Kedua anak Claire itu sudah pandai memenangkan hati orang.Fendra mengangguk, lalu berkata, "Begitu, ya? Tapi, Cahya sudah banyak membantu kita lewat promosinya. Kita nggak bisa menerima kebaikannya tanpa membalas apa-apa.""Ya, aku mengerti." Claire menyilangkan tangannya dan tersenyum seraya berkata, "Waktu aku luang nanti, aku akan coba ajak Cahya makan."Orang biasa tidak akan berani berpikir untuk mengajak Cahya makan malam. Namun, Claire tidak bisa menerima bantuan Cahya begitu saja. Setelah memikirkannya sejenak, dia hanya bisa membalas budi pria itu dengan mengajaknya makan bersama.Bicara tentang balas budi, Claire jadi teringat dengan Hardy di kamp pelatihan. Claire jadi kesal sendiri. Entah mengapa dia jadi berutang budi pada Chaniago bersaudara.Siang itu, semua orang keluar untuk makan siang, kecuali Claire yang masih menggambar desain di ruangannya. Pikirannya yang tidak fokus membuat inspirasinya tiba-tiba menghilang. Setelah meremas kertas desainnya menjadi bola-bola ke
Javier menatap Claire dengan pandangan lembut. Hatinya terasa puas, "kucing liar kecilnya" sudah dijinakkan olehnya. Javier mengecup ujung jari Claire dan berkata dengan sorot mata yang berbahaya, "Kamu masih berani pergi ke bar lagi, nggak? Hm?""Nggak, aku nggak berani lagi!" jawab Claire dengan cepat."Benaran?" ujar Javier.Claire menarik tangannya sambil tersenyum jengkel, lalu berkata, "Iya, apa kita bisa makan sekarang?"Tok, tok. Terdengar suara ketukan di pintu kantor."Masuk," ujar Javier dengan nada dingin dan mata menyipit.Rosy membuka pintu dan masuk dengan membawa dokumen. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi saat melihat Claire duduk di sebelah Javier dan hidangan makan siang lezat di atas meja, kilatan kebencian muncul di matanya."Ada apa?" tanya Javier. Sikapnya masih tetap sangat dingin pada Rosy.Rosy menekan kebencian di hatinya dan memaksakan senyuman sambil berkata, "Aku ingin menyampaikan kalau rapat untuk membahas proyek dengan Grup Makmur akan segera dimulai
Jika ini adalah zaman kuno, orang seperti Javier mungkin hanya akan menjadi seorang penguasa yang tidak kompeten. Selain itu, putra Berwin yang tidak berguna juga tidak ada bedanya. Ayah dan anak ini benar-benar sejalan dan bekerja sama untuk mengacaukan segalanya!Rosy memberi nasihat dengan suara lembut, "Kakek, jangan marah lagi. Menurutku, masalahnya mungkin bukan terletak pada Javier, tapi pada Nona Claire." Berwin bertanya, "Apa maksudmu?"Rosy mengerucutkan bibirnya seraya menjawab, "Kakek, kalau aku mengatakannya, Javier pasti akan curiga bahwa aku mengadu lagi.""Jangan khawatir. Kakek berada di pihakmu, jadi katakanlah dengan berani," ucap Berwin yang bermaksud mendukungnya.Barulah Rosy mengatakan dengan hati-hati, "Sebenarnya, Nona Claire yang selalu merayu Javier dan memaksanya untuk membawanya ke rapat itu. Selain itu, sikap Nona Claire terhadapku juga nggak terlalu baik, mungkin karena dia menganggapku sebagai ancaman.""Dia tiba-tiba menargetkanku tanpa alasan di kamp p
Claire menggeleng sembari menjawab, "Nggak ada. Orang-orang yang menemui Wanda di pagi hari bisa bersaksi bahwa dia baik-baik saja. Masalahnya adalah bagaimana pisau itu bisa berada di tangan Wanda.""Apakah nggak ada yang berjaga?" tanya Claire. Yvonne pun menjawab, "Nggak ada." Claire berpikir sejenak setelah mendapatkan jawaban itu. Jika tidak ada yang berjaga, itu artinya siapa pun bisa pergi ke ruang interogasi untuk menemui Wanda.Melihat Claire yang masih terus memikirkan masalah Wanda, Yvonne pun berkata sambil tersenyum, "Sudahlah, Kak. Kamu nggak perlu terlalu khawatir tentang Wanda. Kami akan menyelidikinya."Setelah Yvonne pulang, Claire bersandar di kursinya sambil memegang cincin giok yang retak itu. Meskipun agak keberatan dengan Rosy yang telah "menodai" cincin ini, bagaimanapun juga, itu adalah hadiah yang dibelikan oleh Javier. Dia pun memutuskan untuk memperbaiki cincin giok tersebut.Pada sore hari, Claire pergi ke parkiran bawah tanah. Ketika dia tiba di depan mobi
Mata Jessie tampak memerah, tetapi dia enggan berbicara. Jerry memeluk Jessie untuk menghiburnya, lalu dia menatap tajam ke arah Berwin seraya berkata, "Kami nggak tertarik untuk makan makanan yang diberikan oleh wanita jahat."Bagi mereka, wanita yang mencoba untuk merebut ayah mereka dari ibu mereka adalah wanita jahat. Meskipun Rosy merasa kesal, dia tetap menunjukkan sikap yang lapang dada dengan berkata, "Kakek, aku baik-baik saja. Jangan salahkan anak-anak." Rosy pasti akan membalas dendam kepada ketiga bocah sialan itu.Berwin mengetuk meja dengan aura yang sangat menakutkan sembari berkata, "Aku bukan kakek atau ayah kalian. Karena mereka membiarkan kalian menjadi anak yang manja, aku tentu harus mengubah perilaku buruk kalian. Minta maaflah pada Tante Rosy!"Jerry dan Jessie jelas ketakutan oleh aura kuat Berwin, tetapi mereka tetap bersikeras dan tidak mau meminta maaf. Jody menatap Berwin dengan pandangan yang tidak ramah sambil berkata, "Kami nggak perlu minta maaf kepada w
Setelah Jody tumbuh dewasa, dia pasti akan menjadi sosok yang luar biasa. Aroma harum dari mi yang sedap itu pun tercium oleh Berwin. Hal itu membuatnya tiba-tiba merasa lapar.Jessie menyadari sesuatu sehingga mendorong mangkuknya, lalu bertanya dengan sorot mata yang penuh ketulusan dan kepolosan, "Kakek Buyut, apa kamu ingin makan mi?"Berwin terdiam sejenak. Dia baru saja marah pada gadis kecil ini beberapa saat yang lalu, tetapi sekarang Jessie malah bersedia memberinya mi? Berwin adalah orang yang sangat mementingkan harga diri. Dia pun berdeham, lalu memalingkan wajahnya seraya berkata, "Jangan kira dengan cara ini, aku akan melepaskan kalian."Jessie menundukkan kepalanya dengan ekspresi sedih, lalu menarik mangkuknya kembali sambil berkata, "Kami tahu, Kakek Buyut nggak menyukai kami." Berwin menghela napas seraya membelalakkan matanya. Kemudian, dia berkata, "Bagaimana mungkin aku nggak menyukai kalian ....""Kalau kamu ingin makan mi, masih ada di dalam panci. Kalau nggak ma
"Jody, kamu nggak pergi dengan adikmu hari ini?" tanya Rosy yang tersenyum dan mencoba mendekatinya.Namun, Jody hanya melemparkan pandangan dingin ke arahnya. Ketika melewati Rosy, dia berkata dengan suara anak-anak yang bernada rendah dan kesal, "Jangan buang-buang waktu, kalaupun mencoba menghasut kakek buyut, kamu nggak akan pernah bisa menggantikan ibuku."Rosy membeku di tempat. Dia memperhatikan sosok kecil yang naik ke lantai atas itu dengan ekspresi terkejut. Perlu diakui bahwa melihat anak berusia lima tahun dengan pandangan tajam dan kejam seperti itu adalah hal yang mengejutkan. Apalagi, bisa-bisanya Jody tahu bahwa dia bermaksud untuk menghasut Berwin?Wanita itu tanpa sadar mengepalkan tangan yang ada di sampingnya erat-erat. Bocah ini memang anaknya Claire, sama-sama tidak bisa dianggap remeh. Pada saat ini, Rosy menerima pesan singkat dari nomor yang tidak dikenal di ponselnya.[ Bukannya kamu mengaku punya cara untuk mengeluarkanku dari pasar ilegal? Aku sudah memberim
Claire tahu anak-anak tidak mungkin berbohong dan dia juga tahu Rosy adalah orang yang pandai berpura-pura. Sementara itu, Berwin sangat menyukai dan memercayai Rosy. Jadi, bukan hal yang sulit bagi Rosy untuk menghasut Berwin.Sebelum bertanya lagi, Claire melihat Cahya yang membawa 2 asistennya muncul di depan pintu. Jessie berlari menghampiri Cahya dan menarik tangannya, lalu berkata, "Paman Cahya, ini ibuku."Cahya sudah mengetahuinya sejak awal, dia hanya tersenyum seraya mengelus kepala Jessie. Kemudian, Cahya bertanya sambil menatap Claire, "Kalian sudah menunggu lama, ya?"Claire tersenyum dan menjawab, "Kami juga baru sampai."Setelah duduk, Jessie naik ke tempat duduk di samping Claire. Hari ini, Jessie ingin menguasai ibunya. Dia akan mewakili kedua kakaknya untuk menghabiskan makanan mereka.Claire berucap, "Kata Jody, Tuan Cahya yang menjaga mereka berdua di lokasi syuting. Aku takut mereka merepotkan Tuan Cahya."Jessie merengut sambil berujar, "Kami nggak akan bikin Pama