Vila Blue Canyon, vila di kawasan elite.Claire memandang ke luar jendela. Di kedua sisi jalan ditanami sederetan pohon kapuk yang berbunga merah menambahkan sentuhan keindahan pada bangunan-bangunan di dalam kompleks.Kawasan elite di ibu kota ini dikelilingi oleh pegunungan dan dekat dengan tepi pantai. Lingkungan di sini terasa nyaman dan akses transportasi juga sangat efisien. Banyak pengusaha kaya bahkan selebriti dari dunia hiburan memilih untuk membeli rumah di kawasan ini.Claire terlihat agak kaget. “Javier, kenapa kamu bawa aku ke sini?”Javier tidak menjawab. Mobil perlahan berhenti di depan sebuah vila dengan luas 350 meter persegi. Terdapat banyak tanaman hijau di dalam taman. Selain itu, terdapat kolam yang sangat jernih dan juga jalan batu kerikil. Di ujung sana terdapat sebuah paviliun tempat untuk berteduh.Vila dua lantai berwarna krim dirancang dengan sederhana, tetapi memancarkan nuansa elegan dan mewah.Claire dan Javier berjalan menuruni mobil. Dia kembali menatap
Javier membalikkan kepalanya untuk melihat Claire dan dia pun tertegun.Saat ini Claire sedang mengenakan kemeja putihnya. Kemejanya kebetulan menutupi bagian pahanya. Rambut Claire digerai ke belakang. Lengan pakaian yang panjang menutupi semua tangannya. Bagian kerah sedikit terbuka. Penampilan Claire sekarang sungguh memesona.Apa kata Javier? Wanita ini memang adalah siluman penggoda! Tak disangka, tidak menyediakan pakaian untuk Claire adalah cobaan untuk dirinya sendiri!“Javier, sudah siap belum? Aku lapar.” Claire melipat lengan pakaiannya ke atas sambil berjalan ke depan meja makan, lalu menuangkan segelas air.Javier berdecak, lalu mengecilkan kompor. Setelah berjalan ke belakang Claire, Javier pun memasukkan Claire ke dalam pelukannya. “Lapar lagi?”Tangan Claire yang memegang gelas pun gemetar.Hingga suara keroncongan terdengar dari perut Claire, Javier pun tersenyum sambil mengusap kepalanya. “Aku hanya sedang bercanda. Makanannya sudah siap.”Javier menyuguhkan makan mal
“Berhubung Javier bersikeras ingin bersamamu, aku juga berharap kamu jangan tinggalkan Javier dalam kondisi apa pun.”Claire terdiam sejenak. Kenapa seolah-olah Paman Steven sedang menyerahkan sisa hidup putranya kepada dirinya?Kali ini, Claire pun tersenyum. “Paman tenang saja. Aku ….” Kemudian, Claire melihat Javier yang duduk dengan “patuh” di sana, lalu melanjutkan, “Nggak akan tinggalin dia.”Javier mengerutkan keningnya. Apa Ayah sedang mencemaskan hubungannya dengan Claire? Sepertinya Javier harus memperlakukan ayahnya dengan lebih baik lagi.Steven membalas dengan puas, “Bagus, bagus, kamu serahkan saja masalah kakek kalian kepadaku. Anak muda lewati hari kalian dengan bahagia saja. Aku percaya suatu hari nanti kakek kalian pasti akan menerimamu.”Setelah panggilan diakhiri, Claire mengembalikan ponsel kepada Javier.Javier menyipitkan matanya, lalu menarik Claire ke dalam pangkuannya. “Sudah dengar belum? Ayah berpesan untuk tidak boleh meninggalkanku.”Claire mengerutkan ken
Akhirnya Claire paham kenapa ketiga bocah cilik merasa ibu mereka sangat miskin! Jika dibandingkan dengan Javier, Claire memang tergolong miskin!Ponsel Javier berdering. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu melihat tampilan di atas layar. Itu adalah panggilan dari kakek.Javier langsung mengangkatnya, “Ada urusan apa?”Entah apa yang dikatakan kakek, raut wajah Javier malah berubah muram. Dia pun mendengus dingin. “Sekarang kamu malah ingin ikut campur dengan masalah orang sekitarku? Di mana Roger?”Terdengar suara Berwin dari ujung telepon. “Aku mengutus Roger untuk melakukan inspeksi di luar kota. Kenapa? Dengan kemampuan Rosy, apa mungkin dia tidak bisa menggantikan posisinya?”Ketika Claire mendengar ucapan itu, raut wajahnya juga berubah muram.Berwin memutasi Roger ke luar kota, lalu mengatur Rosy untuk menggantikan posisi Roger. Sepertinya Berwin ingin memberi kesempatan kepada Rosy. Wajar jika hati Claire terasa tidak nyaman.“Grup Angkasa bukanlah Hunter. Kamu tidak berhak untuk
Liliana duduk di sofa sambil menatap Claire. “Duduklah, kamu ingin bertanya mengenai masalah ibumu, ‘kan?”Setelah mendapat izin, Claire duduk di hadapannya. Dia memang ingin mengetahui masalah ibunya, jadi dia pun mengangguk.“Vina adalah adik kandungku. Wajahmu sungguh mirip sama dia.” Liliana pun tersenyum menyindir. Seandainya dia lebih dulu bertemu dengan Claire, dia mungkin tidak akan percaya dengan omongan Kayla. Dia bahkan mengira Claire memang adalah orang yang seperti dikatakan Kayla.Ketika kepikiran sesuatu, Liliana pun bertanya, “Apa ibumu tidak beri tahu kamu kenapa dia bisa pergi ke Negara Makronesia?”Claire menggeleng.Menyadari Claire tidak mengetahui apa-apa, Liliana pun merasa agak aneh. “Dia bahkan tidak beri tahu kamu. Jujur saja, kalau bukan karena gelang yang dipakai Kayla waktu itu, aku sungguh tidak percaya dia pernah tinggal di Negara Makronesia.”“Jadi, kamu juga nggak tahu?” Claire terbengong. Bahkan, Liliana juga tidak mengetahui alasan ibunya datang jauh-
"Claire, aku cuma bisa mengingatkanmu, hidupmu akan selalu dalam bahaya kalau kamu bersama Javier. Alasannya tak lain karena garis keturunan khusus Keluarga Fernando," ujar Liliana.....Candice duduk di ruang tamu sambil minum susu segar. Dia telah menunggu sekitar 20 menit tanpa tahu apa yang sedang Liliana bicarakan dengan Claire.Saat Candice sedang menyesap susunya, dia melihat bayangan seseorang mendekat. Begitu mendongak, senyumannya langsung luntur. Pria jangkung yang datang itu memandangnya dengan sinis dan berkata, "Ternyata kamu?"Saat melihat noda putih susu di bibir Candice, binar jijik melintas di mata sipit Louis. Tadinya, dia mengira ibunya kembali mengundang sembarang wanita ke rumah untuk diperkenalkan padanya. Louis benar-benar dibuat terkejut."Kamu pikir aku senang datang ke sini? Kalau bukan karena Claire, aku ...." Kata-kata Candice terhenti ketika dia mendengar suara langkah kaki turun. Begitu melihat sosok Claire, Candice langsung menaruh gelasnya dan berdiri.
Candice terdiam. Terlihat jelas bahwa masalah ini benar-benar membebani pikiran Claire. "Hm, aku juga nggak paham," ujar Candice.Claire menepuk bahu Candice sambil tersenyum aneh dan berkata, "Candice, kamu ini teman terdekatku. Nggak peduli bagaimana aku difitnah atau dijebak, kamu nggak pernah meninggalkanku. Kalau waktu itu kamu nggak membantuku, aku nggak tahu apa yang bakal terjadi padaku.""Kamu mabuk, ya?" tanya Candice dengan curiga."Apaan? Aku nggak mabuk, aku cuma merasa tersentuh." Claire merangkul bahu temannya itu seraya berkata, "Terkadang aku iri padamu. Kamu punya ayah yang melindungimu dengan baik sehingga kamu bisa tumbuh menjadi wanita yang polos. Selain itu, juga nggak ada yang mempersulitmu tanpa alasan. Bisa jadi nona yang hidup tenang dan dimanjakan sebenarnya cukup bagus."Setidaknya, Candice tidak perlu menghadapi berbagai masalah seperti Claire."Matamu yang mana yang melihat hidupku tenang? Kamu belum pernah melihat ayahku memukulku," gumam Candice dengan s
Riasan Rosy hari ini sangat elegan dan pakaiannya juga mewah."Apa Javier nggak memberitahumu?" ujar Rosy.Claire terdiam sejenak sebelum bertanya, "Beri tahu apa?""Aku asisten Javier sekarang. Javier nggak bilang padamu, ya?" ujar Rosy sambil menatap Claire.Claire mencibir dan bersedekap sambil berkata, "Rupanya hal ini. Aku pikir masalah besar apaan."Setelah menjadi asisten Javier, Rosy berniat untuk pamer padanya?"Jangan terlalu dipikirkan ya, Nona Claire. Bagaimanapun, ini diatur oleh kakek. Kakek ingin aku belajar sama Javier. Seharusnya Nona Claire nggak keberatan, 'kan?" ujar Rosy.Rosy sengaja mengungkit kakek Javier supaya Claire tahu bahwa pria tua itu lebih menyukai dirinya. Selama kakek Javier memihak dirinya, Claire mustahil bisa menjadi anggota Keluarga Fernando.Tanpa memikirkan maksud Rosy, Claire tersenyum cerah dan berkata, "Kenapa aku harus keberatan? Kamu cuma jadi asisten, 'kan? Hubungan kalian cuma atasan dan bawahan, jadi kamu nggak perlu lapor padaku."Ucapa