Ariel melipat kedua lengannya di depan dada sembari mendengus dingin. “Kalau aku tidak mengancamnya, apa mungkin aku bisa memancing keluar dalang di balik permasalahan ini.”“Padahal dia baru saja berhasil naik pangkat, dia malah berani mengambinghitamkan kamar dagang milik Keluarga Oswaldo. Dia bahkan berani meminta Geng Markus dan Geng Arman. Kalau tidak ada orang yang merencanakan semua ini di belakang, mana mungkin Sams berani bertingkah seperti sekarang?”Seandainya Sams mencelakai Gamma demi merebut takhta dari tangan Sania, sekarang dia juga sudah menguasai kekuasaan di tangan Sania? Seandainya Sams memiliki ambisi sebesar ini, dia juga tidak perlu menjadi “anjing” yang menuruti perintah selama bertahun-tahun ini.Mana mungkin juga Sams bisa tiba-tiba kepikiran untuk merebut kekuasaan, apalagi berani membunuh majikannya? Jodhiva tersenyum. “Mungkin sebelumnya Sams pintar dalam menyembunyikan ambisinya.”Ariel menoel-noel dada Jodhiva dengan satu jarinya. “Meski seseorang punya
Jika bukan Ariel menggunakan alasan kematian Gamma untuk memaksa Sams pergi, mana mungkin Sams akan memberi Ariel kesempatan untuk menginterogasi tersangka?Sekarang, seharusnya Sams sedang berpikir bagaimana cara melenyapkan mata-matanya?“Jadi, sekuriti itu adalah mata-mata?”“Ceritanya kedengaran cukup kebetulan. Dua hari lalu, dia kalah banyak di kasino. Dia tidak sanggup membayar utang ratusan juta. Anggota Organisasi Imoana mencarinya, lalu memberinya uang untuk melunasi utangnya. Persyaratannya, dia disuruh untuk memindahkan jasad ke dalam kamar dagang di subuh hari. Kemudian, dia juga disuruh untuk menghapus sepenggal rekaman CCTV.”Jodhiva tersenyum. “Jelas sekali semua itu adalah jebakan.”Dessy juga mengangguk. “Iya, semua itu memang adalah jebakan. Aku sudah pernah memeriksa. Dua hari lalu, Sams memang sempat menampakkan diri di kasino. Sepertinya Sams telah mengincarnya, kemudian Sams menggunakan kesempatan itu untuk menyogok anggota kita.”Ariel berdiri, lalu melambaikan
Jessie membalikkan kepalanya, lalu berjalan ke sisi Tobias. “Kak Jody dan Tuan Muda Ariel sudah pergi dari pagi. Entah masalah sudah terselesaikan belum?”Tobias duduk di kursi goyang sembari menggoyang kipas. “Tenang saja, tidak ada yang tidak bisa diselesaikan oleh Ariel. Apalagi kakakmu bersama dengan Ariel, dia pasti akan baik-baik saja.”Jessie menarik bangku kecil, duduk di sampingnya. “Ariel memang hebat, tapi kamu juga nggak boleh nggak mencemaskan dia sama sekali. Dia itu anak perempuan. Meski dia hebat, dia juga butuh perhatian.”Tobias menatap Jessie dengan syok. Dia tidak bisa berkata-kata selama beberapa saat.Selama beberapa tahun ini, Tobias membesarkan Ariel dengan cara mendidik seorang anak laki-laki. Terkadang Tobias bahkan lupa jika Ariel sebenarnya adalah anak perempuan. Ariel tidak pernah mengecewakannya, semuanya sanggup dia tangani sendiri.Di mata Tobias, tidak ada yang tidak bisa ditangani oleh Ariel. Meskipun Ariel membuat masalah di luar sana, tanpa perlu ulu
Jessie mengedipkan matanya. “Taruhan apa?”Tobias menatap Jessie sembari berkata, “Kita taruhan siapa yang duluan jatuh cinta. Aku bertaruh kakakmu akan duluan jatuh cinta terhadap putriku. Barang siapa yang kalah, dia mesti memenuhi satu persyaratan pihak yang menang. Gimana menurutmu?”Tanpa ragu Jessie langsung menyetujuinya.Saat menjelang sore, Ariel mereservasi tempat di Restoran Sameton. Dia menyuruh pelayan untuk membuka botol anggur yang sudah lama disimpannya. Dia juga memesan pemain musik untuk memainkan alunan lagu di dalam ruangan.Ketika menyadari Jodhiva tidak menggerakkan peralatan makannya, Ariel pun mengangkat kelopak matanya. “Sudah capek seharian, apa Tuan Jody tidak lapar?”Jodhiva melihat anggur merah di dalam gelas. “Biasa saja.”Ariel juga menuangkan anggur merah ke dalam gelasnya. “Bagaimanapun, Tuan Muda Jody sudah membantuku hari ini. Biarkan aku traktir kamu makan.”Jodhiva mengangkat kepalanya dan tersenyum tipis. “Aku sudah disuruh-suruh seperti pesuruh ol
Jodhiva dapat merasakan tatapan Ariel. Dia mengangkat kelopak matanya. “Ada apa?”Ariel meletakkan sendok garpunya, lalu langsung bertanya, “Keuntungan apa yang kamu berikan kepada ayahku?”Jodhiva menyipitkan matanya. “Keuntungan?”“Kalau tidak, kenapa dia sangat menyukaimu, bahkan mengizinkanmu ikut campur dalam masalah Keluarga Oswaldo?”Jodhiva langsung tertawa. “Jadi, bagaimana dengan Jules?”Ariel tertegun sejenak. “Apa kalian berdua bisa disamakan? Hubungan Jules dan ayahku hanya sebatas keuntungan saja.”Ariel memang telah mengambil ceknya. Di satu sisi, mereka juga tergolong memiliki hubungan keuntungan. Namun, Tobias tidak mengizinkan Jules untuk ikut campur dalam masalah Keluarga Oswaldo. Jadi, mana mungkin Ariel tidak curiga Jodhiva telah menyogok ayahnya secara diam-diam?Jodhiva menyesap sup dengan perlahan. “Jangan-jangan aku memberi keuntungan Tuan Tobias agar bisa disuruh-suruh sama dia?”Ariel terdiam membisu. Sepertinya ucapan Jodhiva cukup masuk akal. Mungkin Ariel
Ariel tertegun sejenak. Dia menatap Jessie dengan saksama. “Apa kamu merasa dia masih hidup?”“Jasadnya saja masih belum ditemukan. Apa kamu nggak merasa semua itu sangat aneh?” Jessie menunduk. “Gamma itu ayahnya Sania. Nggak ada alasan baginya untuk nggak menyelidiki kasus kematian ayahnya, lalu langsung memastikan ayahnya telah meninggal.”Ariel mencerna ucapan Jessie. Tiba-tiba dia tersenyum. “Ucapanmu memang masuk akal.”Sams telah mencelakai Gamma. Itu berarti dia pasti memiliki cara untuk menyingkirkan rasa curiga di hati Sania. Sekarang Sams mengira Ariel telah memegang aib ini, dia pasti akan turun tangan.Ariel berdiri. “Sudahlah, cepat tidur sana. Besok aku bawa kamu keluar.”Jessie merasa kaget. Kemudian, dia pun tersenyum. “Aku merasa kalau aku keluar sama kamu, aku juga nggak akan bisa membantumu. Gimana kalau aku suruh Kak Jody untuk temani kamu ….”Ketika melihat tatapan penuh curiga Ariel, Jessie segera menjelaskan, “Maksudku dia lebih bisa membantumu.”Ariel membalas,
Kening Ariel spontan berkerut. Apa Sams tidak berencana melenyapkan sekuriti yang disogoknya itu? Apa dia memiliki tujuan lain?Pada saat ini, tiba-tiba Jodhiva menerima pesan masuk dari Izza. Ekspresinya kelihatan serius. “Celaka, Sams mengincar Jessie.”Ariel tertegun sejenak. “Apa?” Dia segera memerintah anak buahnya, “Sekarang utus anggota kita ke Geng Markus.”…Jessie sedang menaiki mobil menuju ke Geng Markus. Sebenarnya tujuan utama Jessie adalah untuk membiarkan Jodhiva berdua dengan Ariel. Keberadaan Jessie juga cukup mubazir. Dengan kekuatan Jodhiva, dia pun bisa membantu Ariel untuk menyelesaikan masalah. Jadi, tidak ada gunanya Jessie di sana.Tatapan Jessie tertuju pada luar jendela mobil. Dia menyadari sesuatu. Keningnya spontan berkerut. “Pak, sepertinya jalan ini salah?”Sopir tidak membalas sama sekali. Tiba-tiba dia memarkirkan mobil di samping jalan, lalu membuka kunci pintu mobil.Jessie bergegas menuruni mobil. Pada saat ini, muncul pria di sekeliling mengadang la
“Diberi tahu Jody.”“Kak Jody?” Jessie merasa kaget. Dia menengadah kepala menatap Jules. “Bukannya dia sedang bersama Ariel di kamar dagang?”Jules menurunkan kelopak mata menatap kedua mata indah Jessie. Telapak tangannya mengusap wajah Jessie yang sedikit memucat. Sepertinya dia syok dengan kejadian tadi. “Iya, tapi dia menerima kabar, Sams sedang menargetkanmu. Jadi, dia segera menghubungiku.”Jika Jules datang terlambat, sepertinya Jessie akan terluka.Jessie memegang punggung tangan Jules. Dia dapat merasakan sentuhan kasar di atas pipinya. “Sebenarnya aku juga bisa menghindar dari mereka.”Jules tersenyum tipis. “Tapi ketika melihatmu dalam bahaya. Aku pun kehilangan akal sehatku.”Jessie berbisik, “Apa kamu nggak takut ditusuk pisau itu?”Jules mengecup kening Jessie, lalu beralih mencium sudut matanya. “Bukannya ada Jessie yang menyelamatkanku? Jessie-ku semakin hebat saja.”Jessie mendorongnya. “Kamu lagi menyindirku?”Pada saat ini, Ericko membuka pintu mobil. Ketika melihat
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me