Jessie berjalan ke sisi pantai sembari mengamati sekeliling. Dalam sekilas mata, dia dapat menemukan sosok Dacia.Dacia sedang bermain papan selancar di atas terjangan ombak. Gerakannya kelihatan sangat lincah. Lantaran terlalu hebat, para pria yang sedang berselancar juga mengajaknya untuk mengobrol. Dia benar-benar tidak kelihatan seperti seorang pemula.Jessie pun terkejut ketika melihatnya. Dia sungguh tidak tahu bahwa Dacia mahir dalam berselancar. Keren sekali!Ombak besar kembali menerjang. Beberapa pria yang sedang memandangi Dacia pun terseret arus.Tiba-tiba, sebuah sosok muncul dari balik ombak. Orang itu mengenakan busana selancar dan juga kacamata selam. Dia berhasil menghindari ombak yang menerjang dengan sempurna.Dacia memandang ke arah orang itu. Dia merasa agak familier dengan sosok itu. Baru saja Dacia melamun sejenak, dia malah diseret oleh arus ombak.“Dacia!” teriak Jessie dengan kaget.Dacia tidak sempat menghindar, alhasil dia pun terseret ke dalam ombak. Dacia
Jules mengusap kepala Jessie. “Itu masalah mereka. Kita cukup menyaksikan pertunjukan saja.”Jessie membalas dengan suara kecil, “Tumben nggak ikut campur?”Jules pun tertawa. Dacia dan Jerremy benar-benar pergi berselancar. Pertandingan kedua orang akan berlangsung sangat lama. Siapa yang tidak terseret ombak, dialah pemenangnya.Awal mula pertandingan, kedua orang berhasil menghindari ombak dengan teknik berselancar masing-masing. Para penonton semakin banyak saja. Saat ini, hanya ada Dacia dan Jerremy saja yang sedang berselancar. Seolah-olah mereka berdua adalah pemilik dari pantai ini saja.Jessie sungguh merasa deg-degan. Di satu sisi adalah kakak kandungnya sendiri. Di sisi lain adalah teman baiknya. Jessie sungguh bingung harus berpihak terhadap siapa.Ombak semakin besar saja. Risiko untuk terseret arus otomatis semakin tinggi.Baru saja Dacia hendak mengubah posenya, tiba-tiba betisnya kram. Pada saat ini, ombak datang menerjang, lalu menyapu Dacia ke dalam ombak.Jessie me
Jerremy dan Jules langsung melihat ke sisi Jessie. “Siapa yang kekanak-kanakan?”Mereka berdua malah kelihatan sangat kompak sekarang.Jessie pun terdiam membisu.Di sisi lain, Dacia menuruni tangga, lalu pergi ke swalayan terdekat untuk membeli beberapa botol bir dan juga camilan. Saat hendak membayar, terdengar suara orang sedang telepon.“Tenang saja, Tuan Muda Jules dan Nona Muda Jessie lagi liburan di resor ini. Aku sudah mencari tahu alamat penginapan mereka.”“Aku berencana untuk turun tangan dalam beberapa hari ini. Aku pasti tidak akan membiarkan mereka pulang dalam keadaan bernyawa.”Dacia spontan tertegun di tempat. Dia membalikkan kepalanya dengan perlahan. Pria yang berdiri di luar swalayan tampak sedang merokok. Ada dua orang berdiri di sisinya. Salah satu di antaranya memiliki tato di bagian lengan. Sepertinya mereka berdua bukanlah orang yang gampang untuk dihadapi.Target mereka adalah Jessie dan abang sepupunya?Saat Dacia sedang terbengong, tiba-tiba pelayan toko ber
Dacia langsung berlari maju, lalu memeluk Jerremy dari belakang. “Sayangku, dengarkan penjelasanku!” Suara Dacia sangatlah keras.Jerremy pun tertegun di tempat. Dia melirik pandangan pejalan kaki sekitar, lalu segera melepaskan Dacia. “Apa kamu gila?”Dacia tidak berhasil berdiri dengan tegak. Dia pun terjatuh ke lantai. Telapak tangan menggesek ke sisi lantai. Dia merasa kesakitan hingga mengerutkan keningnya. Hanya saja, Dacia ingin memperbesar masalah ini. Jadi, dia juga tidak memedulikan lukanya. “Aku nggak selingkuh di belakang kamu. Kamu mesti percaya sama aku. Dia ….”Dacia menunjuk ke sisi pria itu.Baru saja si pria hendak mengatakan sesuatu, dua orang pria di belakang langsung berbisik kepadanya. Sepertinya mereka membujuk temannya untuk segera meninggalkan tempat, jangan memperbesar masalah, nantinya malah akan merusak misi utama mereka.Si pria meludah, lalu mengikuti langkah kedua temannya untuk pergi.Pejalan kaki juga mulai membubarkan diri. Saat Dacia hendak memungut p
Si ketua geng yang merokok itu mengamati kamar di seberang sana. Lampu di dalam kamar tidak dalam keadaan menyala. Sepertinya tidak ada orang di dalam kamar.Si pria mematikan puntung rokok. “Kamu awasi lantai ini. Setelah mereka kembali, ingat tangkap wanita itu dulu.”Setelah langkah kaki mereka kedengaran menjauh, keringat dingin sudah membasahi pakaian Dacia. Ketika menyadari tangan Jerremy masih menutup mulutnya, Dacia pun mendorongnya dengan perlahan.Jerremy tersadar dari bengongnya, langsung menurunkan tangannya.Dacia bersandar di belakang pintu sembari tersenyum tipis. “Sekarang kamu sudah percaya, ‘kan?”Jerremy tidak berbicara. Tatapannya tertuju pada telapak tangan Dacia yang terluka. Dia langsung menggenggam pergelangan tangan Dacia.Tiba-tiba Dacia menurunkan tangannya. “Kamu lagi ngapain?”Jerremy menatapnya. “Aktingmu cuma begini saja?”Dacia pun tersenyum. “Bukannya tadi kamu bilang aku lagi sandiwara? Aku bahkan sudah mengelabui kakakmu. Sekarang kamu malah bilang ak
Jessie tertegun sejenak, lalu berjalan ke dalam. “Apa ada mata di belakang kepalamu?” Padahal Jessie sudah bersembunyi, masih saja ketahuan.Jules menarik Jessie ke dalam pelukannya. “Bayangan tubuhmu sudah mengkhianatimu.”Jessie sungguh kehabisan kata-kata. Meski Jessie merasa tidak puas, dia juga tidak bisa mengalahkan Jules.“Apa Kak Jerry dan Dacia akan baik-baik saja?”Jules membawa Jessie untuk duduk di sofa, lalu memangkunya. “Dengan tingkat kewaspadaan dan kepintaran Jerry, dia tidak akan mengizinkan dirinya dalam bahaya.”“Emm, tapi ….” Jessie menghentikan ucapannya.Jules menyelipkan rambut Jessie ke belakang telinga. “Target mereka itu kita. Sekarang orang yang lagi dalam bahaya itu aku dan kamu. Apa kamu tidak khawatir dengan diri kamu sendiri?”Jessie menggerakkan bola matanya. “Bukannya ada kamu?”Jules mencium sudut mata Jessie, lalu beralih mencium pipinya. Senyuman merekah di wajahnya. “Iya, selama ada aku, aku akan melindungimu meski harus mengorbankan nyawaku.”Jess
Dacia bertanya, “Kamu nggak menginginkan nyawamu lagi?”Jerremy mendorong Dacia ke samping, lalu membuka jendela, membiarkan angin berembus ke dalam untuk menenangkan dirinya. “Kamu seharusnya merasa beruntung Jules tidak menutup jendela kamarnya.”Dacia duduk di atas ranjang. “Sepertinya kita cuma bisa tinggal di sini malam ini.”Jerremy tidak berbicara.Setelah berdiri beberapa saat, tidak terdengar lagi suara di belakang. Dia membalikkan tubuhnya, lalu tampak Dacia sedang memiringkan tubuhnya tidur di atas ranjang.Jerremy bersandar di samping jendela sembari menatapnya.Pagi harinya, cahaya matahari memancar ke dalam kamar.Setelah Dacia bangun, dia menyadari Jerremy sedang duduk di sofa, lalu menatap layar komputer di atas pahanya dengan penuh konsentrasi. Setelah dilihat-lihat, bukankah itu laptop Dacia?Apa Jerremy ke kamar sebelah di saat Dacia tidur?“Jerry!” Dacia langsung berlari pergi merebut laptopnya.Jerremy menutup laptop, lalu mengangkat kepalanya. Berhubung langkah Da
Jerremy melipat kedua lengannya. “Ternyata kamu punya otak juga.”Dacia terdiam membisu. Kemudian, dia langsung mengatakan, “Memangnya aku itu kamu? Hanya jago bicara saja?”Tiba-tiba suara tawa Jules memecahkan suasana di dalam ruangan. “Tentu saja aku akan baik-baik saja. Target mereka memang kami berdua. Mereka ingin melukai Jessie di hadapanku. Kemudian, sikap ketidakberdayaanku pasti akan membangkitkan rasa emosi Keluarga Fernando.”Jessie adalah kekasih Jules. Jules bahkan tidak sanggup melindungi kekasihnya sendiri. Inilah yang akan menjadi titik kemarahan Keluarga Fernando.Jerremy berjalan ke sisi jendela, lalu menunjukkan wajah seriusnya. “Apa pun hasil akhirnya, sekarang kita hanya perlu mencari tahu siapa dalang di balik permasalahan ini.”Ada dua mobil van berhenti di depan penginapan. Pria yang duduk di dalam mobil sedang merokok. Tatapannya tak berhenti tertuju ke sisi pintu.Sepasang wanita dan pria muda bermasker dan berkacamata hitam menyeret koper berjalan keluar pen