Jessie membenamkan kepalanya di dada Jules, lalu berkata sambil menggenggam erat pakaiannya, “Kamu nggak boleh ingkar janji, juga nggak boleh suka sama cewek lain, ya.”Jules pun tersenyum dan menjawab, “Selain kamu, siapa lagi yang bisa buat aku jatuh cinta? Aku akan tepati janjiku padamu.”Tatapan Jules terlihat makin kelam. Saat ini, dia belum bisa memberikan masa depan yang stabil untuk Jessie karena masih belum menangani Tom yang sulit dihadapi itu. Daripada membiarkan Jessie berada di sisinya, lebih baik dia terlebih dahulu mengatasi semua masalah dan mengokohkan Grup Tanzil. Setelah itu, dia akan kembali untuk mencari Jessie tanpa semua beban ini.Seminggu kemudian, di Vila Bagya.Setelah menyerahkan formulir permintaan lulus kuliah ke universitas, Jessie hanya tinggal di rumah untuk mempersiapkan CV yang akan dikirimnya ke agensi.Jodhiva membuatkan segelas kopi dan mengantarkannya ke ruang baca untuk Jessie. Dia melirik layar komputer dan berkata, “Bagaimana kalau kamu kembali
Jules yang sedang membaca koran mendongak, lalu menjawab, “Dia nggak akan bisa direbut orang lain.”Setelah mendengar jawaban Jules, Silvia merasa sangat tidak berdaya. Dia tiba-tiba berharap alangkah baiknya Jessie bukanlah putri Keluarga Fernando. Dengan begitu, Jules bisa langsung menikahinya tanpa repot. Namun, dia juga mengerti bahwa status Jessie sangat istimewa. Meskipun putranya ingin menikahi Jessie, Javier juga belum tentu setuju menikahkan putrinya kepada Jules.Hengky sedang menyeduh teh. Setelah Silvia naik ke lantai atas, dia menatap putranya dan bertanya, “Jules, kalau kamu memang suka sama Jessie dan dia juga suka sama kamu, bukannya kamu bisa menyuruhnya untuk tinggal bersamamu?”Jules meletakkan koran yang dipegangnya, lalu menjawab dengan tenang, “Aku nggak bisa jamin keselamatannya selama di sisiku. Kali ini, situasinya sangat berbeda dengan masalah Hillary.”Sebab, Jules tidak takut pada Hillary.Hengky adalah orang yang sangat cerdas. Dia tentu saja menyadari makn
Dacia pun terdiam. Baru saja dia membicarakan tentang Jerremy, Jerremy malah tiba-tiba muncul. Dia pun menarik kembali tangannya, lalu mengelus permukaan jam tangan sambil menoleh ke arah Jerremy dan bertanya, “Adikmu sudah lulus, tapi kamu masih belum lulus?”“Itu urusanku.” Setelah melirik jam tangan yang dikenakan Dacia, Jerremy pun berkata, “Jam tangan itu cocok juga sama kamu.”Dacia pun terkejut setelah mendengar respons itu. Dulu, bukannya Jerremy selalu mengejeknya jika dia menerima hadiah dari Jessie?Jessie tersenyum, lalu berkata sambil bertopang dagu, “Tentu saja cocok. Kan aku yang memilihnya.”Jerremy menarik sebuah kursi, dan duduk di atasnya sebelum bertanya, “Kapan kamu pulang?”“Beberapa hari lagi,” jawab Jessie. Setelah itu, dia melanjutkan, “Setelah aku pulang, kamu nggak boleh diam-diam tindas Dacia, ya!”Jerremy menatap Dacia sambil tersenyum, lalu menjawab, “Begitu tanya dia, kamu akan tahu aku menindasnya atau nggak.”Namun, ucapan Jerremy menyiratkan bahwa Daci
Jerremy berjalan ke arah 2 pramuniaga itu, lalu mengetuk meja konter dan berkata, “Bungkuskan barang yang dilihat gadis itu tadi.”Setelah mendengar ucapan Jerremy, kedua pramuniaga itu pun terlihat malu.Dacia menunggu di luar hampir setengah jam dan tidak berhenti melirik jam tangannya. Kakinya sudah pegal karena berdiri terlalu lama. Tahu begitu, lebih baik tadi dia menunggu di mobil.Tiba-tiba, Jerremy menyerahkan 2 kantong belanjaan kepada Dacia dan berkata, “Pegang.”Dacia meliriknya, lalu menerimanya dengan kesal dan bertanya, “Tuan Muda Jerry, apa kita sudah boleh pulang?”Jerry menatapnya dan menjawab, “Apa nggak ada yang mau kamu beli?”Dacia menjawab, “Nggak ada.”Jerremy pun tertawa, lalu berkata, “Kalau nggak punya uang, aku pinjamin deh.”Dacia juga tertawa, lalu bertanya balik, “Apa kamu rasa aku sangat kekurangan uang?”Jerremy mengiakan dan menjawab dengan acuh tak acuh, “Kelihatannya begitu.”Dacia pun berkata tanpa ragu, “Kalau begitu, pinjamkan saja beberapa miliar
Selama ini, Jessie dan Jules sangat jarang makan berdua. Biasanya, mereka selalu ditemani oleh orang lain. Begitu memikirkan hal ini, Jessie pun menyadari bahwa dia dan Jules tidak pernah merasakan kencan yang sebenarnya.Saat Jessie sedang termenung, sesuatu yang lembut menyentuh ujung jarinya dan membuatnya tersadar kembali. Jules memakan udang itu, lalu menggigit ujung jarinya dengan pelan. Dia langsung merasa bagaikan tersengat listrik dan tanpa sadar memandang ke sekeliling.Melihat telinga Jessie yang memerah, Jules pun tersenyum makin lebar. Dibandingkan dengan Jessie yang terlihat agak gugup, dia terkesan tenang dan santai. Kemudian, dia bertanya, “Apa kamu sudah dapat agensi?”“Sudah, aku melamar ke agensi baru bernama Agensi Solar,” jawab Jessie sambil mengangguk. Kemudian, dia tiba-tiba teringat sesuatu dan menggigit garpunya dengan ragu untuk sesaat sebelum bertanya, “Kak Jules, kalau aku dapat film dengan adegan romantis, apa kamu akan marah?”Jules terdiam sesaat, lalu me
Paparazi yang bersembunyi di kegelapan juga mengambil foto-foto Jessie.Kemudian, beberapa mobil itu melaju menuju vila Javier dengan santai. Sementara itu, Jessie duduk di dalam mobil sambil memandang ke luar jendela. Setelah tinggal di luar negeri selama beberapa tahun, dia mau tak mau merasa agak asing dengan ibu kota. Kemudian, Jessie menggenggam cincin yang tergantung di lehernya dan tenggelam dalam pikirannya. Saat Jules datang mencarinya nanti, dia juga pasti sudah berubah. Setidaknya, dia bukan lagi Jessie yang hanya harus selalu dilindungi Jules, melainkan Jessie yang bisa berdiri berdampingan dengan Jules....Di vila Javier.Saat ini, Steven, Javier, dan Claire sedang duduk menunggu di ruang tamu. Tidak lama kemudian, sebuah sosok yang familier berlari masuk sambil berseru, “Ibu, Ayah, Kakek!”Steven pun tersenyum gembira dan melambaikan tangannya sambil berkata, “Jessie sudah pulang, ya. Cepat kemari!”Jessie pun berlari ke hadapan Steven. Setelah mengamatinya sesaat, Stev
Setelah mendengar ucapan ibunya, Jessie pun menggigit bibirnya dan matanya juga berkaca-kaca.Claire menyeka air matanya, lalu lanjut berkata, “Jessie, ayahmu bukan nggak akui kemampuan Jules. Justru karena menaruh harapan, dia baru kasih Jules kesempatan untuk menunjukkan kemampuannya.”Jessie tersenyum dan menjawab, “Aku ngerti, Bu.”“Kamu pasti sudah capek, ‘kan? Istirahat yang baik, ya. Ibu nggak ganggu kamu lagi,” ujar Claire. Kemudian, dia pun meninggalkan kamar Jessie. Baru saja dia menutup pintu dan berbalik, dia langsung melihat Javier yang sedang berdiri bersandar di dinding.Claire berjalan mendekatinya dan berkata, “Kamu curi dengar percakapan kami?”Javier memalingkan wajah dan menjawab dengan agak kesal, “Begitu Jessie pulang, kamu langsung mengabaikanku.”Claire pun tertawa, lalu menarik dasinya dan bertanya, “Siapa yang abaikan kamu?”Javier menjawab, “Kamu.”“Javier, kamu makin menjadi-jadi saja! Apa kamu mau dihukum?” tanya Claire sambil menempelkan tubuhnya ke tubuh
Tidak peduli bergabung dengan agensi mana pun, seorang artis yang unggul akan hidup enak selama dia memiliki karya dan populer. Bagaimanapun juga, transaksi selalu dilakukan atas dasar keuntungan.Saat hendak menandatangani kontrak itu, Jessie tiba-tiba teringat sesuatu dan bertanya, “Apa aku boleh ajukan 1 syarat?”Tommy tertegun sejenak, lalu mengangguk dan menjawab, “Boleh saja asalkan syarat itu masuk akal.”Jessie pun menjawab tanpa ragu, “Kelak, aku mau pilih sendiri naskah yang ditawarkan padaku.”Tommy mengira Jessie akan mengajukan syarat yang sulit dipenuhi. Tak disangka, itu hanyalah masalah pemilihan naskah. Dia pun menyetujuinya tanpa ragu.Siang ini, sekretaris Tommy membawa Jessie pergi menemui manajernya. Saat berjalan melewati koridor, Jessie pun melihat ke sekeliling. Di dalam lemari kaca, terdapat banyak poster film dan foto grup karyawan perusahaan.Jessie bertanya siapa nama sekretaris itu dan sekretaris itu menjawab, “Namaku Effendi.”Berhubung merasa penasaran, J