“Berhubung Javier bersikeras ingin bersamamu, aku juga berharap kamu jangan tinggalkan Javier dalam kondisi apa pun.”Claire terdiam sejenak. Kenapa seolah-olah Paman Steven sedang menyerahkan sisa hidup putranya kepada dirinya?Kali ini, Claire pun tersenyum. “Paman tenang saja. Aku ….” Kemudian, Claire melihat Javier yang duduk dengan “patuh” di sana, lalu melanjutkan, “Nggak akan tinggalin dia.”Javier mengerutkan keningnya. Apa Ayah sedang mencemaskan hubungannya dengan Claire? Sepertinya Javier harus memperlakukan ayahnya dengan lebih baik lagi.Steven membalas dengan puas, “Bagus, bagus, kamu serahkan saja masalah kakek kalian kepadaku. Anak muda lewati hari kalian dengan bahagia saja. Aku percaya suatu hari nanti kakek kalian pasti akan menerimamu.”Setelah panggilan diakhiri, Claire mengembalikan ponsel kepada Javier.Javier menyipitkan matanya, lalu menarik Claire ke dalam pangkuannya. “Sudah dengar belum? Ayah berpesan untuk tidak boleh meninggalkanku.”Claire mengerutkan ken
Akhirnya Claire paham kenapa ketiga bocah cilik merasa ibu mereka sangat miskin! Jika dibandingkan dengan Javier, Claire memang tergolong miskin!Ponsel Javier berdering. Dia mengeluarkan ponselnya, lalu melihat tampilan di atas layar. Itu adalah panggilan dari kakek.Javier langsung mengangkatnya, “Ada urusan apa?”Entah apa yang dikatakan kakek, raut wajah Javier malah berubah muram. Dia pun mendengus dingin. “Sekarang kamu malah ingin ikut campur dengan masalah orang sekitarku? Di mana Roger?”Terdengar suara Berwin dari ujung telepon. “Aku mengutus Roger untuk melakukan inspeksi di luar kota. Kenapa? Dengan kemampuan Rosy, apa mungkin dia tidak bisa menggantikan posisinya?”Ketika Claire mendengar ucapan itu, raut wajahnya juga berubah muram.Berwin memutasi Roger ke luar kota, lalu mengatur Rosy untuk menggantikan posisi Roger. Sepertinya Berwin ingin memberi kesempatan kepada Rosy. Wajar jika hati Claire terasa tidak nyaman.“Grup Angkasa bukanlah Hunter. Kamu tidak berhak untuk
Liliana duduk di sofa sambil menatap Claire. “Duduklah, kamu ingin bertanya mengenai masalah ibumu, ‘kan?”Setelah mendapat izin, Claire duduk di hadapannya. Dia memang ingin mengetahui masalah ibunya, jadi dia pun mengangguk.“Vina adalah adik kandungku. Wajahmu sungguh mirip sama dia.” Liliana pun tersenyum menyindir. Seandainya dia lebih dulu bertemu dengan Claire, dia mungkin tidak akan percaya dengan omongan Kayla. Dia bahkan mengira Claire memang adalah orang yang seperti dikatakan Kayla.Ketika kepikiran sesuatu, Liliana pun bertanya, “Apa ibumu tidak beri tahu kamu kenapa dia bisa pergi ke Negara Makronesia?”Claire menggeleng.Menyadari Claire tidak mengetahui apa-apa, Liliana pun merasa agak aneh. “Dia bahkan tidak beri tahu kamu. Jujur saja, kalau bukan karena gelang yang dipakai Kayla waktu itu, aku sungguh tidak percaya dia pernah tinggal di Negara Makronesia.”“Jadi, kamu juga nggak tahu?” Claire terbengong. Bahkan, Liliana juga tidak mengetahui alasan ibunya datang jauh-
"Claire, aku cuma bisa mengingatkanmu, hidupmu akan selalu dalam bahaya kalau kamu bersama Javier. Alasannya tak lain karena garis keturunan khusus Keluarga Fernando," ujar Liliana.....Candice duduk di ruang tamu sambil minum susu segar. Dia telah menunggu sekitar 20 menit tanpa tahu apa yang sedang Liliana bicarakan dengan Claire.Saat Candice sedang menyesap susunya, dia melihat bayangan seseorang mendekat. Begitu mendongak, senyumannya langsung luntur. Pria jangkung yang datang itu memandangnya dengan sinis dan berkata, "Ternyata kamu?"Saat melihat noda putih susu di bibir Candice, binar jijik melintas di mata sipit Louis. Tadinya, dia mengira ibunya kembali mengundang sembarang wanita ke rumah untuk diperkenalkan padanya. Louis benar-benar dibuat terkejut."Kamu pikir aku senang datang ke sini? Kalau bukan karena Claire, aku ...." Kata-kata Candice terhenti ketika dia mendengar suara langkah kaki turun. Begitu melihat sosok Claire, Candice langsung menaruh gelasnya dan berdiri.
Candice terdiam. Terlihat jelas bahwa masalah ini benar-benar membebani pikiran Claire. "Hm, aku juga nggak paham," ujar Candice.Claire menepuk bahu Candice sambil tersenyum aneh dan berkata, "Candice, kamu ini teman terdekatku. Nggak peduli bagaimana aku difitnah atau dijebak, kamu nggak pernah meninggalkanku. Kalau waktu itu kamu nggak membantuku, aku nggak tahu apa yang bakal terjadi padaku.""Kamu mabuk, ya?" tanya Candice dengan curiga."Apaan? Aku nggak mabuk, aku cuma merasa tersentuh." Claire merangkul bahu temannya itu seraya berkata, "Terkadang aku iri padamu. Kamu punya ayah yang melindungimu dengan baik sehingga kamu bisa tumbuh menjadi wanita yang polos. Selain itu, juga nggak ada yang mempersulitmu tanpa alasan. Bisa jadi nona yang hidup tenang dan dimanjakan sebenarnya cukup bagus."Setidaknya, Candice tidak perlu menghadapi berbagai masalah seperti Claire."Matamu yang mana yang melihat hidupku tenang? Kamu belum pernah melihat ayahku memukulku," gumam Candice dengan s
Riasan Rosy hari ini sangat elegan dan pakaiannya juga mewah."Apa Javier nggak memberitahumu?" ujar Rosy.Claire terdiam sejenak sebelum bertanya, "Beri tahu apa?""Aku asisten Javier sekarang. Javier nggak bilang padamu, ya?" ujar Rosy sambil menatap Claire.Claire mencibir dan bersedekap sambil berkata, "Rupanya hal ini. Aku pikir masalah besar apaan."Setelah menjadi asisten Javier, Rosy berniat untuk pamer padanya?"Jangan terlalu dipikirkan ya, Nona Claire. Bagaimanapun, ini diatur oleh kakek. Kakek ingin aku belajar sama Javier. Seharusnya Nona Claire nggak keberatan, 'kan?" ujar Rosy.Rosy sengaja mengungkit kakek Javier supaya Claire tahu bahwa pria tua itu lebih menyukai dirinya. Selama kakek Javier memihak dirinya, Claire mustahil bisa menjadi anggota Keluarga Fernando.Tanpa memikirkan maksud Rosy, Claire tersenyum cerah dan berkata, "Kenapa aku harus keberatan? Kamu cuma jadi asisten, 'kan? Hubungan kalian cuma atasan dan bawahan, jadi kamu nggak perlu lapor padaku."Ucapa
Kedua anak Claire itu sudah pandai memenangkan hati orang.Fendra mengangguk, lalu berkata, "Begitu, ya? Tapi, Cahya sudah banyak membantu kita lewat promosinya. Kita nggak bisa menerima kebaikannya tanpa membalas apa-apa.""Ya, aku mengerti." Claire menyilangkan tangannya dan tersenyum seraya berkata, "Waktu aku luang nanti, aku akan coba ajak Cahya makan."Orang biasa tidak akan berani berpikir untuk mengajak Cahya makan malam. Namun, Claire tidak bisa menerima bantuan Cahya begitu saja. Setelah memikirkannya sejenak, dia hanya bisa membalas budi pria itu dengan mengajaknya makan bersama.Bicara tentang balas budi, Claire jadi teringat dengan Hardy di kamp pelatihan. Claire jadi kesal sendiri. Entah mengapa dia jadi berutang budi pada Chaniago bersaudara.Siang itu, semua orang keluar untuk makan siang, kecuali Claire yang masih menggambar desain di ruangannya. Pikirannya yang tidak fokus membuat inspirasinya tiba-tiba menghilang. Setelah meremas kertas desainnya menjadi bola-bola ke
Javier menatap Claire dengan pandangan lembut. Hatinya terasa puas, "kucing liar kecilnya" sudah dijinakkan olehnya. Javier mengecup ujung jari Claire dan berkata dengan sorot mata yang berbahaya, "Kamu masih berani pergi ke bar lagi, nggak? Hm?""Nggak, aku nggak berani lagi!" jawab Claire dengan cepat."Benaran?" ujar Javier.Claire menarik tangannya sambil tersenyum jengkel, lalu berkata, "Iya, apa kita bisa makan sekarang?"Tok, tok. Terdengar suara ketukan di pintu kantor."Masuk," ujar Javier dengan nada dingin dan mata menyipit.Rosy membuka pintu dan masuk dengan membawa dokumen. Dia hendak mengatakan sesuatu, tetapi saat melihat Claire duduk di sebelah Javier dan hidangan makan siang lezat di atas meja, kilatan kebencian muncul di matanya."Ada apa?" tanya Javier. Sikapnya masih tetap sangat dingin pada Rosy.Rosy menekan kebencian di hatinya dan memaksakan senyuman sambil berkata, "Aku ingin menyampaikan kalau rapat untuk membahas proyek dengan Grup Makmur akan segera dimulai
Benn mengerti apa maksud ucapan Jerremy. Dia mengangkat gelas anggur, lalu menyesapnya dengan perlahan dan bertanya, “Apa kamu mencurigainya?”Jerremy tersenyum. “Dia menerima pukulan di saat mengetahui kabar penobatan. Apa mungkin aku tidak curiga?”Lidya telah mengetahui kabar kekuasaan jatuh ke tangan anggota Keluarga Tanzil. Apa mungkin dia akan merasa rela?Seorang wanita yang sudah kehilangan akal sehatnya bisa melakukan apa pun. Meskipun dia memiliki kesempatan untuk keluar dari penjara dan menerima pengobatan, apa dia benar-benar sedang fokus dalam pengobatannya atau dia sedang menyusun rencana selanjutnya? Siapa juga yang mengetahuinya?Benn menghela napas ringan. “Jerry, aturan di Negara Hyugana memang seperti itu. Seandainya narapidana mengidap penyakit mental, dia akan dibebaskan dari masa hukumannya untuk menerima pengobatan.”“Aku mengerti.” Tatapan Jerremy semakin serius. “Jadi, apa pun ceritanya, aku tidak boleh membiarkannya memiliki kesempatan itu.”Di sisi lain, di r
Dacia tersadar dari lamunannya, lalu menggeleng. “Nggak.”“Seandainya ada masalah, kamu mesti beri tahu Ayah. Jangan sampai mencemaskan Ayah.” Usai berbicara, tiba-tiba Daniel kepikiran sesuatu. “Ada panggilan dari penjara.”Gerakan tangan Dacia berhenti. Dia segera mengangkat kepalanya.Daniel berkata, “Katanya ibumu mengalami tekanan mental yang berat dan menunjukkan perilaku ekstrem di dalam penjara. Dua hari lagi, dia akan keluar dari penjara untuk menjalani pemeriksaan terkait masalah kejiwaannya ….”Tiba-tiba Daniel menghentikan omongannya. Dacia pun merasa syok. “Apa maksudmu?”Daniel menurunkan kelopak matanya. “Maksudnya, kalau benar ada masalah dengan kejiwaan ibunya, dia tidak akan dikurung di penjara lagi.”“Kejadian kapan?”Daniel membalas, “Kejadiannya saat upacara penobatan.”Kening Dacia berkerut. Lidya menerima pukulan di penjara karena Silvia menerima kekuasaan yang tidak diperolehnya, ‘kan?Hukum pidana di Negara Hyugana memang memiliki satu pasal yang menyatakan bah
Tiba-tiba Dacia kepikiran dengan Jerremy yang ngambek semalam. Sepertinya dia telah mendengar kabar itu. Itulah sebabnya dia bisa bersikap kesal.Pada saat ini, seorang wanita mendekat. “Dacia, kamu dicari Pak Diago.”Dacia pergi ke kantor profesor. Sepertinya Diago sudah membaca naskah yang dikirim Dacia semalam. “Metode menyusun kasus ini sangat sempurna. Apa semua ini idemu?”Dacia berterus terang. “Sebenarnya semua ini ide Kak Nordin. Dia yang memberiku inspirasi.”“Ternyata begitu. Pantas saja aku merasa tidak asing dengan metode penulisan ini. Hanya saja, ide ini memang bagus. Dacia, ada tugas yang ingin aku serahkan kepadamu.”Dacia bertanya, “Tugas apa?”“Usahakan untuk bisa mendapat kesempatan mewawancarai Sutradara Lance. Anggap saja sebagai skripsimu.” Usai berbicara, Diago menyerahkan data kepadanya.Dacia mengambil data tersebut. “Aku akan berusaha.”Saat Dacia hendak pergi, terdengar suara Diago lagi. “Persyaratannya, kamu tidak boleh minta bantuan apa pun dari Nordin. K
Jerremy berjalan ke sisi meja, lalu bersandar di sana sembari melipat kedua tangannya. “Kamu tidak makan?”Tanpa mengangkat kepalanya sama sekali, Dacia berkata, “Sekarang aku masih belum lapar juga.”“Apa kamu sudah makan di luar?”“Emm, tadi sempat makan sedikit sama Carly.”Sepertinya Dacia sedang fokus dalam naskahnya. Dia tidak menyadari raut wajah Jerremy. Jerremy juga tidak mengatakan apa pun, langsung membalikkan tubuhnya dan meninggalkan tempat.Malam harinya, akhirnya Dacia berhasil menyusun metode kejahatan dengan jelas. Saat melihat jam di ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dia berjalan menuruni tangga, lalu membuka kulkas. Dia menyadari bahkan tidak tersisa sedikit pun sayuran sisa makan malam di dalam kulkas.Dacia merasa lapar hingga kehabisan tenaga. Pada akhirnya, dia hanya memasak mie saja. Sebenarnya Jerremy masih belum tidur. Dia berdiri di lantai atas mengintip gerak-gerik di bawah sana, lalu kembali ke kamar.Setelah Dacia selesai makan, dia pun
“Nona Mimosa ….” Dacia merasa familier dengan nama itu. Di atap? Bunuh diri? Bukannya itu cerita di dalam naskahnya?Nordin masih mondar-mandir tepi pagar atap. “Apa kamu sudah ingat?”Dacia langsung tersenyum. “Tentu saja Nona Mimosa di dalam naskahku bukan bunuh diri. Dalam semua kasus detektif, biasanya korban hanya bisa mati karena pembunuhan.”“Jadi, apa kamu sudah memikirkan cara untuk memalsukan tempat kejadian perkara?”Dacia terdiam, lalu menundukkan matanya. Saat ini, alur naskah berhenti pada bagaimana kematian Mimosa tampak seperti bunuh diri dan bagaimana pelaku berhasil melarikan diri.Hanya saja, Dacia tidak menyangka bahwa Nordin tertarik dengan naskah seperti ini.Carly semakin bingung lagi. “Apa yang lagi kalian bahas? Naskah?”Nordin menatapnya.Dacia berbisik di samping Carly, “Aku akan jelaskan nanti.” Usai berbicara, Dacia berjalan ke sisi Nordin. “Apa kamu berdiri di atas atap untuk merasakan apa yang dialami korban?”“Bukan, pelaku.”Dacia tertegun sejenak. “Pe
Tahanan wanita lainnya juga merasa aneh. Mereka merasa Lidya sudah kehilangan kewarasannya saja.Beberapa tahanan menekan pundak Lidya. Lidya semakin tidak puas lagi dan melawan dengan semakin kuat. “Atas dasar apa kalian selalu mendapatkan keuntungan? Aku sudah mengorbankan putraku, tapi aku malah tidak mendapatkan apa pun! Silvia dan semua anggota Keluarga Tanzil! Aku kutuk kalian sial tujuh turunan!”Lidya dibawa pergi secara paksa.Para tahanan wanita di kantin mulai bergosip. Mereka semua merasa Lidya sudah kehilangan kewarasannya karena ditahan kelamaan.Pada saat ini, di akademi perfilman.Dengan dianugerahkan kehormatan kepada Daniel, itu berarti dia memiliki kedudukan di Negara Hyugana.Carly dan teman-teman lainnya sungguh gembira dengan apa yang diperoleh Dacia. “Eh, keluarga bangsawan, lho. Bukannya itu berarti Dacia akan menjadi anak bangsawan?”“Tentu saja. Kelak siapa juga yang berani menggosip Dacia dari belakang?”“Dacia, kamu jangan melupakan kami, ya.”Dacia tersenyu
Di depan meja rias, Chelsea sedang membantu Jessie untuk menyanggul rambutnya. Benn menerima undangan dari kerajaan. Chelsea sebagai pasangan Benn juga wajib menghadirinya. Apalagi acara ini adalah acara penobatan, siapa juga yang tidak ingin hadir. Acara penobatan ini bukan hanya acara penobatan pertama yang pernah dihadiri Chelsea, bahkan ini juga pertama kalinya Jessie menghadiri acara sesakral ini.“Selesai! Bagaimana hasil sanggulan Tante?” Chelsea mengambil cermin untuk becermin bagian belakang tubuh Jessie. Dari cermin yang dipegang Chelsea, Jessie bisa melihat rambutnya sendiri. Dia pun tersenyum. “Cantik sekali.”“Tentu saja.” Chelsea menurunkan cerminnya. “Aku cukup percaya diri dengan bakatku.”Setelah Jessie selesai merias wajah dan mengganti gaunnya, dia pun berjalan ke aula. Ketika di koridor, dia menghentikan salah seorang pelayan. “Di mana Jules?”Pelayan menunjukkan arah kepada Jessie dengan ramah.Jessie berjalan ke ruang istirahat Jules. Ketika melihat pintu tidak di
Setelah dipikir-pikir kembali, biasanya Jane selalu memamerkan betapa baik kekasihnya terhadapnya. Ternyata semua itu hanya demi memenuhi ego Jane saja.Terdengar suara sirene mobil polisi di luar sana. Polisi mencari kemari. Mereka berdua bergegas melepaskan ikatan Dacia, lalu menghancurkan kamera CCTV.Pada saat ini, tiba-tiba pintu kamar didobrak. Orang itu tidak lain adalah Jerremy.Ketika melihat Dacia masih berpakaian rapi dan tidak ada tanda-tanda untuk terluka, dia baru menghela napas lega.Kekasih Jane maju, lalu berkata dengan tersenyum, “Semua ini hanya salah paham. Kita tidak melakukan apa-apa terhadap istrimu ….”Belum sempat kekasih Jane menyelesaikan omongannya, wajahnya langsung ditinju. Dia spontan jatuh terpelanting ke belakang.Jerremy langsung memeluk Dacia, lalu menoleh untuk menunjuk si pria. “Alangkah bagusnya kalau semua itu hanya salah paham. Kalau tidak, kamu akan mati dengan mengenaskan.”Kebetulan pihak kepolisian juga datang. Entah apa yang dikatakan Jerrem
Dacia sedang bertaruh. Dia bertaruh apakah kekasih Jane dan dua pria ini bodoh atau tidak? Sesuai dugaan, kekasih Jane menatapnya. “Jangan-jangan kamu sengaja bawa dia ke vilaku? Kalau terjadi apa-apa, kamu akan jadikan aku sebagai kambing hitam?”Jane meminta dicarikan teman pria untuk menghadapi seorang wanita. Dia pun memperkenalkan kedua teman prianya kepada Jane. Hanya saja, saat mereka menculik Dacia kemari, dia mengira Dacia akan bungkam.Namun, siapa sangka identitas suami wanita ini tidaklah sederhana. Ditambah lagi dengan ucapan Dacia tadi, dia mesti berpikir dua kali. Bagaimanapun, dia tidak ingin masa depannya hancur hanya karena seorang wanita.“Bukan. Sayang, kamu dengar penjelasanku. Dia sengaja lagi takuti kamu. Dia nggak berani ….”“Kalau kamu bodoh, kamu jangan anggap semua orang itu juga sama bodohnya dengan kamu. Apa kamu merasa kekasihmu bersedia mempertaruhkan nasibnya demi kamu? Keuntungan apa yang bisa kamu datangkan untuk kekasihmu?”Usai berbicara, Dacia meli