“Raffa dari Agensi Pencari Bakat lagi menyelidikiku. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menjual berita kepada awak media. Dia mengira dia bisa bangkit kembali nantinya. Tapi aku masih tidak bisa menampakkan diri.”Usai mendengar, Tommy langsung mengerti. “Kamu berharap aku bisa mengatasi masalah ini?”Jules mengangguk. “Kamu adalah bos Agensi Solar. Kamu memiliki kedudukan tinggi di perusahaan. Jadi, orang yang paling tepat untuk turun tangan itu kamu. Lagi pula ….”Jules terdiam beberapa detik. Jari tangannya mengetuk-ngetuk di samping jendela. “Kalau Raffa mengandalkan media untuk bangkit kembali, Agensi Solar pasti akan terpengaruh juga. Waktu itu, aku yang mengekspos hubungan dia dengan Kerin. Sekarang aku malah bekerja sama dengan Agensi Solar.”Tentu saja Tommy mengerti makna tersirat dari dalam ucapan Jules.Raffa memang selalu mencari masalah dengan Jessie. Masalah itu sebenarnya hanyalah masalah sepele. Namun, berhubung masalah itu sangat heboh, Raffa pun ditekan oleh
Kerin juga tidak mungkin baru meninggalkan Agensi Pencari Bakat setelah masa kontraknya berakhir. Jika menunggu Kerin aktif kembali, sepertinya tidak ada ruang lagi baginya di dunia hiburan.Kerin tidak memiliki latar belakang keluarga sehebat Jessie. Dia hanya bisa mengandalkan dirinya untuk memperoleh semua yang dia inginkan. Atas dasar apa dia mesti menerima semua perlakuan ini?“Oke, aku janji akan membantumu.”Raffa mengulurkan tangannya, lalu mengusap punggung tangan Kerin. “Aku sudah membantumu. Kerin, sudah seharusnya kamu membalasku, ‘kan?”Hingga saat seperti ini, Raffa masih saja ingin mengambil keuntungan dari dirinya. Meski Kerin merasa emosi, dia hanya bisa menahan amarahnya saja. Sebab, Kerin masih membutuhkannya.…Samuel menyerahkan naskah program acara TV kepada Jessie. Jessie membacanya dan dia pun terbengong. “Ini ….”Samuel berkata, “Pak Tommy berharap kamu mengikuti program acara TV ini. Sekarang para awak media sedang menebak-nebak identitas pasanganmu. Daripada
Baru saja Dacia hendak mengatakan sesuatu, ponselnya malah berdering.Dacia mengeluarkan ponselnya, lalu tampak nama “Jerremy” di atas layar.Jessie mengintip, kemudian berkata dengan tersenyum, “Panjang umur juga Kak Jerry.”Dacia berjalan keluar untuk mengangkat telepon. Jessie tahu seharusnya Dacia merasa malu untuk berbicara di hadapannya. Dia juga tidak mengganggu Dacia. Saat membalikkan tubuhnya, dia tidak sengaja menjatuhkan tas di atas meja.Jessie memungut tas dari lantai. Ketika Jessie tidak sengaja menemukan sekotak pil KB, dia sungguh terkejut.Selesai mengangkat telepon, Dacia kembali ke ruangan. Dia menyadari Jessie sedang membaca naskah di depan meja. Dacia juga tidak mengganggunya.Jessie menyadari Dacia sedang sibuk di depan laptopnya. Dia pun kepikiran dengan kotak obat tadi. Sebenarnya Jessie ingin bertanya, tetapi dia tidak berani untuk menanyakannya.Mungkin Dacia dan Jerremy masih muda, mereka masih tidak menginginkan anak. Hanya saja, Jessie sungguh tidak menyang
Jules tertegun sejenak. Keningnya spontan berkerut. “Dia lagi minum obat?”Jessie menunduk. “Seharusnya Kak Jerry dan Dacia masih belum ingin punya anak, makanya Dacia minum obat itu.”Jules menatapnya. Dasar bodoh! Ternyata Jessie masih cukup lugu dalam hal itu. Jika bukan karena kondisi sekarang tidak memungkinkan, sepertinya dia akan menjelaskan lebih detail kepada Jessie.Jadi, Jules hanya menepis hidungnya. “Dasar bodoh, minum obat sangat tidak bagus bagi kesehatan. Obat itu juga akan berdampak terhadap kandungan wanita. Kalau kakakmu peduli dengan Dacia, dia pasti tidak akan mengizinkan Dacia minum obat.”Jessie terbengong sejenak. “Jangan-jangan … Kak Jerry nggak tahu Dacia lagi minum obat?”Jules mengangguk. “Seharusnya begitu.”Pada larut malam, Jules sedang berdiri di depan jendela sembari memandang halaman gelap dan hening di luar sana. Tatapannya seketika beralih ke pesan masuk di layar ponselnya.[ Maaf, Tuan Jules. Sampai saat ini, kami masih belum menemukan jasad Tom. ]
Jessie malah tertawa. Dia langsung memperlihatkan hasil rekamannya ke hadapan Jessie. “Entah bagaimana reaksi Kak Raffa setelah melihat rekaman ini?”Raut wajah Kerin langsung berubah. Dia melangkah maju hendak merampas ponsel. Namun, Jessie malah melangkah mundur, lalu menyembunyikan ponsel di belakang punggungnya.Kerin yang tidak berhasil mengambilnya, langsung menjerit, “Jessie, kenapa kamu memperlakukanku seperti ini? Aku sudah minta ampun sama kamu. Kenapa kamu malah nggak bersedia untuk lepasin aku?”Jessie menyimpan ponselnya, lalu menatapnya. “Apa kamu memelas dengan tulus? Kamu hanya merasa nggak berdaya karena dipergoki, makanya kamu memelas sama aku, ‘kan?”Kedua mata Kerin merona. “Apa bedanya? Jessie, aku sudah dibekukan. Apa lagi yang ingin kamu lakukan?”“Iya, padahal kamu sudah dibekukan, kamu malah masih nggak jera.” Jessie tersenyum. “Jadi, kenapa aku mesti memenuhi kemauanmu?”Jessie berjalan ke depan meja kerja, lalu menghubungi resepsionis. Wajah Kerin semakin puc
Dacia mendorongnya, lalu berkata dengan ketus, “Aku juga nggak berharap dibikinin sarapan sama kamu.”Jerremy menatap Dacia berjalan pergi. Tatapannya kemudian tertuju pada laci itu.Saat Dacia turun ke lantai bawah, dia menyadari sarapan sudah dihidangkan di atas meja. Jujur saja, dia sungguh merasa kaget. Dia tidak menyangka Jerremy akan mempersiapkan sarapan untuknya. Dia lebih tidak menyangka Jerremy akan turun tangan sendiri untuk memasak semua ini.Sepertinya selain mulutnya, tidak ada lagi kekurangan dari diri Jerremy.Jerremy menuruni tangga dengan perlahan sembari menatap wanita yang sedang menyantap sarapan. Raut wajahnya kelihatan agak rumit.Ternyata Dacia mengonsumsi obat bukan karena sedang sakit, melainkan karena tidak ingin mengandung. Jerremy memang masih tidak kepikiran soal anak, tetapi jika dia memiliki anak, dia juga bisa menerimanya. Kenapa Dacia menolak untuk mengandung?Dacia menyadari Jerremy berdiri di tempat dengan ekspresi wajah aneh. Dia tertegun sejenak, l
Syuting program acara TV dimulai. Jessie duduk di atas pentas menjawab pertanyaan yang diberikan pembawa acara. Dia menjawab dengan sangat lancar.Sesuai dugaan, pembawa acara akan menanyakan masalah pasangan Jessie. Jessie pun membalas dengan tersenyum, “Aku dan dia sudah kenal sejak kecil.”Pembawa acara terkejut. “Kalian teman dari kecil?”Jessie menjawab, “Iya, tapi kamu sempat berpisah dalam waktu yang sangat panjang.”Pembawa acara kembali bertanya, “Apa kalian bisa menikah karena diatur oleh keluarga atau memang karena perasaan?”Jessie pun tersenyum. “Kami bukan pernikahan bisnis. Semua murni karena kami punya perasaan.”“Kalau kalian sudah mendaftarkan pernikahan kalian, kenapa kamu masih tidak memilih untuk memublikasikannya? Apa kalian khawatir akan berdampak terhadap privasi kalian?” tanya pembawa acara.Jessie bercanda. “Karena suamiku terlalu unggul. Aku nggak berharap identitasnya terekspos. Gimana kalau sainganku bertambah? Aku tetap berharap semuanya jangan memperhatik
Edwin mengatakan semuanya dengan jujur. Hanya saja, setelah menjawab, dia merasa ada yang aneh dengan raut wajah Jerremy. Dia pun bertanya, “Tuan, jangan-jangan cowok yang kamu maksud kamu sendiri ….”“Orang lain,” sela Jerremy.Edwin mengiakan. “Kalau begitu, aku keluar dulu.” Tanpa menunggu balasan dari Jerremy, Edwin yang sadar diri itu langsung meninggalkan ruangan.Jerremy bersandar di bangku sembari merenung.Apa Dacia juga berpikir seperti ini? Apa dia takut Jerremy tidak akan mengakui anak mereka? Itulah sebabnya Dacia minum pil KB?Sepertinya memang tidak seharusnya Jerremy menyalahkan Dacia. Semua itu memang adalah masalah Jerremy.Jerremy tidak menggunakan alat kontrasepsi, tidak mempertimbangkan masa depan Dacia. Seharusnya Dacia merasa Jerremy adalah pria tidak bertanggung jawab?Saat Edwin kembali ke ruangannya, dia menyadari ada yang sedang menunggunya.Edwin tertegun sejenak. “Nona Yunita?”Yunita berdiri dengan perlahan. “Edwin.”Edwin berjalan ke depan meja, lalu dudu