Pintu diketuk. Irwan berjalan ke dalam ruang baca. “Tuan Muda, kamu mencariku?”“Aku menyuruhmu untuk menyelidiki mata-matanya. Kamu sudah menyelidikinya belum?” Charles menatap Irwan dengan tegas.Irwan menunduk. Dia sudah mempersiapkannya sejak awal. “Tuan Muda, aku sudah berhasil menyelidikinya. Hanya saja, aku masih belum berani memastikan.”“Belum berani memastikan?” Charles menyapu dokumen di atas meja, lalu berjalan ke hadapan Irwan. Dia meremas kerah pakaiannya. “Sebenarnya siapa orangnya?”Kedua tangan di sisi Irwan dikepal erat. Dia menjawab, “Dia anggotanya Tuan Tom. Dia bersekongkol dengan Jules, karena dia tahu kamu menjebaknya dengan menggunakan masalah kematian Pak Stanley.”Urat hijau di punggung tangan Charles menonjol. “Kenapa Jules bisa menemukan bukti kematian Stanley? Bukannya aku sudah menyuruhmu untuk melenyapkan semua barang bukti?” Charles menatap Irwan, lalu merendahkan nada bicaranya. “Apa kamu mengkhianatiku?”Keringat dingin seketika membasahi punggung Irwa
Anak buah menjawab, “Kira-kira jam sembilan pagi besok.”Di kantor polisi.Dua orang polisi sedang membawa Irwan ke ruangan interogasi. Jules sedang duduk di dalam. Irwan yang tangannya diborgol itu berjalan ke hadapannya, lalu duduk. “Mungkin ucapanmu itu benar.”Jules menatapnya. Jari tangannya mengetuk atas meja. “Seharusnya kamu berterima kasih kepada polisi. Kalau tidak, kamu sudah tidak bernyawa lagi.”Transaksi mereka malam hari itu adalah Jules ingin Irwan menjadi saksi mata. Sementara itu, Jules akan menjamin keselamatan Marry. Irwan telah membantu Charles untuk melenyapkan barang bukti pembunuhan Stanley. Demi terbebas dari kasus, Charles pasti akan menyuruh Irwan untuk menjadi kambing hitam.Jules berani bertaruh, Charles pasti lebih memilih untuk percaya dengan keputusannya sendiri. Dia tidak mungkin percaya Irwan tidak akan mengkhianatinya.Jika Irwan ingin hidup tenang, dia mesti membuat Irwan menghilang dari muka bumi ini. Asalkan Irwan mati, tidak akan ada saksi mata l
Rambut Sarah dijambak hingga terasa sakit. Dia menatap raut gusar di hadapannya. Kedua mata Sarah memerah. “Kamu sudah membunuh ayahku. Sekarang kamu malah ingin melarikan diri? Aku tidak akan membuatmu kesampaian. Charles, orang sepertimu seharusnya mati!”“Kalau aku mati, gimana sama kamu?” Charles mendekati Sarah, lalu melanjutkan dengan nada menghina, “Keluarga Zirma bisa seperti sekarang juga karena akibat dari ulahmu sendiri. Apa kamu yakin Jules benar-benar akan membantumu? Dia hanya lagi memanfaatkanmu saja. Jangan lupa, kalau aku tidak merusak wajahmu, kamu pun sudah jatuh ke tangan Tom. Hidupmu pasti akan sangat menderita.”Sarah meludah di wajahnya.Charles memalingkan wajahnya. Dia sungguh merasa geram saat ini. Saking geramnya, dia pun menampar wajah Sarah.Darah segar tampak mengalir dari ujung bibir Sarah. Disusul, dia pun tertawa keras. “Setidaknya, aku dapat melihat wajah aslimu. Meskipun aku jatuh ke tangan Tom, aku pun akan merasa lebih aman daripada berada di sisimu
Charles sangat berambisi, tapi pada akhirnya dia pun dikalahkan oleh sikap arogannya. Selama bertahun-tahun menerima banyak hinaan dari Keluarga Zirma, Charles juga sudah memiliki banyak koneksi kalangan atas.Seandainya Charles tidak serakah, apalagi bisa segera menghalangi Sarah untuk melawan Jessie, Keluarga Zirma juga tidak akan hancur.Ketika seseorang melakukan keputusan seperti ini, seharusnya dia juga sudah memikirkan akibat yang akan ditanggungnya. Sebenarnya jika Charles memilih memanfaatkan Sarah untuk mendapatkan warisan yang ditinggalkan Stanley, Charles juga bisa menggunakan uang itu untuk kembali membangkitkan Keluarga Zirma.Namun, Charles tidak puas. Dia malah membunuh Stanley, mengakibatkan perseteruan di antara dirinya dengan Tom, bahkan hendak menargetkan Jessie.“Kamu pasti merasa tidak nyaman sekarang.” Jules mengangkat kepalanya. Ekspresinya kelihatan tenang. “Seandainya kamu tidak membawa kabur Nona Sarah, mungkin kamu masih ada kesempatan lagi.” Charles langsu
Jerremy melangkah maju untuk menarik Lidya. Lidya tidak berhasil berdiri tegak, alhasil dia pun jatuh di kaki ranjang. Dacia langsung membaringkan tubuhnya di atas ranjang sembari terbatuk-batuk.Suster khawatir Lidya akan bersikap di luar batas lagi. Dia terpaksa memapah Lidya. Kondisi Lidya kelihatan tidak begitu stabil. Dia tak berhenti bergumam entah siapa yang memaksa siapa untuk mati, kenapa yang mati bukan kamu ….Tatapan Dacia sangat muram. Dari mata ibunya, dia dapat melihat betapa terpukulnya dia atas kematian Charles. Padahal Dacia juga adalah putrinya, tapi hanya Charles yang bisa membuat ibunya bersedih dan putus asa.Sebenarnya apa gunanya Dacia dilahirkan di dunia ini?“Bu Lidya, kamu sungguh keterlaluan.” Jessie tidak sanggup mendengarnya lagi. “Dacia itu juga anakmu. Kamu malah ingin putrimu menebus nyawa putramu?”Lidya kelihatan linglung. Dia bagai telah kehilangan arwahnya saja. “Aku hanya menginginkan putraku ….”Saat Jessie hendak mengatakan sesuatu, Dacia pun ber
Daniel tidak berbicara.Jessie pun tidak bertanya lagi. Dia membalikkan tubuhnya, lalu berjalan pergi. Kemudian, pada saat ini, Daniel berkata, “Aku maklum jika Dacia membenci kami. Tapi hidupnya lebih bebas daripada Charles. Asalkan dia bisa hidup bebas dan melewati kehidupan yang diinginkannya, aku pun merasa tenang.”Tatapan Jessie tertuju pada diri Daniel. Dia tidak berbicara lagi, lalu berjalan pergi.Acara ulang tahun akademi sudah berakhir. Dalam sekilas mata, waktu setengah bulan pun sudah berlalu.Selesai Jessie tampil di pentas, dia pun pergi ke ruangan sebelah untuk mencari Dacia.Ujian susulan di ruang sebelah baru saja selesai. Mahasiswa mulai meninggalkan ruangan. Ketika melihat Dacia berdiri di paling belakang, Jessie pun melambaikan tangannya.Saat Dacia berjalan mendekati Jessie, Jessie baru bertanya, “Gimana? Apa nilaimu lewat?”“Sepertinya aku mesti ujian ulang lagi.” Dacia mengangkat-angkat pundaknya. Dia menerima hasil ujian dengan lapang dada. “Anggap saja jadi ak
Si pria berambut cepak merasa terpukul dan juga kaget. “Apa?”Namun, Jerremy sudah meninggalkan tempat.Sore harinya, di Kompleks Vila Bagya.Sebuah mobil berhenti di depan vila. Jules sedang bersandar di badan mobil sembari melihat jam tangannya.Suara langkah kaki semakin mendekat. Kali ini, Jules baru mengangkat kepalanya. Jessie melompat ke hadapan Jules, lalu menunjukkan senyuman manis di wajahnya. “Apa kamu sudah menunggu lama?”Rambut panjang hitam Jessie dikuncir tinggi. Dia mengenakan kaus hitam tanpa lengan dengan rok pendek dan tas selempang. Dia kelihatan sangat energik hari ini.Jules memeluk Jessie. “Kamu dandan hari ini?”Jessie menunduk, lalu berbisik, “Hari ini aku akan makan di rumahmu. Sudah seharusnya aku meninggalkan kesan baik di hati keluargamu.”Jules pun tertawa. “Kamu juga sudah pergi ke rumah.”“Beda, dong!” Jessie mendengus dingin. Waktu itu, dia menghadiri acara pesta di rumahnya, bukan makan dengan keluarganya saja.Mobil melaju ke Kediaman Tanzil. Jessie
Ada dua bangku di meja itu. Tidak kelihatan ada orang yang duduk di sana, tetapi malah ada peralatan makan di atas meja. Makanan itu bahkan tidak disentuh sama sekali. Selain itu, ada sebuah tas laptop di atas bangku yang satu lain. Jelas sekali, meja itu sudah ditempati orang lain.Dacia berjalan ke sana, lalu meletakkan nampan yang berisi makanan di atas meja. “Siapa sih kurang ajar banget?”Baru saja Dacia menyelesaikan omongannya, tetiba ada sesosok bayangan berhenti, lalu menyerahkan minuman ke hadapannya.Dacia mengangkat kepalanya. Ternyata si Jerremy.Jerremy mengambil tas laptop, lalu duduk di tempatnya. Dia mulai menyantap makanannya.Dacia melirik sekeliling. Dia tidak menemukan tempat kosong lagi. “Apa ada orang di sini?”Jerremy mengunyah dengan perlahan. Tanpa mengangkat kepalanya, dia menjawab, “Tidak ada.”“Jadi, kamu malah duduk dua tempat?”“Aku tidak suka makan sama orang asing.” Tetiba Jerremy mengangkat kepalanya, lalu menatap Dacia dengan tenang. “Apa ada masalah