Jessie merasa kaget. “Gimana ceritanya kamu bisa nabung uang sebanyak itu?”Jerremy bersandar di samping jendela dengan malas-malasan. “Tenang saja. Semua itu hasil jerih payahku, bukan hasil curian.”Mobil berhenti di Kompleks Vila Bagya. Jarak Kompleks Vila Bagya dengan Akademi Victoria tidaklah jauh.Jessie memeluk kotak hadiah menuruni mobil. Dia mengamati sekeliling, lalu bertanya dengan bingung, “Ngapain kita ke sini?”Jerremy mengambil kotak hadiah, lalu membalas, “Ayah bilang kamu tidak usah tinggal di asrama sekolah lagi. Kamu bisa tinggal di sini sampai kamu wisuda nanti.”“Sepertinya nggak praktis untuk tinggal di luar?” Jessie mengikuti langkah Jerremy. “Kalian nggak usah khawatirin aku ….”Belum sempat Jessie menyelesaikan omongannya, tampak sederetan pengawal sedang berbaris rapi di halaman. Mereka serempak mengangguk untuk memberi hormat. “Tuan Muda! Nona Muda!”Jessie terbengong beberapa detik. “Sepertinya kalian sudah berlebihan?”Jangan-jangan kelak Jessie akan dikawa
“Aku nggak ada maksud lain. Aku cuma lagi nanya Kak Charles saja, dari mana dia dengar informasi itu. Sepertinya aku nggak pernah bilang putrinya Tuan Javier itu temanku.”Ketika melihat penyangkalan Dacia, Charles pun tersenyum. “Kalau bukan teman, kenapa dia begitu membelamu?” Maksud ucapan Charles adalah masalah dia mencari Jessie waktu itu. Dacia tidak menjawab.Lidya menatapnya. “Dacia, kamu itu anaknya Ibu dan juga adik kandungnya kakakmu. Sekarang kamu tidak peduli dengan masalah keluargamu sendiri, malah peduli sama masalah Keluarga Tanzil. Aku tahu hubunganmu dengan Jules, tapi dia itu berasal dari Keluarga Tanzil. Kamu saja bisa membantunya, kenapa kamu tidak bisa membantu anggota keluargamu sendiri?”Dacia menggigit bibirnya sejenak. “Tapi, memangnya Tante bukan anggota keluargamu?”“Lancang!” Lidya membuang gelas di meja hingga pecah berkeping-keping di lantai. Raut wajah Lidya sangat tidak bersahabat. “Apa begini cara kamu berbicara terhadap ibumu?”“Ibu, jangan marah-mar
“Tidak tergolong teman? Atau kamu tidak ingin melakukannya?” Charles mendekati Dacia. “Jules menyuruhmu tinggal satu asrama dengannya juga demi membantunya menjaga Jessie, ‘kan? Jangan kira aku tidak tahu Jules bisa ke restoran waktu itu juga karena diberi tahu kamu.”Dacia menggigit bibir bawahnya dan tidak membalas.Charles melonggarkan dasinya, lalu membalikkan tubuhnya. “Sekarang kamu hanya punya dua pilihan saja. Jalin hubungan bagus dengan Keluarga Fernando atau aku aturkan pernikahan bisnis untukmu. Keluarga Hirakama juga sedang sibuk dalam mencarikan calon pasangan.”Tanpa menghiraukan tatapan syok Dacia, Charles melanjutkan, “Keluarga Hirakama memang tidak bisa dibandingkan dengan Keluarga Zirma, tapi kakeknya itu baron. Kamu boleh mempertimbangkannya.”Charles meninggalkan ruang baca, meninggalkan Dacia yang sedang terkejut di tempat. Dia merasa sangat asing dengan rumah ini. Selain itu, dia merasa takut dan juga tertekan. Itulah sebabnya Dacia memilih untuk meninggalkan ruma
Sarah memeluk Charles. “Charles, aku tahu kamu nggak mungkin akan tinggalin aku. Aku sadar dengan kesalahanku waktu itu. Nggak seharusnya aku marah sama kamu. Sekarang aku sudah nggak punya apa-apa lagi. Aku cuma punya kamu saja.”Charles kelihatan sabar ketika mendengar ucapan Sarah. Beberapa saat kemudian, dia mengusap setengah wajah Sarah yang tidak dibaluti perban. “Aku bawa bunga kesukaanmu.”Sarah tersenyum sembari menangis. “Kamu masih ingat dengan kesukaanku.”Charles menunduk. Tidak terlihat senyuman di wajahnya. “Dulu aku pernah menjadi calon menantu Keluarga Zirma. Tentu saja aku tahu semua yang kamu sukai.”Kali ini, Sarah merasa syok.Telapak tangan Charles berhenti di dagu Sarah. “Kalau kamu dengar apa kataku waktu itu, kamu pun tidak akan mengalami semua ini.”Tubuh Sarah seketika gemetar. Dia meraih lengan Charles. “Aku tahu aku salah. Charles, kamu bantu aku, ya.” Dia sedang memelas Charles, “Asalkan kamu bersedia membantuku, setelah kita menikah nanti, ayahku akan mem
Sekarang Keluarga Zirma telah kehilangan kekuatannya. Awalnya Tom mengira kesempatannya sudah datang. Siapa sangka Sarah malah mengalami kerusakan pada wajahnya.Derrick kepikiran sesuatu. “Hari ini Charles pergi menjenguknya di rumah sakit.”Gerakan jari Jules berhenti. Dia mengangkat kepalanya. “Keluarga Zirma sudah kehilangan kekuatannya, seharusnya Charles akan memutuskan hubungannya dengan Sarah. Dia juga bukan tipe lelaki yang tidak tegaan.”Charles bisa menggaet putri dari Keluarga Zirma juga demi keuntungan. Sekarang tidak ada lagi keuntungan yang bisa diraup Charles, tentu saja Sarah sudah tidak berguna lagi. Kecuali, Charles memiliki rencana lain.…Jessie baru selesai kelas. Dia sengaja berdiri di depan gedung untuk menunggu Dacia.Kebetulan Dacia sedang berjalan keluar pintu. Kemudian, tampak Jessie sedang melambaikan tangan ke sisinya.Jessie berjalan ke sisinya, lalu berkata, “Dacia, apa telah terjadi sesuatu sama kamu?”Langkah kaki Dacia berhenti. Dia menunduk dan tidak
Tetiba Jessie merasa dirinya sangat tidak berguna. Dia malah bisa masuk ke jebakan Jules dengan gampangnya.“Apa kamu merindukanku?”“Sekarang aku nggak tinggal di asrama lagi.”Jules mengiakan dengan lembut. “Aku tahu.”Jessie pun tertawa. “Gimana kamu bisa mengetahuinya?”Jules juga tersenyum. “Karena aku lagi di bawah rumahmu.”Jessie langsung melihat ke luar jendela. Ada sebuah mobil sedan sedang parkir di sekitar vila. Jendela diturunkan setengah. Dia dapat melihat sosok bayangan familier di dalam sana.Jessie mengenakan terusan tidur kembang dengan luaran tipis. Dia berlari ke luar halaman dengan buru-buru.Jules berdiri di samping mobil. Postur tubuhnya sangat tinggi. Dia mengenakan kemeja putih itu kelihatan sangat dewasa, tampan, dan berwibawa.Ketika melihat sosok menawan Jules, Jessie malah menyandung kakinya sendiri. Alhasil, Jessie malah masuk ke dalam pelukan Jules.Jules merangkul pinggang Jessie, lalu membelai rambut hitamnya. “Kamu tidak usah buru-buru. Aku juga tidak
Jules tersenyum dingin. “Sepertinya kamu sudah belajar banyak selama di pasar gelap?” Usai berbicara, Jules berjalan melintasi dirinya.Ketika menghadapi sindiran Jules, raut wajah Lisa menjadi kaku. Dia pun menggigit erat bibirnya.Selama di pasar gelap, Lisa memang pernah dilecehkan. Namun, setelah mencoba untuk melakukan hubungan intim, Lisa baru mengetahui bahwa dia bisa menerima hubungan itu. Awalnya memang terasa menyiksa, tapi seiring semakin sering berhubungan, boleh dikatakan dia semakin menikmatinya.Bukankah semua lelaki menyukainya?Hanya saja, Jules tidak pernah merasakannya. Seandainya Lisa bisa mendapatkannya, bisa jadi Jules akan jatuh cinta terhadapnya.Jules kembali ke kamarnya. Baru saja Jules mengganti pakaian tidur, terdengar suara pintu kamarnya. Dia memiringkan kepalanya, lalu spontan menunjukkan tatapan sinisnya. “Keluar.”Namun, Lisa bagai tidak mendengar saja. Dia malah menutup pintu kamar, lalu melepaskan tali di bagian pinggangnya. Kemudian, Lisa berjalan ke
Sekujur tubuh Lisa gemetar. Dia menggertakkan giginya hingga tidak bisa berkata apa-apa.“Sandiwaramu bagus juga, sampai mencoba untuk bunuh diri. Kalau kamu benar-benar ingin mati, kamu seharusnya menggores pergelangan tanganmu dengan agak dalam.”Jules mencabut flashdisk dari laptopnya. “Aku cukup berterima kasih sama kamu, sudah berkontribusi untuk membuat rekaman ini. Anak asuh Kakek Andreas mencoba untuk menggaet Tuan Muda Jules. Aku sungguh nggak tahu bagaimana reaksi Kakak Andreas.”“Jangan ….” Lisa merasa panik. Dia memelas dengan nada terisak-isak. “Semua ini salahku. Jules, aku terlalu gegabah. Aku nggak berani lagi.”“Kimin.” Baru saja Jules memanggil, Kimin langsung berjalan ke dalam ruangan.Raut wajah Lisa spontan berubah ketika melihat sosok Kimin. Dia sungguh tidak menyangka Kimin sedang berada di luar sana.Jules menyerahkan flashdisk kepada Kimin. “Serahkan kepada Kakek Andreas.”“Jules, kenapa kamu mesti memaksaku!” Suara Lisa terdengar tajam lantaran merasa gugup.T
“Oh, ya, di mana Kak Ariel?” tanya Bastian.Jodhiva membalas, “Dia lagi temani ayahnya untuk jalan-jalan. Sekarang aku juga mau nyusul ke sana. Aku permisi dulu.”Usai berbicara, Jodhiva meninggalkan tempat.Bastia berdecak sembari menggeleng. “Orang yang sudah punya istri memang berbeda.”“Kamu ngomongnya seolah-olah kamu nggak sama dengan dia.” Yura juga meninggalkan tempat.Bastian meletakkan gelasnya, lalu mengikuti langkah Yura. “Hei, kenapa kamu malah meninggalkanku. Tunggu aku.”Claire berhenti di hadapan Javier. Javier menggandeng tangannya. “Sudah selesai mengenang masa lalu?”“Menurutmu? Bukannya sore nanti, kamu dan Ayah akan pergi ke Kediaman Keluarga Tanaka?”Javier tersenyum. “Aku lagi menunggumu untuk makan di sana.”Roger berjalan di sisi Izza, lalu menatap mereka. “Tuan Javier, Nyonya Claire. Kalau begitu, kamu pergi cari Ayah Angkat dulu.”Javier mengangguk. Dia merangkul pundak Claire, lalu berjalan ke koridor. Cahaya matahari dipantulkan ke sisi jendela. Bayangan d
Jessie tersenyum lebar. “Kalau begitu, aku akan mengenakan mahkota ini saat pernikahanku nanti. Anggap saja sebagai iklan desain ibuku.”Jules memeluk Jessie dari belakang. “Yang penting kamu suka.”…Anggota Keluarga Fernando baru tiba di Negara Hyugana dua hari sebelum resepsi pernikahan. Mereka tinggal di hotel yang dipesan Jules. Seluruh hotel ini telah dipesan oleh anggota keluarga kerajaan untuk menjamu para hadirin.Keluarga Chaniago dan Keluarga Kenata juga telah datang. Tobias juga tidak absen. Bahkan Shinta, Erin, Levin, dan Samuel yang berasal dari dunia hiburan juga telah datang. Tentu saja, Yura dan Bastian juga masuk dalam daftar undangan.Claire tiba di restoran. Pelayan membawanya ke dalam ruangan VIP. Ketika melihat pria yang duduk di dalam sana, dia pun tersenyum. “Ayah Angkat.”Owl memutar tubuhnya dengan perlahan. Sudah bertahun-tahun mereka tidak bertemu. Owl masih seperti dulu saja, tapi tubuhnya kelihatan lebih kurus dari sebelumnya. Claire langsung maju untuk m
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me