“Aku kira kamu kenapa, soalnya raut wajahmu kelihatan sangat nggak bagus.”“Ahh … begitu, ya?” Dacia spontan mengusap wajahnya. Tiba-tiba dia tertegun. Raut wajahnya tidak bagus? Jangan-jangan Dacia keberatan dengan berita yang beredar ini? Apa Dacia sedang bercanda?Jessie mengulurkan tangan untuk mengusap kening Dacia. “Apa kamu nggak enak badan?”Dacia merasa tidak berdaya. Dia mengesampingkan tangan Jessie. “Bukan, mungkin tidurku nggak lelap semalam. “Oh, ya, Kak Jerry-mu lagi mau beli vila, ya? Sepertinya dia sedang mempersiapkan pernikahannya?”“Aku sudah telepon dia tadi.” Jessie melipat kedua lengan di depan dada. “Mengagetkanku saja! Aku juga kirain dia bakal menikah.” Usai berbicara, Jessie bergumam, “Betul juga, sepertinya pria yang bermulut silet seperti kakakku memang ditakdirkan nggak bakal punya istri.”Ujung bibir Dacia berkedut. Kemudian, dia berkata, “Bukannya hubungan kakakmu dengan Nona Yunita cukup bagus? Bisa jadi dia akan jadi calon kakak iparmu?”“Yunita?” Jess
Dacia melewati sisi Jerremy. Jerremy malah mencengkeram lengan Dacia, lalu merengkuh Dacia ke dalam dekapannya. Saat ini, Dacia tak berhenti meronta. “Kamu mau ngapain lagi?”Jerremy menutup mulut Dacia, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu pergi gosok gigi dulu, sebelum bicara sama aku.”Dacia terdiam membisu. Dia menepis tangan Jerremy, lalu berjalan ke dalam kamar mandi.Jerremy menekan-nekan keningnya. Jangan-jangan wanita ini mengira Jerremy merasa Jessie bisa mengadu karena disuruhnya? Entah apa yang ada di benak wanita ini?Dacia pergi menggosok gigi, lalu berjalan keluar kamar mandi. Saat ini, Jerremy sedang berdiri di depan jendela sembari menelepon. Jerremy dapat melihat pantulan bayangan Dacia dari dalam kaca. Dia mengakhiri panggilan, lalu membalikkan tubuhnya untuk melihat Dacia. “Sekarang sudah bisa bicara, ‘kan?”Dacia merasa syok. “Apa yang ingin kamu bicarakan?”Jerremy berjalan ke sisinya. Dacia spontan melangkah mundur hingga punggungnya menempel ke sisi dinding. “Bica
Dua hari kemudian, di vila.Javier yang telah kembali dari dinas di Area Andes sudah membaca berita itu. Dia membuang majalah ke atas meja, lalu melihat Jerremy dan Jules yang duduk di hadapannya. “Ini semua ulah kalian?”Jerremy melirik Jules sekilas. “Ulahnya.”Jules hanya tersenyum dan tidak berbicara.Javier menyandarkan tubuhnya, lalu menyilangkan kakinya. “Masalah kalian berebut sebuah vila bahkan diterbitkan di majalah! Sekarang demi masalah kalian, Vila Amara jadi semakin laris saja. Kalian memang telah membantu bisnis orang lain.”Sekarang Vila Amara laris manis. Dengan adanya berita perebutan Jerremy dengan seorang bos misterius, mereka bahkan tidak perlu membayar biaya iklan untuk mempromosikan vila mereka lagi.Jules mengangkat gelas tehnya. “Paman jangan marah lagi. Kalau Vila Amara berani memanfaatkan berita itu untuk menaikkan harga jual, dengan kemampuan Keluarga Fernando, sepertinya tidak sulit untuk membelinya.”Javier menatapnya. “Jadi, kenapa kamu tidak membelinya?”
Jules menunduk, lalu merapikan lengan kemejanya. “Jangan-jangan Tuan Jerry akan mengakui Dacia?”Tatapan Jerremy seketika menjadi dingin. “Apa maksudmu?”“Maksudku? Seharusnya kamu mengerti.” Jules mengangkat kepalanya. “Hubungan tidak jelas dan jarak di antara kalian adalah hambatan baginya. Dia tidak berani, kamu juga tidak bersedia. Alangkah baiknya kalian bisa segera mengakhiri hubungan itu.”Jules melintasi sisi Jerremy, berjalan ke depan mobil. Derrick segera membukakan pintu mobil untuknya.Tiba-tiba terdengar suara Jerremy dari belakang. “Kamu kira kamu sangat memahami masalahku dengannya?”Tiga tahun lalu, jelas-jelas Dacia yang memblokir nomor teleponnya, menghindarinya, lalu melarikan diri. Jerremy tidak pernah dipermainkan seperti ini. Jelas-jelas Dacia yang tidak bersedia.Jules menghentikan langkahnya di depan mobil. Tanpa menoleh, dia membalas, “Aku tidak memahami masalah kalian, tapi aku lebih memahaminya daripada kamu.”“Seandainya kamu bersedia untuk menjelaskan, apa
Jules mengiakan. “Sekarang.”“Tapi mendaftarkan pernikahan butuh kartu keluarga ….”Jules mengeluarkan kartu keluarga Jessie. Kali ini, Jessie sungguh merasa kaget. “Gimana kamu bisa mendapatkannya?”Jessie tersenyum tipis. “Tentu saja diberikan oleh ayah mertuaku.”Tadi Jules dan Jerremy pergi ke vila. Mereka memang sempat membahas masalah Vila Amara, tetapi ketika Javier berdua dengan Jules, Javier malah meminta sikapnya terhadap Jessie. Jadi, Jules sekalian meminta kartu keluarganya?Jessie sungguh tidak menyangka ayahnya akan memberikan kartu keluarga kepada Jules. Dia kepikiran sesuatu, lalu memalingkan kepalanya. “Kamu saja masih belum resmi melamarku.”Jules berkata dengan tenang, “Kita daftarkan pernikahan kita dulu, baru aku akan melamarmu. Semuanya sudah diatur dengan baik.”Kali ini, Jessie pun merasa gugup. Ketika hari yang ditunggu-tunggu Jessie sudah datang, Jessie merasa sangat gugup.Tiba-tiba Jules mendekat, lalu mengecup bibirnya. “Kita menikah tidak?”Jessie yang dic
Setelah Dacia pergi, Jerremy bahkan tidak melanjutkan makannya lagi, lalu meninggalkan Yunita dengan alasan ada urusan lain. Ternyata semua itu bohong? Ternyata Dacia dan Jerremy sudah memiliki hubungan sejak awal!Dacia juga tidak menyangka akan dipergoki oleh Jessie. Dia juga tidak tahu bagaimana menjelaskannya. “Jessie, maaf. Sebenarnya kami ….”“Sebentar.” Jessie mengangkat tangan untuk memotong. Dia menarik napas dalam-dalam. “Biar aku cerna dulu. Maksudnya, kalian sudah jadian sejak awal?”Dacia menunduk. “Kami nggak jadian.”Jerremy memalingkan kepala menatap Dacia dengan wajah serius. Beberapa saat kemudian, dia baru berkata, “Dacia, apa kamu masih tidak ingin mengaku di hadapan Jessie?”Dacia terdiam dan menggigit bibirnya.Jerremy tersenyum sinis. “Sepertinya aku juga tidak perlu jelaskan apa-apa sama kamu.” Usai berbicara, Jerremy langsung berjalan pergi.Jessie masih tertegun di tempat. Dia menatap kepergian abangnya, lalu mengalihkan tatapannya ke sisi Dacia yang berdiri d
Kotak itu adalah kotak cincin.Jessie spontan menggenggam cincin yang dipasang di kalung lehernya. “Bukannya sudah ada cincin?”Jules menghentikan langkahnya di belakang Jessie. “Beda.” Jules tersenyum. “Cincin pada tiga tahun lalu itu hanyalah cincin pasangan kita, tidak resmi.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Kenapa malah dibeda-bedain?”Jules berjalan maju untuk membuka ikatan yang melilit kotak cincin itu. Kemudian, dia berjalan ke sisi Jessie.Jessie spontan merasa gugup ketika melihat Jules.Pada saat ini, Jules setengah berjongkok di hadapan Jessie, lalu membuka kotak cincin. Di dalamnya terdapat sebuah cincin berlian safir biru dengan ukiran nama Jules di bagian badan cincin.“Nona Jessie, apa kamu bersedia bersamaku untuk selamanya? Setelah kamu menerima cincinku, kelak kamu tidak bisa bercerai lagi.”Jessie tertawa, lalu menunduk. Matanya tampak memerah. “Apa ada orang yang lamaran seperti ini?”“Apa kamu bersedia?”Jessie mengulurkan tangannya. “Apa Tuan Jules bersedia ban
Jessie terkejut langsung memasukkan tubuhnya ke dalam air. Dia menahan napas hingga wajahnya merona. “Sebentar lagi … selesai.”Jules tersenyum tidak berdaya. “Aku datang untuk beri tahu kamu jangan berendam terlalu lama. Nanti kamu malah pusing.”Usai berbicara, Jules meletakkan pakaian. “Aku taruh baju tidurmu di depan pintu.”Jessie hanya mengiakan.Setelah bayangan tubuh itu pergi, Jessie baru keluar dari bathtub, lalu membungkus tubuhnya dengan handuk.Begitu pintu kamar mandi dibuka, terlihat baju tidur yang dilipat rapi di depan pintu.Jessie mengenakan baju tidur itu, lalu berjalan keluar kamar mandi. Rambutnya masih dalam keadaan basah. Jessie mencondongkan kepalanya melihat ke dalam kamar. Tampak Jules menyilangkan kedua kakinya duduk di atas sofa sembari membaca dengan menopang kening dengan satu tangannya.Saat ini, Jules sedang mengenakan jubah tidur berwarna hitam. Bagian kerah sedikit terbuka. Dia kelihatan sedang bermalas-malasan.Lampu lantai berwarna kuning hangat ber
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me