itu.”Di sisi lain, di r
Dacia tersadar dari lamunannya, lalu menggeleng. “Nggak.”“Seandainya ada masalah, kamu mesti beri tahu Ayah. Jangan sampai mencemaskan Ayah.” Usai berbicara, tiba-tiba Daniel kepikiran sesuatu. “Ada panggilan dari penjara.”Gerakan tangan Dacia berhenti. Dia segera mengangkat kepalanya.Daniel berkata, “Katanya ibumu mengalami tekanan mental yang berat dan menunjukkan perilaku ekstrem di dalam penjara. Dua hari lagi, dia akan keluar dari penjara untuk menjalani pemeriksaan terkait masalah kejiwaannya ….”Tiba-tiba Daniel menghentikan omongannya. Dacia pun merasa syok. “Apa maksudmu?”Daniel menurunkan kelopak matanya. “Maksudnya, kalau benar ada masalah dengan kejiwaan ibunya, dia tidak akan dikurung di penjara lagi.”“Kejadian kapan?”Daniel membalas, “Kejadiannya saat upacara penobatan.”Kening Dacia berkerut. Lidya menerima pukulan di penjara karena Silvia menerima kekuasaan yang tidak diperolehnya, ‘kan?Hukum pidana di Negara Hyugana memang memiliki satu pasal yang menyatakan bah
Tiba-tiba Dacia kepikiran dengan Jerremy yang ngambek semalam. Sepertinya dia telah mendengar kabar itu. Itulah sebabnya dia bisa bersikap kesal.Pada saat ini, seorang wanita mendekat. “Dacia, kamu dicari Pak Diago.”Dacia pergi ke kantor profesor. Sepertinya Diago sudah membaca naskah yang dikirim Dacia semalam. “Metode menyusun kasus ini sangat sempurna. Apa semua ini idemu?”Dacia berterus terang. “Sebenarnya semua ini ide Kak Nordin. Dia yang memberiku inspirasi.”“Ternyata begitu. Pantas saja aku merasa tidak asing dengan metode penulisan ini. Hanya saja, ide ini memang bagus. Dacia, ada tugas yang ingin aku serahkan kepadamu.”Dacia bertanya, “Tugas apa?”“Usahakan untuk bisa mendapat kesempatan mewawancarai Sutradara Lance. Anggap saja sebagai skripsimu.” Usai berbicara, Diago menyerahkan data kepadanya.Dacia mengambil data tersebut. “Aku akan berusaha.”Saat Dacia hendak pergi, terdengar suara Diago lagi. “Persyaratannya, kamu tidak boleh minta bantuan apa pun dari Nordin. K
Jerremy berjalan ke sisi meja, lalu bersandar di sana sembari melipat kedua tangannya. “Kamu tidak makan?”Tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, Dacia berkata, “Sekarang aku masih belum lapar juga.”“Apa kamu sudah makan di luar?”“Emm, tadi sempat makan sedikit sama Carly.”Sepertinya Dacia sedang fokus dalam naskahnya. Dia tidak menyadari raut wajah Jerremy. Jerremy juga tidak mengatakan apa pun, langsung membalikkan tubuhnya dan meninggalkan tempat.Malam harinya, akhirnya Dacia berhasil menyusun metode kejahatan dengan jelas. Saat melihat jam di ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dia berjalan menuruni tangga, lalu membuka kulkas. Dia menyadari bahkan tidak tersisa sedikit pun sayuran sisa makan malam di dalam kulkas.Dacia merasa lapar hingga kehabisan tenaga. Pada akhirnya, dia hanya memasak mie saja. Sebenarnya Jerremy masih belum tidur. Dia berdiri di lantai atas mengintip gerak-gerik di bawah sana, lalu kembali ke kamar.Setelah Dacia selesai makan, dia pun
“Nona Mimosa ….” Dacia merasa familier dengan nama itu. Di atap? Bunuh diri? Bukannya itu cerita di dalam naskahnya?Nordin masih mondar-mandir tepi pagar atap. “Apa kamu sudah ingat?”Dacia langsung tersenyum. “Tentu saja Nona Mimosa di dalam naskahku bukan bunuh diri. Dalam semua kasus detektif, biasanya korban hanya bisa mati karena pembunuhan.”“Jadi, apa kamu sudah memikirkan cara untuk memalsukan tempat kejadian perkara?”Dacia terdiam, lalu menundukkan matanya. Saat ini, alur naskah berhenti pada bagaimana kematian Mimosa tampak seperti bunuh diri dan bagaimana pelaku berhasil melarikan diri.Hanya saja, Dacia tidak menyangka bahwa Nordin tertarik dengan naskah seperti ini.Carly semakin bingung lagi. “Apa yang lagi kalian bahas? Naskah?”Nordin menatapnya.Dacia berbisik di samping Carly, “Aku akan jelaskan nanti.” Usai berbicara, Dacia berjalan ke sisi Nordin. “Apa kamu berdiri di atas atap untuk merasakan apa yang dialami korban?”“Bukan, pelaku.”Dacia tertegun sejenak. “Pe
Tahanan wanita lainnya juga merasa aneh. Mereka merasa Lidya sudah kehilangan kewarasannya saja.Beberapa tahanan menekan pundak Lidya. Lidya semakin tidak puas lagi dan melawan dengan semakin kuat. “Atas dasar apa kalian selalu mendapatkan keuntungan? Aku sudah mengorbankan putraku, tapi aku malah tidak mendapatkan apa pun! Silvia dan semua anggota Keluarga Tanzil! Aku kutuk kalian sial tujuh turunan!”Lidya dibawa pergi secara paksa.Para tahanan wanita di kantin mulai bergosip. Mereka semua merasa Lidya sudah kehilangan kewarasannya karena ditahan kelamaan.Pada saat ini, di akademi perfilman.Dengan dianugerahkan kehormatan kepada Daniel, itu berarti dia memiliki kedudukan di Negara Hyugana.Carly dan teman-teman lainnya sungguh gembira dengan apa yang diperoleh Dacia. “Eh, keluarga bangsawan, lho. Bukannya itu berarti Dacia akan menjadi anak bangsawan?”“Tentu saja. Kelak siapa juga yang berani menggosip Dacia dari belakang?”“Dacia, kamu jangan melupakan kami, ya.”Dacia tersenyu
Di depan meja rias, Chelsea sedang membantu Jessie untuk menyanggul rambutnya. Benn menerima undangan dari kerajaan. Chelsea sebagai pasangan Benn juga wajib menghadirinya. Apalagi acara ini adalah acara penobatan, siapa juga yang tidak ingin hadir. Acara penobatan ini bukan hanya acara penobatan pertama yang pernah dihadiri Chelsea, bahkan ini juga pertama kalinya Jessie menghadiri acara sesakral ini.“Selesai! Bagaimana hasil sanggulan Tante?” Chelsea mengambil cermin untuk becermin bagian belakang tubuh Jessie. Dari cermin yang dipegang Chelsea, Jessie bisa melihat rambutnya sendiri. Dia pun tersenyum. “Cantik sekali.”“Tentu saja.” Chelsea menurunkan cerminnya. “Aku cukup percaya diri dengan bakatku.”Setelah Jessie selesai merias wajah dan mengganti gaunnya, dia pun berjalan ke aula. Ketika di koridor, dia menghentikan salah seorang pelayan. “Di mana Jules?”Pelayan menunjukkan arah kepada Jessie dengan ramah.Jessie berjalan ke ruang istirahat Jules. Ketika melihat pintu tidak di
Setelah dipikir-pikir kembali, biasanya Jane selalu memamerkan betapa baik kekasihnya terhadapnya. Ternyata semua itu hanya demi memenuhi ego Jane saja.Terdengar suara sirene mobil polisi di luar sana. Polisi mencari kemari. Mereka berdua bergegas melepaskan ikatan Dacia, lalu menghancurkan kamera CCTV.Pada saat ini, tiba-tiba pintu kamar didobrak. Orang itu tidak lain adalah Jerremy.Ketika melihat Dacia masih berpakaian rapi dan tidak ada tanda-tanda untuk terluka, dia baru menghela napas lega.Kekasih Jane maju, lalu berkata dengan tersenyum, “Semua ini hanya salah paham. Kita tidak melakukan apa-apa terhadap istrimu ….”Belum sempat kekasih Jane menyelesaikan omongannya, wajahnya langsung ditinju. Dia spontan jatuh terpelanting ke belakang.Jerremy langsung memeluk Dacia, lalu menoleh untuk menunjuk si pria. “Alangkah bagusnya kalau semua itu hanya salah paham. Kalau tidak, kamu akan mati dengan mengenaskan.”Kebetulan pihak kepolisian juga datang. Entah apa yang dikatakan Jerrem
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli